INI SALAH SIAPA ?
TAGUR HARI KE 148 / 365 HARI
Udara panas akhir-akhir ini membuat aku malas untuk keluar rumah. Didalam rumah saja kita sudah berkeringat, apalagi diluar rumah. Panasnya cuaca Poll akhir-akhir ini.
Sedang lagi enak-enaknya ngadem dirumah, terdengar dari luar ada yang memanggil namaku.
Siapakah gerangan puan, aku intip dari jendela kamarku, ternyata si Jelita penjual lotek dekat rumah yang memanggil diriku.
Ada apa ya Jelita memangilku, padahal aku tak ada pesan loteknya. Biasanya kalau dia kerumah paling mengantarkan pesanan lotekku Via Telponan. Ya ! sengaja aku simpan nomor Telp Jelita kalau aku kepengen lotek, aku telpon saja, nanti Jelita akan antar kerumah pesananku. Begitulah diriku, Kalau sudah dirumah malas nak keluar. Padahal jarak rumah ke warung Lotek Jelita hanya 20m, tapi keluar tu yang malas.
Makanya kalau lagi kepengen Lotek Jelita yang Mumer aku telpon atau SMS saja, tak menunggu waktu lama Lotek sampai dirumah.
" Ada apa Jelita ?"
Aku langsung berlari kepintu belakang dan membuka pintu melihat Jelita datang kerumah.
"Maaf ya buk Lip, Jelita Minta uang lotek dan Soto malam itu buk "
Wawww .... Aku kaget dan tak menyangka sama sekali kedatangan Jelita kerumahku menagih Uang Lotek dan Soto yang aku makan bersama ibu Mumun sepulang dari Tarawehan pada malam itu.
Aku dan Mumun pulang berbarengan dari surau selesai melaksanakan Sholat Tarawehan.
" Mumun, Jelita jualan apa tu Mun?" Lampu Jelita yang terang benderang didepan ruko yang disewa sebagai tempat tinggal dan sekaligus warung loteknya juga .
" Ow, Jelita malam-malam ni dia buat lotek dan Soto Buk" Mumun meyakinkan ku
" Aku mendengar Soto itu, langsung ngiler rasanya, apalagi tadi bukaan kurang sreg juga hanya dengan Kolak dan Teh Panas saja.
"Ayuk, kita makan Soto Mun, biar ibu yang traktir"
Aku masih ingat, ada sisa uangku 50 ribu lagi karena tadi bayar uang kegiatan Ramadhan pada panitia Ramadhan.
" Ayu, Buk, tak ada doa ngelak rezeki" kata Mumun
Entah karena suasana yang mendukung atau memang lagi ingin makan soto, akhirnya habis lah sama diriku Soto Jelita tadi 1mangkuk. Begitupun Mumun yang pesan lotek langsung habis sama dia, dan kemudian datang lagi anak Mumun waktu itu mendekat.
" Ayo, Anak ibu mau apa minta saja sama Tante Jelita ini " akupun menawarkan kepada anak Mumun. Alhasil malam itu kami belanja 17 ribu. 2 piring soto dan 1 porsi lotek. Ndeh murahnya lagi pikirku.
Aku memberikan uang 50 ribu tadi, tapi Jelita tak ada kembaliannya pula.
"Ibu, bawa saja dulu uangnya besok-besok saja lah ibu bayarkan "
kata Jelita sipenjual Soto itu.
Akupun pulang kerumah dengan membawa perut kenyang dengan Soto Jelita.
Dirumah aku cari uang kecilpun taklah pula ada, karena kasihan juga penjual Lotek sudah senang hatinya terjual 3 porsi, ternyata uangnya belum stor. Walaupun Jelita ikhlas, tapi perasaan hatiku jadi kasihan.
Malam pulang tarawehan, aku sudah siapkan uang 17 ribuan buat bayar lotek dan soto yang telah kami makan. Kebetulan Mumun sudah pulang kekampungnya lebaran. Malam itu aku pulang tarawehan sama Rina dan Rani. Karena malam sesampai depan rumahku, perutku rasa melilit, barangkali karena kebanyakan makan Waktu Buka puasa, Sehingga uang lotek dan Soto Jelita aku titipkan sama Rina saja yang kebetulan menjelang kerumah nya Rina dan Rini melewati Warung Soto Jelita.
