Mie, You're My Bestie....
Siapa yang tak kenal mie. Kalau dilakukan survey, mungkin 2/3 penduduk dunia adalah konsumen setia makanan ini, apakah itu mie yang dimasak secara khusus, apalagi mie instant. Saya sendiri, bukan pengemar fanatic mie tetapi bukan juga yang menolak mie. Namun, sebagai seorang ibu sekaligus pendidik anak usia dini, mau tak mau saya harus sedikit berperang melawan mie instant.
Murid-murid berada di sekolah sekitar 3 jam. Walaupun hanya 3 jam, namun perut mereka sering kelaparan kerena energy yang dikeluarkan cukup banyak. Sehingga acara makan bersama menjadi penting sekaligus sebagai media pembelajaran dengan banyak manfaat. Namun masalahnya, makanan yang di bawa kebanyakan makanan yang kurang baik bagi anak usia dini. Kadang snack yang di bawa mengandung pemanis buatan, mengandung pewarna makanan atau bahkan mengandung bahan makanan yang tidak baik. Namun, sekali lagi yang kadang membuat kepala ini sedikit mumet adalah, kedoyanan anak-anak terhadap mie goreng instant sungguh luar biasa.. 6-5 tahun yang lalu, saya selalu memperhatikan makanan yang murid-murid bawa ke sekolah. Dari dari sekian banyak siswa, hampir 2/3 nya dua hari sekali membawa bekal mie goreng. Padahal kita semua tahu, bahaya akibat mengkonsumsi mie instant terlalu sering. Namun tampakanya hal tersebut seolah diabaikan oleh sebagian besar orangtua. Bagi mereka yang penting anaknya mau makan. Soal gizi bisa dengan makanan lain. Penyuluhan kepada orangtua murid sudah berulangkali dilakukan. Akan tetapi, tampaknya kurang berhasil. Kerena terbukti, orangtua masih saja membawakan bekal mie goreng lebih dari 1 kali dalam seminggunya. Alasan mereka, karena anaknya tidak mau membawa lain selain mie goreng..
Akhirnya, untuk *memaksa” para orangtua murid, mau berkreasi untuk bekal anaknya, sekolah menetapkan jadwal menu makanan yang di bawa ke sekolah. Hari senin, nasi + sayur, hari selasa, pudding atau buah potong, hari rabu kembali menu nasi + ayam/ ikan/ sejenisnya, khusus hari kamis, siswa diperbolehkan membawa mie atau sejenisnya (menjadi hari favorit siswa) dan terakhir hari jumat, siswa membawa snack yang tidak mengadung bahan berbahaya. Selain penetapan jadwal menu bekal, sekolah juga memberikan pembelajaran dalam sesi parenting, tentang bekal sekolah yang sehat. Hal ini diharapkan agar orangtua memahami bahwa menyiapkan bekal yang sehat dan menarik tidak diperlukan waktu lama dan merepotkan.
Kedua program sempat berlangsung dengan lancar. Bekal anak-anak mulai bervariasi. Dan mie goreng tidak lagi menjadi favorit bekal ke sekolah. Akan tetapi, sejak pandemi COVID -19 melanda dunia, makan bersama tidak lagi diperbolehkan. Kondisi ini berlangsung hingga dua tahan lamanya. Sampai akhirnya tahun ajaran kali ini, makan bersama kembali dilakukan. Sama seperti beberapa tahun sebelumnya, sekolah kami juga menerapkan jadwal menu yang hampir sama.
Semenjak makan bersama diperbolehkan, sebisa mungkin, kami memperhatikan bekal murid-murid. Hari senin, rata-rata, para siswa membawa nasi + sayur kuah mie rebus, hari selasa ada siswa membawa buah potong, pudding, sosis gulung mie atau martabak mie. Hari rabu, mereka membawa nasi goreng campur mie goreng, nasi kremes ayam atau sejenisnya. Hari kamis, hampir seluruh siswa membawa mie goreng dan terakhir hari jumat, membawa snack martabak mie, bola-bola mie goreng dan sejenisnya. Rupanya persahabaan antara mie goreng dan anak-anak sudah sedemikian eratnya, sehingga sulit untuk dipisahkan. Apapun menunya, mie tetap utamanya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar