Jam Karet
Hampir 24 tahun, masa kerjaku dihabiskan bersama dengan para expratriat Jepang. Tanpa disadari atau tidak, ada banyak nilai-nilai budaya Jepang yang merasuki keseharianku. Walaupu demikian, di badan ini tetaplah terpatri kecintaan terhadap tanah airku, Indonesia. Saat sedang berbincang-bincang dengan para expatriat, sering kali mereka mempertanyakan tentang sikap-sikap kebanyakan orang Indonesia. Suka membuang sampah sembarangan, banyak bicara, lamban, suka jam karet dan suka berbohong. Hati ini rasanya panas sekali, saat mereka menjudgement bahwa orang Indonesia seperti seperti tuduhan mereka tersebut, walaupun kadang menyadari bahwa apa yang mereka katakan ada benarnya juga.
Salah satu sikap yang memang cukup menganggu adalah jam karet alias tidak tepat waktu. Disadari atau tidak, kita memang suka menunda-nunda pekerjaan, suka telat jika berjanji. Memang, kebanyakan orang Indonesia agak lemah terhadap waktu. Padahal sebagian besar bangsa Indonesia adalah kaum muslim yang mempunyai kewajiban untuk menjaga shalat lima waktunya secara tepat waktu. Demikian juga, dalam budaya-budaya yang ada di Indonesia, pelaksanaan upacara-upacara yang ditetapkan pada waktu-waktu tertentu, menandakan bahwa, budaya yang ada di Indonesia mengajarkan kita akan budaya tepat waktu. Misalkan dalam budaya Jawa, ada perhitungan khusus, kapan seseorang harus melakukan ritual tertentu. Jadi darimana datangnya sikap suka molor itu berasal?. Entahlah, tanyakan pada rumput yang bergoyang.
Jam karet memang mengesalkan. Pada bulan ini, aku mengikuti 3 pelatihan bimtek yang diadakan oleh sebuah OPD (Organisasi Pemerintah Daerah) di wilayah kotaku. Berdasarkan schedule yang telah diinfokan, acara akan dimulai pukul 8.00 pagi. Agar tidak terlambat, sejak pukul enam pagi , aku sudah menyiapkan segalanya. Bahkan sampai harus datang ke sekolah pagi-pagi agar bisa mengerjakan pekerjaan sekolah sebelum berangkat ke bimtek. Dengan segala perjuangannya, akhirnya sampailah aku di lokasi tepat waktu, namun yang kudapati hanyalah beberapa panitia yang tengah menata meja tamu serta beberapa gelintir orang yang tengah berbincang santai di depan gedung. Alhasil bimtek hari itu, baru bisa di mulai pukul 8.45 wib. Sungguh menengesalkan memang. Sudah terburu-buru karena takut terlambat, malahan yang kdapati adalah penyia-nyiaan waktu.
Terkait waktu, aku pernah mendapat sindiran pedas dari salah seorang expatriat. Selama 6 bulan, aku ditugasi untuk mendampingi salah seorang trainer dalam sebuah program produk baru. Biasanya, pukul 7.30, aku sudah sampai di perusahaan dan menyiapkan diri sambil sarapan di pantri. Sedangkan, expatriat yang kudampingi selalu datang pada jam yang sama, 7.45 wib dan langsung menyiapkan meja kerja dan perlengkapannya. Pukul 7.55, mereka sudah mulai bekerja, sementara aku baru masuk ke ruang kerja pukul 8.05 wib. Akibat tindakan itu, aku di komplain tidak masuk kerja tepat waktu. Padahal aku sudah ada di pantri, yang letaknya di samping ruang kerjaku sejak pukul 7.30 wib.
Bersikap tepat waktu, berarti mengahrgai diri sendiri dan orang lian yang terkait. Tepat waktu termasuk dalam disiplin diri yang menggambarkan siapa diri kita sebenarnya. Tepat waktu juga berarti menghormati orang lain. So, mengapa kita tidak mencoba mulai sekarang untuk lebih tepat waktu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasannya keren