Telephon Nakal
Malam sudah menunjukkan pukul 22, saat akhirnya tugas kuliah selesai kukerjakan. Sebelum tidur sejenak kustel tv untuk merefresingkan kepala setelah berjibaku dengan huruf-huruf kanji yang buat kepala semakin pusing. Biasanya acara tv di Jepang jika sudah melewati pukul 22, kalau tidak acara musik ya acara game-game orang dewasa.
Rasanya baru sejenak kusandarkan kepala di atas tempat tidur sambil melihat tv yang tak jelas acaranya, tiba-tiba aku dikejutkan dengan dering telephon, “ kriiiing, kriiiing.. kriiing”. Belum sempat kuangkat nada dering sudah berhenti. Saat kulihat jam di kamar, astaqfirullah sudah jam 01. Rupanya aku ketiduran cukup lama.
Setelah kesadaranku pulih, kepalaku langsung berpikir. Tengah malam begini, siapa yang telephon. Jangan-jangan telephon dari Jakarta, apa dari rumah,? apakah bapak atau ibu sakit? Beribu pertanyaan hinggap di kepalaku. Bila di Jepang pukul 01 pagi, di Indonesia masih pukul 23. Biasanya keluargaku masih belum tidur, batinku mulai tak tenang, memikirkan yang bukan-bukan. Tak lama, telephonku mulai berdering, “kriiiing, kriiiing, kriiing”. Begitu nada dering 3 kali berbunyi, segera ku angkat telephonnya, namun “jeebt”. Telephon segera dimatikan oleh pihak sana. Apakah telephon itu dari Indonesia, yang memberikan kode agar aku menelephon balik. Karena biasanya jika keluargaku ingin berbicara, mereka meminta aku yang menelephon. Biayanya lebih murah katanya. Tapi aku , tetap tak berani untuk menelephon rumah. Takut mendengar berita yang tak kuingin dengar.
Belum sempat kuputuskan menelephon rumah atau tidak, tiba-tiba telephon kembali berdering. “ Kriiiing, kriiiing, kriiiing”. Nada dering ke 3 , segera kuangkat telephon. “Hallo… ibu, bapak…hallo..”. Tak ada jawaban dari seberang telephon. “Moshi-moshi.. donata deshouka (Hallo ..siapa di sana)?”. “Eheemm..”, bukan jawaban yang kuterima, tetapi hanya deheman saja. Namun tiba-tiba, “kamu belum tidur?.. kamu pakai baju apa?, coba geraikan rambutmu…”. Mendengar nada suara dan isi pembicaraannya langsung saja bulu kuduku berdiri ketakutan dan langsung kututup telephonnya dan segera kumatikan lampu kamar. Kemudian kubuka sedikit tirai jendela untuk melihat situasi di luar. tak tampak ada orang di sekitar apartementku. Suasana tampak lenggang dan gelap gulita, melihatnya saja sudah memberikan rasa ngeri.
Kuputuskan untuk segera tidur mencoba melupakan telephon nakal tadi. Tak lama kemudian, telephon kembali berdering,” kriiiing..kriiing..kriiing..kriing..kriiing. kali ini telephon berdering lebih dari 3 kali. Tapi aku tak mau mengangkatnya. Besar kemungkinan orang tadi yang menelephon kembali. Kubiarkan terus sampai akhirnya dering telephon berhenti sendiri.
Ya, besar kemungkinan telephon tadi adalah Itazura denwa (Telephon Nakal). Di Jepang, umumnya di daerah perkotaan, jenis pelecehan seperti itu kerap terjadi. Itazura denwa pastinya dilakukan oleh orang-orang (laki-laki) iseng yang mencari kepuasan melalui telephon. Mereka biasanya memilih korban secara random.
Ada teman yang agak kepo dengan pelecehan jenis ini. ketika ia menerima itazura denwa, ia melayani (melakukan) apa yang diminta oleh si penelephon dan melihat responnya. Ternyata si penelephon memang mencari kepuasan sexsualnya melalui imajinasinya terhadap orang (wanita) yang menjawab telephonnya. Saat itu telephon yang dipergunakan hanya telephon biasa tanpa kamera. Sehingga si penelephon membuat fantasinya sendiri namun ia memerlukan pihak lain untuk membantu memunculkan imajinasinya.
Awalnya kaget dan tak percaya dengan telephon nakal seperti itu. Namun itulah kenyataan yang terjadi di sana. Manusia adalah makhuk yang sangat unik dan ada banyak hal yang masih menjadi menyelimutinya. Tapi kembali lagi, itulah kuasa Tuhan yang menciptakan manusia sebagai hambaNYA. Kucoba memaknai peristiwa telephon nakal itu sebagai sisi lain dari ciptaanNYA. Sebagai bahan pembelajaran untuk manusia lainnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar