Katakan Jika Kau Tak Suka .....
“Bu, aku tadi di tonjok sama Arshaka”, lapor Raka padaku. “Kamu sudah tanya Arshaka, mengapa dia menonjok kamu?”. Raka menggelengkan kepalanya.”Kalau kamu tidak suka di tonjok, kamu harus bilang ke Arshaka, kalau kamu tidak suka dia tonjok, sakit kan?”, terangku padanya. Kulihat Raka hanya mengangguk-angguk dan segera berbalik untuk kembali bermain puzzle dengan Arshaka.
Tak berapa lama, Amira mendatangiku, “Bu tadi aku tadi diplototin sama Vania”, lapornya sambil menampilkan muka kesal. “Coba cerita ada apa”. Akhirnya Amira bercerita sebab musebab perselisihannya dengan Vania. ”Amira, kalau kamu tidak nyaman dengan perlakuan Vania, kamu harus berani bilang, kalau kamu tidak suka dia pelototin. Kamu. Bicara sama Vania, kalau cuma mau main bareng dengan yang lain, ya kan. Bisakan bilang begitu?”,mendengar arahanku Amira mengangguk tanda setuju dan segera bergabung kembali dengan teman lainnya.
Menerima keluhan siswa, memberikan arahan dan menanggani konflik pertemanan adalah bagian dari pekerjaanku sebagai pendidik. Terlebih untuk anak usia dini, dimana perkembangan emosinya masih belum stabil. Apalagi jika pola pengasuhannya hanya berfokus pada pertumbuhan jasmaninya saja. Sehingga ketika ia menerima perlakuan yang menurutnya kurang menyenangkan, langsung menganggap bahwa dirinya telah menjadi korban dan terdzolimi. Padahal bisa jadi dirinyalah yang menjadi penyebab timbulnya perlakuan tersebut.
Mengajari anak untuk berani menyuarakan perasaannya adalah salah satu cara untuk bertahan hidup. Terutama menanggani ketidaknyamanan yang terjadi pada dirinya. Memahami perasaan diri adalah skill yang harus dimiliki terlebih oleh manusia modern seperti sekarang ini. Ditengah ketidakpastian kondisi social ekonomi yang serba semrawut, banyak manusia yang mengalami beragam tekanan hidup, namun tidak dapat memahami perasaannya sendiri dan bagaimana cara mengungkapnya. Sehingga tak heran, jika dewasa ini semakin banyak terjadi kasus bunuh diri, kabur dari rumah atau kejadian lain yang sebelumnya tak terpikirkan.
Sayangnya para orang tua saat ini, karena kesibukannya mencari rejeki, sering kali lupa menanyakan perasaan anaknya. Sederhana memang, tetapi sulit untuk dilakukan apa lagi bagi yang tidak terbiasa berbicara tentang dirinya. Berlatih sedari kecil untuk mengungkapkan perasaan diri, terlebih saat menerima perlakuan tidak menyenangkan, menjadi bekal bagi anak untuk menghadapi hari-hari mendatang. Yang pastinya akan jauh lebih keras di banding hari ini.
Dari kejauhan kulihat Raka masih bermain asyik dengan Arshaka sambil sesekali tertawa terbahak-bahak. Sementara itu, Amira dan Vania tengah asyik menggambar bersama sambil terus bercerita. Namun tiba-tiba, kudengar tangisan Alyka. “ Alyka ada apa. Mengapa menangis?”. “ itu bu, aku di tendang Kesya sama Jingga juga”. Sambil senyum-senyum sendiri, kukumpulkan mereka bertiga di pojok ruangan dan menunggu Alyka menyelesaikan tangisannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar