Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kejamnya Dunia
merdeka.com

Kejamnya Dunia

Mendengar mantan PM Jepang Shinzo Abe, di tembak olrh mantan tentara beladiri Jepang, hati ini agak shock juga. Bagaimana tidak, Jepang, negara dengan tingkat kejahatan terendah di dunia, dapat juga terjadi penembakan yang korbannya bukan orang sembarangan. Bahkan menurut penelitian sebuah lembaga dunia, di tahun 2018, di Jepang hanya terjadi 8 kali kejahatan senjata api sementara di AS telah terjadi hampir 39.000 lebih kejahatan dengan senjata api.(Merdeka.com)

Selama 5 tahun hidup di tengah masyarakat negeri matahari terbit, memang ada saja kejahatan yang terjadi. Tetapi kejahatan yang sampai menimbulkan korban meninggal dunia bisa di hitung dengan jari. Kebanyak tindak kriminal yang terjadi karena kasus sekuhara (Sexual harassment), pencurian daun bawang,bunuh diri atau terjatuh karena mabuk. Rendahnya tindakan kriminalitas, sehingga tak heran para polisi di sana tidak dilengkapi dengan senjata api, tetapi hanya sebuah tongkat khusus saja.

Di tahun 1994, Jepang mengalami krisis beras. Akibatnya, Jepang banyak mengimpor beras dari Thailand, Vietnam, Indonesia dan beberapa negera lainnya. Mungkin karena terbiasa makan beras Jepang yang gurih dan pulen, banyak warga Jepang yang lebih memilih makan ramen atau udong di banding beras yang di import dari negara lain. Akibatnya permintaan daun bawang melonjak tajam, nah saat itu pencurian daun bawang kerap terjadi. Lucu memang, di negara kaya seperti Jepang terjadi pencurian daun bawang

Sekitar tahun 1997, terjadi tindak kejahatan yang cukup besar. Suatu pagi di musim dingin, di depan sebuah sekolah SMP di sebuah kota (saya lupa nama kotanya), ditemukan kantong plastik. Pejalan kaki yang kebetulan lewat di situ, sempat curiga karena di sekitar kantong plastik tersebut ada ceceran darah setengah kering. Akhirnya ia menelephon polisi, Setelah polisi datang, semua terkejut karena isi kantong plastk tersebut adalah potongan badan anak laki-laki. Seluruh Jepang langsung heboh. Tidak ada saksi yang dapat dimintai keterangan kecuali orang yang menemukannya pertama kali. Dan ceceran darah yang menjadi kuncinyapun, hanya ada di sekitaran kantong plastik saja. Polisi langsung mengerahkan anggotanya menyebar ke penjuru TKP (Tempat kejadian perkara). Tak terkecuali sekolah tersebut. Sayangnya saat itu sekolah sedang liburan musim dingin, jadi tidak ada aktivitas yang patut dicurigai. Sejumlah pakar krimologi, psikolog dan ahli forensik, berlomba-lomba mencari tahu siapa korban dan pelakunya. Sekitar satu minggu berlalu tapi polisi tak juga berhasil mencari informasi lanjutan. Sampai akhirnya ada surat yang ditujukan kepada kantor polisi setempat. Ternyata isinya adalah sebuah puisi tentang mawar merah dan ditulis dengan kanji namun bergaya tulisan jaman dahulu Segera saja, polisi bekerja sama dengan ahli bahasa dan tulisan, hasil analisa menyimpulkan bahwa pelaku berusia 30 tahun ke atas, penyuka film-film horror. Namun, nyatanya, informasi itu masih kurang, sehingga sudah hampr satu bulan lebih polisi masih belum menemukan informasi tambahan. Minggu berikutnya, datanglah surat kedua, isinya masih sama masih soal mawar merah, namun lagi-lagi polisi gagal mengidentifikasi surat tersebut.

Sampai akhrrnya, polisi mendapat laporan dari seorang nenek, yang menemukan bungkusan mencurigakan di belakang rumahnya. Polisi segera bergerak dan ternyata isi bungkusan itu adalah potongan kepala anak laki-laki. Langsung saja, polisi menangkap cucu si nenek, yang ternyata masih berusia sekitar 13 tahun dan masih kelas 3 SMP. Sementara korbannya adalah anak laki-laki kelas 6 SD yang sebenarnya adalah teman main cucunya. Korban saat pembunuhan terjadi sedang menginap di rumah neneknya tetangga nenek pelaku.. Sehinga orang tuanya tidak tahu jika anaknya menjadi korban, sementara neneknya mengira korban sudah kembali ke rumah orang tuanya. Sementara itu, pelaku pembunuhan hidup bersama neneknya, karena ayah dan ibunya berpisah.

Satu hal yang patut diajungi jempol adalah upaya polisi menjaga identitas kroban dan pelaku, ,Walaupun menjadi berita besar, namun identitas keduanya sangat dijaga. Sehingga masyarakat hanya mengetahui inisial dan usianya saja. Bahkan saat peradilan berlangsungpun, wajah pelaku di buat blur. Apalagi karena yang terlibat dalam kasus ini adalah anak-anak di bawah umur.

Kejahatan memang dapat terjadi dimanapun, walaupun di negara yang sangat care dengan keselamatan warganya seperti Jepang sekalipun. Sampai sekarangpun saya masih belum bisa menerima alasan si anak yang membunuh teman mainnya karena ingin mempraktekkan apa yang ia baca di komik-komik criminal tempo dulu yang ia jumpai di rumahnya. Demikian juga dengan penembakan mantan PM Shinzo Abe. Apapun motifnya, tapi yang pasti, manusia memang ada sisi kejamnya. Maka berhati-hatilah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya buk, merinding sedap membacanya .

08 Jul
Balas

Alhamdulillah, arigato sudah mampir bunda Farida, sehat-sehat terus ya

09 Jul

Ulasan yang menarik Bunda Mahmudah, semoga sehat selalu

08 Jul
Balas

Alhamdulillah, terima kasih bunda Srirahayu

09 Jul



search

New Post