Gaya Mahasiswa Jepang
Jangan bosan ya, jika bahasan saya, seputar Jepang, Jepang dan Jepang. Ya, itu karena memang bagi saya, Jepang adalah rumah kedua, setelah tanah airku , Indonesia. Alasan lain, ya, karena tinggal di sana, banyak hal yang sebelumnya tidak bisa kulakukan, akhirnya bisa kulakukan. Pokoknya, ada banyak pengalaman baru yang kudapatkan selama tinggal di negerinya Doraemon.
Salah satunya, yang menarik adalah bagaimana menjadi teman atau sahabat. Masyarakat Jepang adalah masyarakat berkelompok. Mereka agak sulit, untuk hidup secara individu. Kemanapun mereka pergi, cenderung pergi secara berkelompok. karena dengan berkelompok, ada kenyamanan dan keamanan.
Itu juga yang terjadi, saat aku menjadi maba (mahasiswa baru). Ada sekitar 150 maba di fakultasku. Dari sekian banyak maba, hanya ada 3 maba asing. Dua dari Tiongkok dan aku, dari Indonesia. Bagi kedua teman Tiongkok, bahasa Jepang mungkin tidak terlalu sulit, karena bahasa mereka serumpun, meski banyak perbedaan. Tapi bagiku ibarat bayi yang harus belajar berbicara. Karenanya mempunyai teman, adalah hal yang mutlak. Pertemanan adalah pintu gerbang kelancaran berbahasa. Tetapi ternyata, mempunyai teman Jepang, susah-susah gampang, apalagi untuk mahasiswa Asia sepertiku. Mungkin akan berbebda cerita, jika, aku berasal dari US atau negara-negara Eropa.
Di awal perkuliahan, aku hanya berbincang-bincang dengan teman yang tampak baik dan kebetulan duduk di sampingku saat kuliah. Hingga suatu hari, kuberanikan diri, bergabung dengan sekelompok mahasiswi yang sering kulihat di kelas. kebetulan ada satu mahasiswi yang pernah berbincang-bincang denganku. Namun, di kemudaian hari, kuketahui, mereka terpecah menjadi beberapa kelompok pertemanan kecil.
Pada suatu hari, ada tiga orang teman, yang kuketahui sebagai 1 kelompok, datang menghampiriku, dan mengajakku untuk masuk ke dalam kelompoknya. Tetapi mereka secara tersirat mengajukan syarat, jika berteman dengan mereka artinya aku tidak bebas bermain dengan kelompok lain. Ingin juga berteman dengan mereka, tetapi syaratnya itu yang membuatku agak susah. Karena aku harus berteman dengan siapa saja. Akhirnya kuputuskan untuk independen saja, agar bisa ke sana kemari. Konseksuensinya, teman-temanku hanya berteman seperlunya saja denganku.
Untungnya, ada kelompok mahasiswi “biasa-biasa” saja, yang sering mengajakku duduk di kelas dan ke kantin bersama. Bahkan tak jarang, kami janjian untuk hangout sore barengan.
Sebenarnya, kehidupan mahasiswa di Jepang, tidak jauh beda dengan di Indonesia. Tetapi, hampir 98%, mahasiswa di sana, sepulang kulaih, disibukkan dengan part time job. Sebab kebanyakan mereka, hidup terpisah dari orang tuanya, Jadi para orang tua kebanyakan hanya memberikan uang kuliah saja. Jika mau hangout atau shopping ini itu ya mesti kerja. Dengan kata lain, part time, adalah hal wajib bari para mahasiswa, tak terkecuali diriku. Selain itu, part time juga menjadi jalan untuk mengakrabkan hubungan pertemanan. Dari part time job, aku mendapatkan banyak teman Jepang, yang membantu penguasaan bahasa Jepangku.
Tidak ada ketentuan khusus untuk pakaian saat kuliah. Bahkan, aku sering melihat, para funky boy dengan dandanan rambut jabrik dan piecering di bibirnya, duduk tenang mendengarkan kuliah. Demikian juga dengan para difable. Mereka bisa leluasa kuliah dimanapun. Karena memang fasilitasnya sudah tersedia. Seperti contohnya, salah seorang teman kuliahku, yang duduk di kursi roda akibat Celebral Palsi. Kursi rodanya memang otomatis, namun dibagian belakang kursinya, dituliskan, “Tolong bantu aku, saat jalan menurun”. Sehingga otomatis, saat kursi rodanya berjalan di jalanan yang menurun, maka mahasiwa yang dibelakangnya akan membantunya.
Belajar dimanapun, sebenarnya sama saja. Yang membedakannya hanyalah pengalaman hidup yang menyertainya. Karena setiap daerah beda budaya, beda pengalaman.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar