Malam itu, kami kedatangan tamu, pak RT dan Pak RW. Tampaknya ada sesuatu yang penting, sehingga mereka berdua sengaja meluangkan waktu untuk bertemu dengan bapak. Sambil makan malam, aku mencoba mendengarkan pembicaraan mereka, meski samar-samar, sesekali kudengar mereka berbicara soal keamanan. Setelah para tetua lingkungan itu pulang, bapak mengumpulkan kami di ruang makan dan mengulang pembicaraan dengan tamu tadi. Menurut mereka, kemarin malam, saat pak RW pulang dari rapat warga, sekitar pukul 23 wib, berpapasan dengan segerombolan orang tak di kenal di sekitar area rumah kami. Beberapa dari mereka terlihat membawa senjata tajam. Yang sempat terlihat oleh pak RW adalah golok, pedang dan pisau. Karena takut terjadi sesuatu, akhirnya pak RT dan pak RW datang untuk memperingatkan agar kami berhati-hati.

Sejak kedatangan para ketua lingkungan, aku semakin was-was. Apalagi, Bapak sering dinas ke luar kota. Alhasil, laki-laki di rumah hanya adik lelakiku yang baru berusia 4 tahun. Hampir setiap sore menjelang malam, aku sempatkan keliling rumah untuk melihat situasi sekitarnya. Hingga suatu malam, setelah selesai belajar, sekitar pukul 21 malam, rasa kantuk belum juga datang menghampiriku. Namun yang datang malah rasa was-was yang berlebihan. Ibu, adik perempuan dan lelakiku, tidur bersama ibu, karena bapak sedang dinas ke luar kota. Sementara kakakku dan sepupuku sudah masuk kamar, namun masih asyik bercerita. Aku, sendiri terus duduk di ruang tengah sambil lihat acara tv, dengan volumnya yang sengaja kekecilkan. Sambil sesekali kulonggok jendela depan untuk melihat situasi di luar. Akhirnya pukul 22 lewat, rasa kantuk mulai menyerang dan kuputuskanuntuk masuk kamar. Namun tetap saja pikiranku melayang-layang. Perlahan mataku mulai meredup, tetapi di saat yang bersamaan, telingaku menangkap derap langkah kaki. Deg.. mataku langsung terbuka, dan telingaku pun siaga menangkap suara-suara aneh di sekitar rumah. Setelah suara langkah kaki itu menghilang, matapun kembali meredup.

Entah sudah berapa lama aku terlelap, hingga tiba-tiba aku terbangun, karena mendengar suara gemerincing ..glek..glek..glek…terdengar halus dan tidak cukup kuat untuk membangunkan kakak-kakak yang ada di sampingku. Suara aneh itu, terus saja kudengar. Karena penasaran, akhirnya kuputuskan untuk keluar kamar dan berdiri di depan lemari makan yang ada di samping pintu belakang. Ups..ternyata ada orang yang sedang berusaha memasukkan anak kunci ke lubang kunci pintu belakang. Tampaknya maling tersebut sedang berusaha memasukkan beberapa anak kunci yang sesuai. Saat itu aku bingung, apakah harus kembali ke kamar dan membangunkan kakak atau langsung berteriak agar maling itu kabur. Akhirnya kuputuskan untuk tetap di tempat. Karena setelah kuperhatikan ternyata pintu belakang tidak di kunci, melainkan hanya di beri slot tambahan dari dalam. Dan slot tersebutpun sudah tidak ada kunci gemboknya. Sebagai gantinya ditaruh sendok kecil. Jadi si maling pastinya tidak akan dapat membuka pintu dengan anak kunci yang dimilikinya, kecuali ia mendobrak pintu itu. Setelah hampir 10 menit, rupanya maling itu menyerah karena tak lagi kudengar lagi suara glek..glek…glek Tak lama kemudian, terdegar langkah kaki yang berlahan menjauh dari pintu belakang rumah kami. Alhamdulillah, rumah kami terselamat berkat sendok kecil yang ibu sematkan di slot pintu belakang. Terima kasih sendok kecil.