Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Bocil Kehilangan Kreativitasnya...
PNG Download

Ketika Bocil Kehilangan Kreativitasnya...

Sejak awal tahun ajaran baru, kami, guru-guru sekolah Maskoki, berusaha memetakan anak-anak berdasarkan perilaku dan tingkat perkembangannya. Pemetaan itu tidak sebentar, melainkan memakan waktu 3 bulan pertama. Selama tiga bulan terakhir, guru-guru menerapkan pembelajaran untuk practical life, sensorial dan pendidikan karakter. Tujuan utamanya untuk pembiasaan diri. karena kebanyakan siswa di tahun ini, belum pernah bersekolah. Sehingga masih banyak kebiasaan yang kurang sesuai untuk sesuai anak usia dini.

Salah satu yang menjadi perhatian saya adalah, kebebasan mereka untuk berekspresi. Terutama berskspresi untuk menuangkan impian mereka ke dalam gambar, lukisan dan prakarya (hand craft). Di tiga bulan pertama, setiap hari senin – rabu, anak-anak kami biasakan untuk menggambar atau melukis bebas.

Bebas bukan tanpa arahan, melainkan berdasarkan hasil pembicaraan di morning circle. Kebanyakan tema yang diangkat adalah hal-hal yang dekat dengan keseharian anak-anak. Seperti film anime yang mereka lihat sehari-hari, makanan, binatang kesukaan dan lainnya. Di awal-awal, banyak yang berteriak, “Bu aku gak bisa”. “Aku gak ngerti” dan banyak lagi rengekan lainnya, yang menyuarakan ketidaktahuan mereka. Kadang ada juga rasa kesal di hati, namun saat mengingat latar belakang kebanyakan anak-anak tersebut. secara berlahan, saya berikan kekuatan untuk berani menggoreskan pencil, krayon, pencil warna atau spidol. Menggoreskan pensil di atas kertas, kedengarannya sangat mudah, namun tidak bagi anak yang terbiasa diarahkan bertahun-tahun.

Hal yang sama, juga terjadi pada saat, anak-anak bermain dengan loose part (mainan lepasan). Ketika pertama kali diperkenalkan, anak-anak bingung harus bermain apa. Yang terjadilah, mereka saling mengambiil loose part sebanyak-banyaknya dan berrmain sendiri-sendiri. Padahal sebelum permainan dimulai, kami telah sepakai akan membuat bangunan secara berkelompok. Dan saat mereka saya minta untuk bercerita tentang apa yang mereka buat, ternyata sebagian besar membuat benda yang sama, pistol-pistolan, Oh My God.

Di Kehidupan serba instant ala jaman milenial seperti sekarang, ternyata ada juga sisi gelapnya. Terutama terjadi pada keluarga yang memang kurang paham akan perkembangan anaknya. Bagi mereka, yang penting anaknya sehat dan senang. Alhasil, anak-anak cukup diberikan makanan dan gawai. Karena itulah yang menjadi kesukaan anak-anak jaman milenial.. setiap hari sekian jam dalam sehari, mereka disuguhi kenikmatan semu di gawainya. Padahal dibalik keceriaa mereka, secara perlahan daya kreativitas mereka “ditenggelamkan”, oleh aneka permainan yang ada di gawai tersebut.

Memasuki bulan ketiga sejak tahun ajaran baru, secara perlahan, anak-anak mulai berani bereksperiment dan berkreasi. Mereka juga sudah berani untuk melakukan kesalahan tanpa takut dimarahi.

Pada dasarnya dunia anak adalah dunia fantasi yang penuh dengan daya hayal. Dan fantasi itulah kunci dari kreativitas. Apabila saya fantasi tidak lagi ditumbuhkan, maka jangan harap kreativitas akan datang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post