“Utie, coba handle kantin. Kemarin saya dengar ada yang komplain makanannya kurang enak!”. Demikian perintah Kojocho*

“Ok, Kojocho*, segera saya cari tahu apa yang di komplain.”

Entah mengapa, direkturku begitu mempercayai diri ini. Padahal aku baru saja masuk kerja di perusahaan itu. sebagai karyawan baru yang kebetulan juga belum punya banyak pengalaman untuk mengurusi 3000 karyawan. Selidik punya selidik, ternyata komplain terjadi karena makanan yang kerap kali dingin dan rasa yang kurang sesuai. Jadilah aku bingung harus mencari 3 vendor baru sekaligus sebagai pengganti kantin yang sekarang. Setelah 2 minggu keliling mencari vendor baru, akhirnya terpilihlah 3 vendor kantin baru. Banyak improvement yang harus dilakukan, salah satu peraturan yang baru diterapkan adalah, minimal 15 menit sebelum disajikan, petugas GA harus melakukan test food. Artinya layak tidaknya makanan disajikan tergantung hasil test food tersebut. Alhamdulillah setelah pergantian kantin, komplain karyawan yang menyangkut makanan terselesaikan.

Hingga pada suatu hari, mendadak aku di panggil supervisor produksi ke kantin perusahan. Saat itu sekitar pukul 10, saatnya karyawan shift 1 istirahat makan. Dari kejauhan kulihat, beberapa karyawan mengerubungi meja paling pojok.

“Bu Utie, coba ini rasakan nasi yang ada di tempat nasi ini, deh”, pinta supervisor yang memanggilku.

Mendengar itu, segera kucicipi sedikit nasi dari tempat nasi yang ditunjukkan. “Astaqfillahu.. asin sekali. Kok bisa begini”.

“Itulah bu. Makanya saya panggil ibu ke sini. Supaya jelas masalahnya”.

“Sebentar pak, makanan ini seharusnya sudah di test sama orang GA. Kok bisa lolos begini. Orang kantinnya mana?”.

Akhirnya petugas kantin yang bersangkutan kuinterograsi. Menurutnya, nasi yang dihidangkan merupakan nasi yang baru diambil dari termos yang dibawa langsung dari dapur mereka. Dan saat ia memindahkannya dari termos ke tempat nasi, ia juga sempat mencicipi nasi itu. Saat itu tidak ada kejanggalan apapun. Hal yang sama juga diceritakan oleh petugas GA yang melakukan test food.

Jika dilihat dari ceritanya, kejadian nasi asin, sepertinya sebuah terror. Tetapi siapa yang melakukan dan terhadap siapa terror ini dilakukan. CCVT di kantin tidak menunjukkan keanehan di hari itu. Walaupun ada beberapa praduga, namun aku tak berani membeberkannya kepada pihak management. Dan syukurnya mereka masih mempercayaiku untuk tetap mengontrol kantin. Sejak peristiwa itu, untuk memergoki siapa yang berniat iseng, sengaja ku acak jam kontrol dan jam test food kantin, agar tidak diketahui polanya oleh siapapun. Saat sedang bersiap rapat, tiba-tiba ada info masuk, bahwa petugas security melihat, seseorang yang mencurigakan, mengendap-endap menuju ke belakang kantin. Rupanya ia hendak masuk ke dalam ruang saji kantin, yang saat itu masih dipenuhi makanan yang baru saja tiba. Dan kebetulan tidak ada seorangpun di dalam ruang saji. Entah hari itu hari keberuntunganku atau hanya kebetulan saja, ternyata di dalam tas sang penyelundup, didapati sekantung garam dan sekantung obat-obatan terlarang. Setelah di desak, orang tersebut mengaku sebagai karyawan catering yang kuputus beberapa bulan lalu. Dan ternyata yang mengagetkan adalah, ia diperintah langsung oleh pemilik catering tersebut, yang juga “diperintah” oleh salah seorang supervisor di perusahaan.

* Kojocho = Direktur Wilayah