Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Memasak Bukan Sembarang Memasak
iStock

Memasak Bukan Sembarang Memasak

Saat waktu makan bersama tiba, kulihat makanan yang ada di dalam kotak bekal anak-anak, kebanyakan kue wafer, biscuit coklat, risol, lontong atau snack ringan lainnya. Walaupun sekolah sudah menetapkan jadwal makanan selama seminggu, tetap saja orang tua siswa membawakan bekal yang mudah. Ada anak yang begitu membuka kotak makanannya langsung menutupnya kembali dan tak mau memakannya. Mereka lebih rela memakan pemberian temannya. Ada juga yang begitu melihatnya langsung ingin bertukar dengan teman lainnya. Tetapi ada juga yang dengan lahapnya memakan bekalnya tanpa mau menerima tukaran makanan dari teman lainnya.

Beberapa tahun yang lalu, sekolah kami pernah mengadakan parenting dengan materi membuat bekal menarik bagi sang buah hati. Alasan terpopuler bagi para ibu, mengapa lebih sering membawakan snack ringan bagi anak-anaknya adalah karena leterbatasan waktu dan biaya. Padahal untuk membuat bekal yang enak dan menarik, tidak dibutuhkan waktu dan biaya yang banyak. Misalkan jika sekarang ini, anak-anak sering dibawakan nasi dan chicken nugget saja dengan bentuk yang tak karuan. Mengapa tak di coba dengan memberikan tambahan bumbu bawang putih pada nasinya sehingga lebih beraroma. Kemudian saat memasukkan makanan ke dalam kotak bekalnya, mengapa tidak sedikit di bentuk menggunakan peralatan yang ada di dapurnya, agar terlihat lebih cantik. Dan terakhir, chicken nugget yang telah di goreng di tambah dengan potongan tomat dan mentimun kemudian di beri tusuk gigi, atau peralatan sejenis agar lebih menarik. Jadi begitu anak membuka kotak bekalnya, mereka pasti akan bahagia mendapatkan bekal yang cantik dan menarik. Dan dijamin, makanan bekalnya pasti langsung habis.

Melihat kondisi itu dan memikirkan materi pembelajaran yang lain, terpikir untuk memasukkan memasak sebagai bagian dari pembelajaran mingguan. Selama ini memasak hanya sebagai program bulanan. Lantas, mengapa memasak perlu lebih sering dilakukan?. Ya, karena dalam memasak ada banyak hal yang bisa dipelajari oleh anak-anak usia dini. Melalui kegiatan potong memotong tahu atau tempe, memetik sayuran atau mengocok telur, mereka dapat mengembangkan kemampuan motoric halus dan motorik kasar. Anak-anak juga dapat mengembangkan kemampuan kognisinya melalui jenis-jenis, warna dan ukuran sayuran, atau bentuk dan warna telur atau yang lainnya. Anak-anak juga dapat belajar tentang proses kimia atau fisika yang biasa terjadi di dalam proses memasak, seperti perubahan bentuk, rasa atau warna, akibat percampuran beberapa bahan makanan. Kemampuan sensorial juga dapat ditingkatkan dengan pengenalan rasa asin, manis, asam ataupun pahit. Jadi sebenarnya memasak adalah sebuah paket lengkap pembelajaran yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Memasak juga sebuah life skill (keterampilan hidup) yang wajib dimiliki oleh setiap manusia. Minimal setiap orang mengerti bagaimana memasak air, memasak nasi dengan rice cooker dan memasak mie instant, yang menjadi pertahanan terakhir seseorang yang tidak terbiasa memasak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post