Resiko Punya Anak
Selama dua hari sejak kemarin, sekolahku membagikan Laporan Capaian Pembelajaran. Dan bis di duga, potongan kalimat di atas adalah pembelaan paling favorit dari para orang tua, ketika mendengarkan penjelasan sang guru. Perkembangan setiap anak berbeda-beda, walaupun berasal dari rahim yang sama.fenomena kedua yang biasanya diucapakan oleh orang tua murid adalah. “Dia beda sama kakaknya. Kalau kakaknya sekali dibilangin, langsung dikerjakan”. Waduh kasian sekali ya, bocil selalu jadi kambing hitam.
Masalah paling banyak di kalangan anak usia dini adlah kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembang anaknya sendiri. Istilah kerennya pola asuhnya yang mungkin perlu dipikirkan lagi. Seperti pada kasus Tama (my favorit student), secara kognisi maupun sensory tak mengalami hambatan yang berarti. Bahkan kemampuannya brkembang melebihi teman seumurannya. Tetapi pengendalian emosinya menjadi masalah besar yang dapat menghambat kemampuaan kognisinya. Ketika sang bunda diceritakan bagaimana ia beraksi di kelas, kemudian sang guru memberikan saran agar sang bunda memberikan ruang bagi Tama untuk melakukan eksperiment pasir di rumahnya, jawabannya sungguh mengagetkan. “Wah, biikin repot bu. Pasti nanti pasirnya di sebar-sebar. Bikin repot saya aja”. Mendengar jawaban sang bunda, agak sedih juga hati ini. mau punya anak tapi gak mau repot. Padahal setahu saya, sang bunda cukup berpendidikan dan jabatan di kantornya juga lumayan.
Lain lagi cerita Lily, seorang anak yang sebenarnya cukup ceria dan ekspresif, namun suaranya sangat mahal alias tidak pernah terdengar suaranya. Bahkan cenderung pasif. Seetelah mendengar cerita sang ayah, ternyata Lily jarang sekali bermain dengan sebayanya, kecuali ketika berada di sekolah. sehari-hari ia ditemani oleh sang ayah, yang sudah cukup berumur, kakak perempuan yang senang mengurung diri di kamar dan kakak laki-laki yang meskipun sering bercanda dengannya namun cukup sibuk karena masih kuliah. Sedangkan sang bunda, sibuk bekerja, sehingga tak punya waktu banyak unuk berinteraksi dengan Lily. Alhasil Lily sering seorang diri dan menggambar menjadi teman sejatinya. Ketika Gurunya menyarankan agar Lily sering di ajak untuk berinteraksi dengan alam, seperti pergi hiking, jalan-jalan ke kebun binatang atau sekedar makan di taman dekat rumah. Sang ayah hanya mendelikkan matanya, tanda kurang setuju. Mungkin baginya bermain di outdoor kan melelahkan dirinya dan anaknya. Nyatanya, sang ayah memang lebih sering mengajaknya ke pusat perbelanjaan tepatnya area bermain di mall. Ketika sang guru menanyakan Lily apakah pernah ke kebun binatang, kepala Lily hanya menggeleng dengan wajah datar. Kasihan Lily.
Masih banyak cerita-cerita yang mengugah rasa ke-emak-anku. Nyatanya menjadi orang tua itu sulit sekali, tetapi nikmatnya luar pakai biasa. Menjadi orang tua memang tidak ada sekolahnya. Karena pengalaman dan kemauan teruntuk terus belajarlah satu-satunya jalan untuk menajdi orang tua yang baik. Bermain bersama anak, observasi anak dan lakukan tindakan dengan berpusat pada anak, in syaallah sang anakpun akan senang. Anak usia dini, Sejatinya masih “terikat” pada orang tuanya baik secara fisik maupun psikis. Jadi kalau mau punya anak ya harus siap dan mau direpotkan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Informasi yang sangat inspiratif, dialog dengan orang tua tentang bagaimana hubungan pola asuh dan prestasi di sekolah. Terima kasih, Bum semoga berkah dan sukses selalu.
Alhamdulillah, terima kasih ulasannya pak Ma'Arif . Memang banyak pembelajaran yang di dapat dari siswa dan orang tuanya. Sehat selalu ya, Pak.