Lebih Beretika
Hari ini sedari pagi, aku sibuk sekali. Sibuk menyiapkan dokumen untuk kegiatan monitoring dan evaluasi mutu pendidikan tingkat provinsi. Karena harus menyiapkan ini itu, terpaksa pembelajaran kelompok B kuserahkan ke guru pendamiping. Untungnya anak-anak bisa dikondisikan untuk bermain di dalam ruangan. Karena jika bermain di halaman sekolah, bisa gagal monevnya. Karena terlalu berisik. Apalagi karena keterbatasan ruangan, terpaksa kegiatan monev dilakukan di pendopo yang ada di sebelah kiri sekolah.
Sekitar pukul 8.30 WIB, petugas monev akhirnya datang. Pengecekan dilakukan point demi point, hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, dimana saatnya kelompok A pulang. Tanpa kusadari, bahuku di colek oleh seseorang, ternyata Baim, salah seorang anak kelompok A, “Bu Utie, mau salim, aku pulang dulu ya”. “Oh Baim, sudah di jemput ya, hati-hati ya”. Ujarku sambil menyongsongkan tangan ke arahnya. Baim tidak ragu untuk menyalami tamu-tamuku. Ternyata tindakan Baim diikuti pula oleh sebagian besar anak-anak kelompok A. Melihat mereka begitu santun, timbul rasa bangga dan senang di dalam hati ini. Sebagai pendidik anak usia dini, perkembangan sekecil apapun, akan sangat membanggakan bagi diriku. Karena dari kemajuan kecil itulah, akan tecapai kemajuan yang besar.
Dari ruang kelas besar, masih terdengar celoteh anak-anak kelompok B. sepertinya mereka tengah sibuk menyelesaikan tugasnya. Sementara aku tengah sibuk menjawab pertanyaan petugas dan menyodorkan bukti phisiknya. Kudengar langkah seseorang memasuki halaman PAUD dari arah depan. Artinya orang itu pastinya melewati pendopo tempat kami duduk. Tetapi orang tersebut yang ternyata seorang wanita. tidak memberikan salam atau sapaan.. Sejenak aku terpana, siapa gerangan ibu tersebut?. masuk ke dalam halaman PAUD tetapi tidak menyapa kami yang jelas-jelas terlihat dari sisi manapun.
Karena penasaran, kuputuskan untuk pergi ke ruangan kelas karena kebetulan aku harus mengambil stempel sekolah. Si ibu tersebut menghentikan langkahnya di pojok sekolah sambil matanya terus menatap gawainya. Bisa jadi ia tidak mengucapkan salam karena asyik melihat gawainya. Ketika aku masih di dalam kelas, terdengar suara yang memanggil-manggil Tama, murid kelompok B. “Tama..Tama.. ayo cepat pulang. Mama sudah telat !”. ujarnya dengan nada membentak, Bu guru lain yang ada di dalam terpaku sejenak mendengar teriakan tersebut. Karena harus segera kembali ke pendopo, aku tak bisa menegur sang ibu saat itu juga.
Dari Pendopo kulihat Tama keluar kelas dengan tergesa-gesa, dan langsung disambut sang ibu yang menyuruhnya segera memakai sepatu. Tak lama kemudian, kudengar suara riang Tama, “Bu Utie, daag- daag, aku pulang dulu ya”. Tak lama, kudengar juga suara sang ibu, “Oh ada bu Utie, ya”. Beliau mengucapkannya sambil berlalu tergesa-gesa.
Melihat itu semua, aku hanya mampu mengelus dada. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba sang ibu datang, dengan tanpa salam pula dan langsung berteriak agar anaknya cepat pulang. Padahal saat itu, belum waktunya pulang. Sepertinya hari ini, aku mendapat 2 perbandingan yang sangat kontras. Anak-anak usia 4-5 tahun yang sengaja meluangkan waktunya hanya untuk menyalami kami yang duduk terpisah di ruangan yang berbeda. Dan satunya adalah seorang wanita berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan yang (katanya) cukup baik, namun tidak memberikan salam padahal jelas-jelas melewati tempat kami duduk. Kira-kira yang mana ya , yang lebih beretika?????
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar