Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Teriakan SI Bocil
Khsbolg

Teriakan SI Bocil

Panas terik matahari membuat kulitku terasa seperti di panggang. Dari kejauhan kulihat kubah putih masjid At Thohir di kanan jalan tol Jagorawi. Melihat warna putihnya saja, sudah terbayang kesejukan yang akan ditawarkan di dalamnya. Segera paksu mengarahkan kendaraan kami untuk keluar told an menuju ke sana.

Begitu memasuki tangga masjid putih tersebut, kaki ini sudah merasakan kesejukannya. Ditambah tatanan interiornya sangat simple sehingga dalam masjid terasa lapang, menyenang dan menentramkan siapapun yang beribadah di dalamnya. Namun, tiba-tiba ketenanganku terusik, oleh suara teriakan yang sangat memekakkan telinga. Rupanya, ada satu keluarga besar yang terdiri dari kakek, nenek, anak dan cucu yang baru selesai shalat dan duduk-duduk di dalam masjid. 2 anak batita (bawah tiga tahun) mereka, berlarian sambil berteriak-teriak kegirangan. Di tambah lagi kakak si batita, kira-kira berusia lima tahunan, yang juga ikut mengejar adik-adiknya. Sehingga teriakan anak-anak itu semakin keras dan sungguh menganggu.

Setelah selesai shalat, kuperhatikan anak-anak itu, eh ternyata ada seorang ibu, bisa jadi ia, adalah ibu salah seorang anak-anak tersebut, malah ikut berjalan ke sana ke mari sambil memvideokan pergerakan anaknya. Kulihat dari balik pembatas bilik perempuan yang transparan, ayah dari anak-anak tersebut, malah tertawa lepas dan terlihat bangga pada keceriaan anak-anaknya. Di tambah, sang kakek pun, tanpa rasa bersalah, malah menyuruh cucu lainnya untuk berlari mengikuti garis shaf shalat dan si kakek menunggu di ujung sisi lainnya. Keriuhan semakin menjadi-jadi, mengalahkan taman bermain. Orang dewasa di keluarga tersebut, semuanya tersenyum gembira dan tidak menyadari atau tidak mau tahu, jika mereka sedang berada di dalam masjid. Teriakan anak dan cucu mereka sangat menganggu orang yang sedang shalat dzuhur.

Hal yang berbeda, kutemui saat mengunjungi kuil di Asakusa,Tokyo. Kuil itu sangat luas dan lumayan teduh. Sama seperti masjid, kuil juga sering dikunjungi oleh keluarga lengkap dengan anak-anak batita atau balitanya. Sepanjang pengalamanku, sangat jarang aku mendengar teriakan anak-anak tersebut. Kadang beberapa anak berlarian khas anak-anak kesana kemari. Namun tidak membuat suara yang memekakkan telinga orang lain. Biasanya anak-anak yang ikut pergi ke kuil, akan ikut berdoa, walaupun mereka hanya mengikuti gerakan orang tuanya saja.

Hal yang sama, aku jumpai di masjidil Haram, Mekkah dan masjid Nabawi, Madinah. Saat weekend, hari jumat, banyak penduduk local yang melakukan umroh beseerta anak-anak batita atau balitanya. Walaupun belum paham akan bacaan ibadah umroh, tetapi mereka bersemangat mengikuti setiap langkah orang tuanya, tanpa teriakan atau tangisan. Dan memang, orang tuanya tidak mengijinkan mereka berteriak di dalam masjid.

Lantas, mengapa anak-anak yang saya sering jumpai di masjid, terutama di Indonesia, sering kali berteriak sekencang-kencangnya. Saya tidak menyalahkan anak-anak tersebut. Jelas sekali yang bermasalah ada pada orang tuanya. Apakah mereka tidak tahu adab ketika berada di tempat ibadah, sehingga tidak pernah mengajarkannya pada anak-anak mereka?. Ataukah, karena masjid lebih luas dari rumah mereka, sehingga merasa wajar jika anak-anak merasa bebas, lepas dan boleh berlarian ke sana kemari. Sepertinya, anak-anak dimanapun sama. senang dengan kelapangan dan kebebasan. Namun, kebanyakan anak-anak yang saya jumpai di kuil, sudah memahami bagaimana mereka seharusnya beradab di tempat ibadah. Apakah, karena orang tuanya, mengajarkan bahwa mereka harus menghargai hak orang lain, dan akan sangat marah jika anak-anak mereka menganggu kenyamanan pengunjung lain yang sedang beribadah. Mari tanyakan pada rumput tetangga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post