" Minta tolong ibu ya Rina, ibu ngutang soto dan lotek 17 ribu, sama Jelita, titip ya Rina,karena ibu besok mau pulang kampung, ndak sempat bayarkan lagi hutang lotek ibu "
" Ya ibu, biar Rina bayarkan, Rina kan lewat situ juga"
Sambil menyerahkan uang 10 ribuan 1 lembar dan 4 lembar uang 2 ribuan.
Setelah itu akupun tak ada telepon Jelita, bahwa hutangku sudah aku titipkan Rina dan Rini malam itu. Akupun beranggapan bereslah masalah titipan hutang lotek dan Sotoku pada Jelita sang penjualnya.
Besok hari Sabtu kamipun langsung pulang kampung untuk lebaran.
Ada 1 Minggu kami di Kampung dan kembali lagi ke Pekanbaru karena tugas telah menunggu.
Ada 4 kali sehari aku melewati warung Lotek Dan Soto Jelita. Seperti biasa Akupun tak lupa Klakson si penjual loteknya.
Ada pada suatu hari aku bertanya dalam hati, Ada apa ya kok Jelita tak pernah balas klakson ku dengan lambaian tangan atau semyuman, malah dia terkadang seolah tak melihat kearah ku disaat aku lewat didepan warungnya. Atas kondisi ini akupun lewat-lewat saja tanpa ku klakson lagi pertanda menyapa.
Ternyata oh ternyata ... hutangku yang 17 ribu belum sampai ketangannya.
Ndak bak urang dan bak awak, kalau misalnya aku si Jelita sang penjual lotek dan Soto itu akupun bisa jadi berprilaku sama. Dan bahkan berpikir, lewat-lewat saja ibuk Lip ni, hutang 17 ribu di cuekinya.
" Maaf ya Jelita, semua salah ibuk juga, gara-gara malam itu ibu sakit perut habis pulang tarawehan akhirnya uang 18 ribu ibu titipkan sama Rina Rini untuk dibayarkan sama Jelita, karena memikirkan ibu besok pagi mau mudik lagi, harusnya kan ibuk yang menyerahkan, tapi lantaran perut ibu sakit, makanya ibu titip Rina Rini yang lewat warung Jelita menuju rumahnya "
" Tak ada, Jelita terima uang malam itu buk?"
Ya, sudahlah ibu minta maaf sekali lagi ya, barangkali Rina Rini lupa memberikannya pada Jelita, atau bisa jadi Jelita tidak ada malam itu diwarungnya sewaktu Rina Rini datang mengantarkan uangnya, Nih ! ibu bayarkan 20 ribu sama Jelita"
"Kembaliannya buk "
" Bonus buat Jelita " sambil tertawa akupun bilang itu.
Pada hari itu juga aku telp, Rina Rini menanyakan perihal 18 ribu yang kutitipkan.
" Wadduh, lupa Rina memberi tahu ibuk, bahwasanya malam itu orang lotek sudah tutup warungnya, jadi belum bisa dibayarkan hutang ibu lagi"
" Ibu jadi malu, akhirnya Jelita mendatangi rumah ibu pagi tadi, ibu pikir sudah di Setorkan ke Jelita, makanya ibu tenang-tenang saja ketika 4 kali sehari lewat sidepan warungnya, mengapa Rina tak beritahu ibu kalau warungnya tutup "?
" Rina lupa Bu, karena besoknya Rina sudah pulang kampung pula, biarlah sekarang Rina antar hutang ibu tu pada penjual loteknya ya bu "
" Sudah ... sudah ibu bayar lagi dah hutang ibu itu, karena malulah ibu dijemput kerumah ibu, lagian orang jualan tentu perlu uang segitu"
Itulah kalau kita menganggab sepele sesuatu hal yang kecil, akhirnya menjadi masalah besar, baik bagi diriku, juga bagi si penjual lotek yang sudah beranggapan hutangku tidak dibayarkan, dan juga bagi si penerima amanah Rina Rini yang sampai saat tulisan ini aku buat, belum jumpa dengan aku lagi.
Siapakah yang perlu disalahkan dalam hal ini .... ?
Pekanbaru
17052022
16 SYAWAL 1443 H
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Khilaf bukan disengaja. Semoga jelia mengerti.
Makasih Bunda, semoga saja.