Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Si Peniru Ulung

Ada 64 anak usia dini, yang sehari-hari menghiasi sekolah tempatku mengajar. Artinya ada 64 karakter yang setiap harinya harus kuperhatikan.. Ada si penyemangat, ada yang suka memanas-manasi, ada yang selalu giat menyelesaikan tugasnya. Ada juga yang pendiam dan ada juga yang pemarah. Bukan bermaksud melabeli anak-anak imut nan lucu dengan label tertentu. Tetapi, hal itu hanya untuk mapping internal agar mempermudah pengawasan saja.

Di balik karakteristik masing-masing yang begitu unik, nyatanya anak usia dini bagaikan sponge yang menyerap apa saja yang di lihat dan didengarnya. Seperti saat mereka diajarkan tentang dasar negara, Pancasila. Di hari ketiga, ada yang sudah dapat mengucapkan sila-sila dengan lancar dan tanpa salah. Demikian juga saat diajari lagu baru. Dalam dua hari saja, sebagian besar sudah dapat menyanyikan lagu tersebut.

Sejak awal semester, aku sudah menaruh perhatian pada beberapa anak. Salah satunya adalah Azka. Kecil, imut, berkulit putih, talk active, easy going dan ceria. Itulah pembawaan Azka. Awalnya, Azka dapat bersosialisasi secara baik dengan teman-temannya. Hingga pada suatu hari, secara tak sengaja, aku melihat Azka menarik-narik tangan kanan Rayya. Melihat gelagatnya, perlakuan Azka terhadap Rayya, seperti gaya seorang laki-laki terhadap wanitanya. Sambil menarik tangan Rayya, Azka tersenyum dan sepertinya ia mengucapkan sesuatu yang membuat Rayya senyum-senyum. Melihat itu, aku mencoba mengalihkan perhatian Azka, dengan memanggil Rayya. Sedikit agak Kepo, kutanyakan apa yang Azka lakukan terhadapnya. Rayya tidak mengatakan apapun, melainkan hana tersenyum. Beberapa minggu setelah itu, aku mendapat laporan dari guru lain, bahwa Azka memangku Ajmi. Guru tersebut juga melihat gelagat yang kurang baik dari Azka. Sementara Ajmi hanya tersenyum, terangnya padaku.

Pernah sekali waktu, aku menanyai Azka, tentang kesehariannya di rumah, dengan siapa ia bermain dan apa yang di lihat saat berada di rumah. Tanpa tending aling-aling, Azka menceritakan teman sepermainannya di rumah dan apa saja yang dilakukan bersama mereka. Tampaknya tak ada hal yang perlu dikuatirkan, pikirku saat itu. Namun, kemarin, saat bermain bebas, aku kembali melihat Azka menduduki tubuh Nayara. Segera saja ku panggil dan kutarik tangan Azka, dan menyuruhnya mengambil mainan di dalam kelas. Dan hari ini, saat aku memanggil Hena untuk memberikan hasil karyanya, tanpa di duga, Azka berdiri dan menghampiri Hena dan tangannya langsung merangkul pundak Hena. Hena sendiri sempat kaget dan hanya terdiam terpaku. Melihat itu, langsung kumemperingatkan Azka, agar melepasan rangkulannya. Bukannya melepaskan tangannya dari bahu Hena, tangan Azka malah pindah memegang pinggang Hena. Melihat gelagat itu, segera kuminta Azka untuk duduk di sampingku. Dengan nada bercanda, kuingakan kembali lagu "Yang boleh dan yang tak boleh di sentuh ". Dan anehnya, tanpa rasa bersalah Azka menyanyikan lagu yang kumaksud dengan bersemangat.. Ehm,.. Azka memang tidak mengerti jika tindakannya tidak wajar dan tidak seharusnya.

Dari pembicaraan dengan guru lain, kuketahui bahwa ternyata teman-teman sepermainan Azka, sudah cukup dewasa dan kebanyakan tidak sekolah. Rupanya Azka, meniru semua yang dilakukan oleh teman-temannya, tanpa pernah mengerti apa yang mereka lakukan. Kasian Azka……

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post