Salah satu hal yang kusyukuri saat belajar di negari sakura adalah, adanya pendampingan. Baik pendampingan untuk kehidupan di kampus dan di luar kampus (Pembimbing akademik), maupun pendampingan belajar. Keberadaan mereka sangat membantuku dalam proses belajar. Untuk pendamping kehidupan, aku tidak bisa memilih, karena ada penunjukkan langsung dari pihak universitas. Sedangkan untuk pendamping belajar, aku bebas memilih teman yang sesuai dengan jurusan yang di pilih. Karena jika lain jurusan akan menyusahkan kedua belah pihak nantinya.

Pembimbing akademikku, Takeshi Sensei, sangat unik. Karena beliau memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ya, beliau adalah dosen yang juga penyandang tuna netra yang sangat smart dan disiplin. Walaupun tidak pernah melihat phisikku secara langsung, namun beliau mampu mendeskripsikan gambaran tentang diriku secara baik. Menurutnya, setiap manusia memiliki ciri khasnya masing-masing. Terutama tekanan suara, hentakan kaki serta aroma tubuh. Awalnya aku tak percaya, bahwa beliau mampu mendeteksi seseorang dari ciri khasnya. HIngga pada suatu hari, saat aku harus mendatangi ruangannya untuk  mendapatkan tanda tangan beliau. Saat akan masuk ke ruangannya, kulihat pintunya  sudah dalam posisi terbuka. Langsung saja aku masuk, namun tak tampak orang lain kecuali Takeshi sensei. Saat itu beliau sedang serius mengetik di komputernya di ujung ruangan, sehingga pastinya tidak mendengar suara langkahku. Selain itu, lantai ruangannya ditutup dengan karpet tebal dan kebetulan aku memakai sepatu sport sehingga tidak terdengar bunyi apapun. Dengan sengaja, aku tidak memberikan salam saat masuk ke ruangannya dan hanya berdiri di depan pintu masuk saja. Namun baru saja, kubalikkan badan untuk keluar ruangan, tiba-tiba," Utie san, ayo masuk, ada yang bisa saya bantu". Mendengar sapaannya, aku kaget, maksud hati ingin diam-diam kabur dari ruangan itu, apa daya kedatangannku sudah diketahuinya. "Oh, iya sensei, saya mau minta tandatangan". Mendengar jawabanku, Takeshi sensei segera bangkit dan sambil meraba-raba jalan di depannya dan bergerak ke arah dimana aku berdiri. Surprise juga mengetahui Takeshi sensei mengenal aroma tubuhku begitu cepat. Padahal aku baru 2 bulan menjadi mahasiswa binaannya.

Tuhan menciptakan mahlukNYA dengan sebaik-baiknya manusia. Walaupun ada kekurangan pada tubuhnya, namun Tuhan pasti akan melebihkannya di sisi yang lainnya. kadang kita merasa paling menderita karena kekurangan kita. Padahal sesungguhnya, hal yang kita anggap minus itu, adalah kelebihan yang maha kuasa berikan kepda yang bersangkutan. Seperti halnya Takeshi sensei, beliau buta matanya sejak keciil. Namun berhasil menyelesaikan doktoralnya dengan cepat dan cumlaude. Beliau juga berhasil menulis beberapa buku dalam huruf braille dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan English. Takeshi sensei, juga sangat mandiri dalam kehidupannya.. Sebenarnya beliau dapat mengendarai mobil (dengan jarak tertentu dan dengan pendampingan). Namun dalam kesehariannnya, Takeshi sensei, lebih sering menggunakan transportasi umum (bis dan kereta). Untungnya di universitas tempat ku belajar, disediakan fasilitas lengkap untuk kaum difabel. Sehingga saat mengikuti kegiatan kampus, Takeshi sensei dan teman difabel lainnya sangat terbantu. Menjadi mahasiswa binaan Takeshi sensei, menjadi pembelajaran yang sangat berharga sekaligus sebagai penguat hati, terutama saat aku merasa down.

Iro-iro oshiete moratte, makoto ni arigatou gozaimasu… itsu mo ogenki de ne….