Tua Itu Bukan Aib
Kepala Sekolah “Tua” akan dikembalikan ke tugas utamanya. Itu adalah head line sebuah surat kabar online, yang kebetulan muncul di News Timeline. Membaca judulnya saja, sudah pilu rasanya hati ini. Apalagi membaca dan memahami isi beritanya. Jadi menurut si penulis, mas mentri Pendidikan, akan merotasi kepala sekolah yang sudah tua dengan para guru dari sekolah penggerak karena di anggap sudah tidak kompetensi dan mengikuti perkembangan jaman. Guru-guru dari sekolah penggerak di anggap masih muda, kompeten dan mampu mengikuti perkembangan jaman.
Kejadian lain, terjadi pada teman sekantor. Beliau sudah bekerja lebih dari 25 tahun. Masih sangat energik, sangat teliti, banyak ide, kreatif dan pekerjaannya nyaris sempurna. Bahkan, staf yang masih muda-muda, kualitas pekerjaannya jauh di bawah beliau. Kekurangan beliau hanya satu, saat presentasi, materinya agak membosankan. Karena penguasaan teknologi yang kalah canggih dari staf muda. Lantas apakah karyawan senior seperti beliau itu, pantas disingkirkan atau kenaikan gajinya diperlambat?.
Timbul pertanyaan di benak ini, apakah orang yang sudah “tua”, itu tidak kompeten dan tidak bisa mengikuti perkembangan jaman?. Rasanya terlalu naif. Apalagi di jaman canggih seperti sekarang ini, dimana kehidupan manusia menjadi sangat mudah karena dengan teknologi semuanya menjadi mudah dilakukan. Bahkan oleh orang yang sudah tua sekalipun
Memang sudah pasti semakin tambah usia, kemampuan tubuh semakin menurun. Kemampuan berpikir dan mempelajari hal –hal baru juga akan berkurang. Tapi sekali lagi akankah itu menjadi alasan untuk menyingkirkannya?. Di Indonesia, usia 50 tahun, sudah di anggap tua dan lamban. Banyak perusahaan menolak memperkerjakan karyawan di usia 50 tahunan. Padahal usia 50 tahunan, masih sangat produksi. Memang ada juga yang merasa usia 50 tahun sudah tua dan renta. Namun, masa sekarang ini, usia 50 tahunan masih sangat produktif dan memungkinkan untuk diperkerjakan.
Di negara lain, seperti Eropa, Amerika, Jepang, Korea maupun sebagian besar negera maju, masih memperkerjakan orang-orang yang berusia 50 tahunan. Bahkan untuk pekerjaan yang berat secara phisik sekalipun. Seperti yang dialami seorang teman lain. Ia bekerja di kapal pesiar, yang kontrak kerjanya dilakukan pertahun. Tahun ini usianya 51 tahun, namun masih dipekerjakan sebagai waiter di kapal yang mengarungi lautan di sekitar Eropa dan Amerika. Teman tersebut, memang berpengalaman hampir 10 tahun di dunia pelayaran kapal siar. Sehingga ketika melamar pekerjaan ke perusahaan pelayaran manapun, sepertinya akan di terima tanpa melihat usianya.
Menjadi tua adalah anugerah dari sang Pencipta. Karena telah banyak lika-liku kehidupan yang dilaluinya. Selain itu pastinya telah banyak pula pengalaman, baik itu yang berkaitan dengan hard skill maupun pemikiran. Seharusnya kematangan berpikir dan kematangan hard skill itulah yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk pengembangan usahanya. Menjadikan mereka sebagai trainer adalah salah satu cara yang terbaik. Hal ini biasa diakukan oleh perusahaan multinasional, khususnya perusahan Jepang. bagi perusahaan Jepang, sangat naif, jika “membuang” karyawan senior. Karena untuk mendidik seorang leader, supervisor bahkan manager memerlukan waktu lama dan perlu upaya khusus. Dengan adanya pendampingan dari para senior, pasinya regenerasi pekerjaan akan berjalan lancar.
4 tahun lalu, saya ditugaskan mendampingi seorang expatriate yang berusia 76 tahun. Belaiu dulunya adalah manager sebuah perusahan ban terkenal dari negeri sakura. Di usianya yang menurut orang Indonesia sudah renta, nyatanya, beliau masih sanggup keliling 3 pabrik setiap harinya. Mendampinginya seolah saya kembali memiliki seorang guru yang mengajari banyak hal. Hampir setiap hari ada pelajaran baru yang saya dapatkan. Dan yang terpenting semuanya bukan secara teori tetapi langsung dipraktekan Namun sayangnya, banyak karyawan muda yang menganggap remeh beliau, Kaum senior, seperti belaiu, di anggap lamban, tidak mengikuti jaman dan lainnya. Sehingga sering kali menganggap apa yang diajarkannya di anggap menyulitkan dan tidak bermanfaat. Padahal kejadian di masa lalu adalah pembelajaran yang menjadi dasar dari penyelesian permasalaah yang terjadi di pabrik. .
So, masih perlukan, kita berpikiran menjadi tua adalah aib ?????
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya
alhamdulliah, matur suwun bunda Risma atas dukungannya. salam sehat, salam Literasi