Si Ayyam
Masa sekolah dulu, hal yang paling kuingat adalah, canda tawa sepanjang hari. Sebagai anak IPS, kelasku termasuk yang tidak dibanyak diperhitungkan. Terkenal sebagai kelas yang paling rebut dan suka buat guru sakit hati. Akan tetapi kami sangat komplak, terutama ketika menghadapi anak-anak Fisika dan Biologi. Selain, karena jumlah siswanya lebih banyak, kedua jurusan itu memang lebih banyak mengharumkan nama sekolah. Sehingga, perhatian para guru lebih tercurah kedua juruasan tersebut. Walaupun demikian,kelasku tak pernah iri hati. Kami membuat kenyamanan sendiri di kelas Salah satu kebiasaaan di kelas , yang masih kuingat, adalah julukan-julukan lucu yang menjadi nama panggilan beberapa teman.
Nama aslinya, Harianto. Sebenarnya wajahnya lumayan, badannya cukup tegap. Namun, karena sering duduk sambil membungkukan bandannya di atas meja, sehingga posturnya cenderung membungkuk. Saat pagi hari, matanya hanya sekitar 5 watt saja, apalagi jika pelajaran pertama adalah pelajaran yang tidak mendebarkan alias bikin ngantuk, pasti Harianto, akan *menghilang * secara berlahan, alias menidurkan badannya di tempat duduknya. Apalagi tempat duduknya di pojok kelas, yang jarang telihat oleh guru. Karena kebiasaanya itu, kami sepakat memanggilnya ayam. Nanti, sekitar jam 9 an, ayam akan mengeliatkan badannya dan menggerakan tangannya ke atas, persis seperti anak bayi yang baru bangun dari tidurnya. Biasanya, dari arah belakang, beberapa anak akan menirukan bunyi ayam berkokok. Mendengar itu, kami sekelas akan tertawa terbahak-bahak. Dan anehnya setelah itu, ayam akan lebih bersemangat mengikuti pelajaran.
Si penyu, itu julukan kami untuk temanku yang bernama asli Andri. Badannya tidak terlalu tinggi, tapi berisi. Kulitnya agak kecoklatan. Yang menjadi ciri khasnya adalah ukuran lehernya yang cukup besar dan kokoh. Apalagi ia suka mengerak-gerakkan lehernya ke kiri ke kanan tanpa sebab,layaknya penyu yang suka mengerakan lehernya. Penyu pandai merangkai kata. Sudah banyak tulisannya yang di terima di majalah remaja popular saat itu. Dan dengan bangganya, ia menyematkan nama penanya, si Penyu.
Selain mereka berdua, ada beberapa nama sayang yang kelas sematkan untuk beberapa anak. Srigala, gajah atau monyet. Walaupun kesannya agak kasar, nyatanya mereka yang menerima julukan itu, santai-santai saja. Alih-alih baper, mereka justru bangga, karena merasa di sayang dan populer hingga seantero sekolah.
Bagi orang luar, julukan dengan nama binatang, mungkin terkesan kasar. Tetapi kami biasanya memberikan julukan itu, berdasarkan kenyataan dan ciri khasnya. Selain itu, saat memanggilnyapun, kami tidak ada nada mengejek atau membullynya.
Berbeda dengan kondisi anak-anak sekarang ini, yang sangat cepat merasa tersinggung. Sedikit saja, ada hal yang tidak mengenakkan hatinya, mentalnya langsung terkoyak dan curhat di media social. Pertemanan di kelas kami, yang penuh canda, celaan bahkan ejekan, justru membuat mental anggotanya kuat. Karena kami, menganggap ejekan berbau candaan itu,, adalah ungkapan persahabatan yang tidak dilakukan untuk benar-benar menghina. So, kamipun santai menanggapinya. Seperti halnya, si ayam yang selalu tersenyum, takkala si gajah, menirukan kokokan ayam, saat ia mengeliatkan badannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar