Terima Nasib
Wajahku memang sering mengelabui orang. Banyak orang menyangka aku berasal dari luar Jawa. Penampakan wajah dan logat bicara, tak jarang orang mengira aku berasal dari Sumatra Selatan,Sumatra Utara bahkan Sulawesi Selatan. Padahal bila di runut dari garis keturunan bapak dan ibu, sebenarnya darah yang mengalir bisa di bilang 90% darah Jawa. Bapak dari Jawa Timur dan ibu dari jawa Tengah. Sisanya sekitar 10%, darah yang mengalir di tubuh ini, terutama dari garis keturunan ibu, merupakan darah dari daerah Yuan, Tiongkok. Ternyata nenek dari kakekku, merupakan seorang wanita asal Yuan yang datang ke tanah Jawa untuk berdagang dan belajar islam sehinga akhirnya menikah dengan orang Jawa. Anehnya dari puluhan cucu kakekku, hanya aku yang dianugerahi titisan darah timur, mata sipit dan kulit putih. Selebihnya kebanyakan bermata lebar dan kulit agak sawo matang.
Suatu hari saat sedang menyaksikan acara music, Saturday Night , di kampus, aku dan teman lainnya, larut dalam alunan music hingga waktu magrib tiba. Kebetulan tak jauh dari kampusku ada Masjid besar. Sehingga penonton beramai-ramai shalat disana. Karena acara musiknya cukup besar, sehingga banyak mahasiswa dari fakultas lain yang datang ke fakultasku. Hebatnya saat acara berlangsung kami serempak bernyanyi bersama, dan saatnya harus beribadah, para mahasiswa pun serempak pergi ke masjid dan shalat berjamaah.
Saat akan memasuki masjid, tiba-tiba bahu kiriku, di tepuk oleh seorang mahasiwa, yang tampaknya dari fakultas lain. “Kamu, tahu gak itu masjid buat shalat, bukan tempat main lho”. Mendengar itu aku sempat bingung. Masjid memang tempatnya shalat bukan tempat main, lha wong aku juga ke sini mau shalat , masa mau main-main. “Iya, mas, saya juga mau shalat ini”. Balasku “Lha kamu muslim, ya”, tanyanya dengan suara yang dipelankan. “In syaallah, iya mas”. “Waduh , maaf ya, saya kira non muslim. Habis wajah kamu berbeda”. Ujarnya sambil meminta maaf dan langsung pergi menghilang di tengah keramaian. Oalah ternyata, wajahku bisa buat orang salah sangka.. Sebenarnya kejadian seperti itu, bukan yang pertama. Pernah aku dimintakan surat keterangan ganti nama oleh kantor imigrasi saat akan membuat passport. Namun, untungnya petugas tersebut mau mendengarkan cerita tentang asal-usulku, sehingga aku tidak “dipaksa” menyerahkan surat keterangan tersebut. Apalah dayaku, karena phisik ini pemberian sang pencipta dan tidak bisa lagi kuubah semauku. Ya, tinggal terima nasib saja, deh.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar