Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Seminar Ala Backpacker

Rencananya selama 8 hari, aku akan mengikuti seminar pelatihan pendidikan Waldorf di Jogjakarta. Rasanya senang juga, bisa pergi ke Jogja, sambil sekalian refereshing. Apalagi Jogjakarta adalah kota yang selalu membuat kitaingin kembali. Selain karena budayanya, ada banyak tempat wisata, yang tak pernah bosan untuk selalu dikunjungi.

Teman-teman sesama peserta, kebanyakan menyewa hotel atau penginapan di sekitar area pelatihan, yang memang agak di luar kota Jogjakarta. Tetapi aku agak berbeda, aku mencari penginapan yang berada di tengah kota, tepatnya di daerah sekitar kraton. Karena daerah sekitar kraton tidak boleh ada hotel, alhasil kali ini saya mencoba penginapan ala homestay, yang menurut salah atu aplikasi warna biru, merupakan homestay favorit para pelancon dalam dan luar negeri.

Homestay yang diinapi, dari tampilannya sederhana, menyerupai rumah biasa. Karena memang begitulah kebijakan yang berlaku di kawasan itu. Di dalam komplek perumahan tersebut, ada sekitar 6 rumah yang masing-masing kamarnya disewakan secara tersendiri. Awalnya, agak panic juga begitu mengetahui ternyata kamar mandinya hanya ada 1 dalam satu rumah. Alhasil ketika ingin kekamar mandi saya harus berpakai lengkap dengan hijab. Dan jika ingin kekamar mandi, harus melihat waktu-waktu sepi. Namun untungnya, sekarang-sekarang ini, wisatawan tidak terlalu ramai. Jadi masih bisa di tolerir. Satu kelebihan jikamenginap di homestay adalah dapur yang bisa kita pakai kapanpun. Karena akan menginap lama, tentunya keberadaan dapur sangat menolong ketika bosan dengan makanan luar.

Selain dua hal tersebut, kemudahan bertransportasi juga menjadi poin penting, mengapa memilih homestay tersebut. karena memang letaknya di pusat kota Jogja, sehingga akses ke tempat-tempat wisata, lebih mudah dan dekat. Ternyata lokasi homestay yang kuinapi, cukup dekat dengan masjid Jogokariyan. Masjid tersebut, popular karena pengurusnya mampu memberikan pelayanan terbaiknya untuk umat muslim yang shalat maupun yang sedang melakukan perjalanan. Masjid itu juga terkenal dengan Zero cash nya. Artinya seluruh uang sumbangan umat, dipergunakan kembali untuk kemaslahan umat. Bahkan tadi malam, kebetulan ada cara pembubaran panitia suatu acara, jika biasanya masjid lain hanya sekedar kue-kue atau nasi kotak biasa. Masjid Jogokaryan menyediakan buffet lengkap seperti hal jika ada pesta pernikahan. Dan yang terlebih mengagetkan, catering yang menyediakannya bukan kaleng-kaleng. Jumlah porsi yang disediakan juga sangat banyaknya. Menurut berita yang kudapat, disediakan kurang lebih 1000 porsi. Pantas saja, jika masjid tersebut menjadi referensi bagi pengelolaan masjid se Indonesia.

Jogjakarta, salah satu kota yang selalu menawan hati untuk dikunjungi. Semoga menjadi kota yang selalu membahagiakan warganya dan orang-orang yang mengunjungi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post