Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Netizen Julid ?, Siapa Peduli
viva

Netizen Julid ?, Siapa Peduli

Akhir-akhir ini, netizen, sering menuliskan kejulidannya, terhadap anak dari penyanyi dangdut muda terkenal. Padahal si anak laki-laki tersebut baru berusia 8 bulan. Para netizen julid, yang kebanyakan kaum hawa, entah ada dendam apa terhadap ibu dari bayi tersebut, sehingga selalu mengatakan bahwa bayi tersebut berwajah jeleklah, kalah ganteng dari bapaknya lah, plek ketiplek mirip ibunya sebelum terkenallah dan banyak lagi hinaan yang tidak masuk akal. Pada intinya, para julidter itu, tidak terima jika si bayi imut itu terlahir dari seorang biduanita terkenal dan seorang ayah yang rupawan. Dan yang (mungkin) lebih "menyakitkan" netizen julid adalah, tidak adanya respon apapun dari orang tua si bayi. Alih-alih menjawab hinaan, keluarga si bayi, malah selalu memanggil si bayi dengan ucapan *ganteng*, *mana si ganteng*. So, ibarat anjing mengongong kafilah berlalu.

Mencela orang adalah sangat tidak terpuji. Apalagi yang di ejek adalah bayi yang baru mengenal dunia. Anak usia 0-2,5 tahun, sedang senang-senangnya mengeksplorasi dunia. karena dimatanya dunia luar adalah dunia yang penuh dengan kesenangan dan orang-orang baik. Apa jadinya jika, si bayi sudah mengerti hinaan, cercaan yang ditujukan kepadanya. Besar kemungkinan keinginannya untuk mengeksplorasi dunia akan hilang dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Tuhan, menciptakan mahkluknya dengan sebaik-baiknya manusia. Tidak ada seorang manusia yang diciptakan tanpa kehendakNYA. Karena Tuhan yang maha mengetahui untuk maksud apa, seorang manusia diciptakan.

Lalu, salahkan jika orang tua si bayi, selalu menyebut anaknya ganteng, walaupun kata emak-emak julid, sebaliknya. Sebenarnya sangat lumrah dan alamiah, jika oang tua menganggap anaknya sendiri yang paling ganteng atau paling cantik. Karena anak-anak itu lahir dari rahimnya dan merupakan penerusnya. Jadi sah-sah saja, jika perilaku orang tua seperti itu terhadap anaknya.

Memuji anak sendiri sebenarnya memiliki manfaat besar yang berguna bagi kestabilan emosi anak. Anak-anak yang sering di puji oleh orang tuanya, terutama anak perempuan oleh ayahnya, anak laki-laki oleh ibunya, maka hatinya tidak mudah terpukau oleh rayuan lawan jenisnya. Dengan pujian yang diberikan oleh orang terdekatnya, anak akan merasa disayangi dan dicintai, Sehingga jika ada orang lain yang mencoba memperdayainya dengan pujian setinggi langit, anak sudah terbiasa dan tidak mudah tergoda atau hanyut dalam rayuan gombal orang-orang yang berniat tidak baik.

Seperti kejadian yang sering dijumpai akhir-akhir ini. Beberapa kasus pemerkosaan anak remaja, terjadi akibat si anak termakan rayuan gombal yang dilakukan lewat media social. Korban di rayu dengan kata-kata manis. Dan kebetulan ia jarang sekali mendapatkan pujian dari orang-orang terdekatnya. Sehingga ketika berkenalan dengan orang baru lewat dunia maya dan menerima gempuran pujian dan janji manis, hati dan jiwanya langsung melemah dan mau mengikuti apapun yang diperintah si pelaku.

Ibarat bayi yang diberi imunisasi sejak dini, sebagai tameng serhadap serangan virus atau penyakit. Maka pujian dari keluarga, memiliki peran yang sama dengan imunisasi. So, pujilah anak-anak kita, agar jiwa mereka kuat dan sehat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post