Wajah Absurb
Saat pertama kali bertemu dengan orang baru, pastinya tampilan phisik, terutama wajah, yang akan menjadi pusat perhatiannya. Sepersekian detik, setelah melihat wajahnya, maka di kepala kita akan tergambar perlakuan seperti apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut. Terkesan prejudice ?, memang, tetapi itulah yang terjadi di tengah masyarakat kita.
Aku, mungkin tergolong orang dengan wajah yang sulit di terka, karena struktur wajah yang begitu universal. Jadi seringkali orang-orang salah mengira dari mana aku berasal. .Pernah saat aku sedang naik lift di sebuah gedung di daerah Meguro, Tokyo, 3 orang yang juga naik lift, berdiri agak menjauh dariku. Dari pandangan mereka, tampak ada kekurangnyamanan mereka untuk berdekatan denganku. Tapi tak apa, mungkin karena wajahku memang cenderung mirip dengan etnis tertentu, yang menurut masyarakat negeri sakura mempunyai image yang kurang baik.
Lain waktu, saat aku sedang berjalan di daerah Shinjuku, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dan menyapa dengan bahasa yang kusendiri tidak paham. Dari logatnya sepertinya, bahasa Tagalog. Ternyata orang tadi mengira aku adalah orang Philiphina. Sama halnya, ketika beberapa orang Thailand tanpa ragu berbicara dalam bahasa Thailand. Karena tidak mau mengecewakan, aku hanya tersenyum dambil mengangguk-angguk, supaya di anggap mengerti.
Berwajah absurb ternyata ada untungnya juga. Suatu hari, saat sedang naik kereta JR line di daerah Meguro, kereta berhenti di sebuah stasiun, kemudian naiklah 4 orang laki-laki muda yang penuh percaya diri. Dari wajah dan bahasa yang kudengar, rupanya mereka adalah orang Indonesia.yang bekerja di daerah Tokyo. Keempat orang itu, saling berbicara dengan riangnya. Suaranya sangat keras dan yang parahnya, mereka menyetel radio yang di bawa dengan volume yang cukup keras. Sungguh perilaku yang memalukan, apalagi semua penumpang melihat mereka dengan pandangan kurang senang. Walaupun kami satu gerbong, rupanya mereka tidak menyadari keberadaan orang Indonesia lain. Hingga akhirnya datang polisi kreta yang meminta mereka untuk mengecilkan volume radionya. Alhamdulillah juga, punya wajah yang absurb sehingga luput dari rasa malu.
Wajah, tubuh dan seluruh bagian tubuh kita, adalah anugerah dari Tuhan. Apapun bentuk, warna dan ukurannya, wajib kita syukuri. Seperti wajahku, yang menurut sebagian besar orang yang pernah bertemu, dianggap sebagai wajah orang yang galak, ambisius dan pemarah. Padahal aslinya, jauh berbeda, aku adalah orang yang cuek (kata orang Jakarta), baik hati dan tidak sombong…(itu kata pak RT ..lho ya)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar