Seharian aku dan teman-teman dari kantor lama, pergi mengunjungi mantan bos yang sakit akibat serangan stroke. Meyaksikan mantan bos, yang dulunya perlente bin necis, kini untuk berjalan saja agak sulit, apalagi bergaya. Tapi itulah kehidupan. Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya.

Mantan bosku itu, sangat ingin menjalin kembali silaturahim dengan teman-teman dahulu. Namun apa daya, jari jemarinya sudah kaku, sehingga tidak memungkinkan untuk sering sering chatting. Akhirnya kuputuskan untuk meng-upload photo yang tadi diambil. Untuk memancing perhatian agar teman yang lain mau berkomunikasi dengan mantan bosku. Kebetulan teman-teman di perusahaan yang lama, membuat group wa sebagai sarana komunikasi para alumni yang tersebar.

Sejam, dua jam, hanya ada satu orang yang mengomentari photo yang ku-upload. Komentarnya singkat saja, Semoga diberikan kesabaran dan kesehatan, bosku, tulisnya. Kupikir tidak ada yang tertarik. Karena mantan bosku memang sudah lama resgin. Sehingga mungkin banyak yang tidak mengenalinya. Tetapi, keesokan harinya, kulihat ada japrian dari nomor asing. Hai, bunda cantik, apa kabar. Cantiknya gak luntur-luntur. Mendapat pesan dari nomor tak di kenal dengan sapaan yang menggoda, sungguh membuat hati ini berbunga-bunga. Tapi, saat ku lihat PP (Profile Picture)nya, wajahnya seperti tidak asing tetapi siapa ya. Akhirnya kubalas. Alhamdulillah, sehat. Kalau boleh tahu, ini siapa ya?, tanyaku balik, Tak lama, gawaiku berdering dari nomor yang baru saja kulihat. Ternyata si penelephon adalah teman karibku dulu. Sebenarnya, kami dahulu sempat dekat. Saat dimana ia sedang galau dengan kekasihnya saat itu. karena sudah hampir 18 tahun tak bertemu, materi pembicaraan kami sangat beragam. Gaya bicaranya tetap sama, selalu dipenuhi dengan rayuan mautnya. Tapi, maaf mas, rayuanmu sudah basi…