Maizendra, M. Pd

Saya merupakan perantau di kota Padang yang berasal dari Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Kecamatan Batang. Salah satu tujuan ingin merantau adalah agar bisa me...

Selengkapnya
Navigasi Web
Konsep Pendidikan Lintalahum (lemah-lembut) dalam Pandangan Islam
Jadilah seperti matahari yang selalu memberikan sinaran didalam setiap sisi

Konsep Pendidikan Lintalahum (lemah-lembut) dalam Pandangan Islam

Salah satu tujuan pendidikan adalah mengajarkan agar manusia menjadi terdidik, baik dalam ucapan, perbuatan dan terdidik dalam qalbu(hati).  Dalam aktivitas kehidupan manusia hendaknya mencerminkan karakter mulia yang merupakan pengaruh dari pendidikan yang telah dilalui baik secara formal, Informal maupun Non Formal. 

 

Keberhasilan dalam pendidikan yang menjadi indikator tolak ukur bukanlah sebuah prestasi, akan tetapi terjadinya suatu perubahan individu  kearah yang lebih baik. Pendidikan bukan hanya tertuju kepada objek yang sedang belajar saja. Namun juga kepada setiap jiwa yang sedang belajar maupun yang mengajarkan sesuatu ilmu kepada orang lain. Hampir setiap aktivitas yang dilakukan manusia mendapatkan suatu pengalaman, baik bahagia, kesedihan, hambatan, masalah tak kunjung selesai, problematika dalam lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat dan lain-lain. Itu semua disebutkan dengan pendidikan yang secara tidak langsung mengajarkan manusia untuk mengambil hikmah dari persoalan-persoalan yang dihadapi. 

 

Melakukan perubahan kepada orang lain, agar menjadi manusia yang terdidik, bukanlah sesuatu yang salah. Akan tetapi didiklah diri terlebih dahulu, sebelum mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Terutama mendidik diri dengan menjaga lisan ketika dalam mengeluarkan perkataan yang hendak ingin disampaikan. Pentingnya menjaga lisan, sampai-sampai Imam Al Ghazali yang sedang mengajarkan  Ilmu,  menanya sesuatu kepada muridnya. Apa yang paling tajam didunia ini wahai muridku? Lalu muridnya menjawab yang paling tajam itu adalah pedang, pisau dan sejenis lainnya. Kemudian Imam Al Ghazali berkata "benar". Namun ada yang lebih tajam dari itu  yaitu lidah. Maksudnya adalah lidah itu memang tidak bertulang, akan tetapi tajamnya melebihi tajamnya pedang. Maka setiap diri hendaklah bisa mengontrol lidahnya dengan memfilter sesuatu yang hendak disampaikan baik atau buruk yang akan diterima orang atau berdampak terhadap diri. 

 

Selaras dengan konsep potongan ayat (QS. Al Imran.159) Lintalahum "Berlemah Lembut". Islam mengajarkan serinci-rinci mungkin dalam melakukan segala bentuk ibadah, baik perbuatan maupun ucapan. Bersikap lemah-lembut memiliki arti yaitu bertindak dengan hati, bukan dengan nafsu. Dalam melakukan sesuatu hati merasakan, pikiran memutuskan mana yang baik dan buruk. Ketika hendak menyampaikan perkataan kepada orang lain, baik sebagai pendakwah maupun sebagai seorang pendidik, harus berdasarkan konsep lintalahum (bersikap lemah lembut). Jika sebagai setiap diri menyampaikan suatu kebenaran dalam keadaan emosi, maka akan berbalik kepada orang yang menyampaikan dan orang yang dinasehati akan semakin menjauh. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَا عْفُ عَنْهُمْ وَا سْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَ مْرِ ۚ فَاِ ذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

 

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159). 

 

Ayat di atas memerintahkan kepada setiap manusia umat Rasulullah saw didalam menasehati dengan kebenaran, dan kesabaran pergunakanlah metode dengan konteks lintalahum. Setidaknya dapat dirinci dalam beberapa bagian. Pertama bersikap lemah lembut kepada anak sebagai kedua orang tua. Komunikasi yang baik dan lemah lembut dalam lingkungan keluarga akan menciptakan keluarga yang harmonis. Ayah dengan ibu, ayah dengan anak, ibu dengan anak, maupun anak dengan ayah dan ibu, semuanya terjalan komunikasi yang baik, akan menghadirkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Akan tetapi sebaliknya jika diantara anggota keluarga atau semua anggota keluarga dalam bersikap, nafsunya mampu mengalahkan pikirannya sehingga terjadilah komunikasi yang tidak baik, egois dalam setiap ucapan atas dasar keinginan tanpa ada musyawarah seperti contoh ketika keinginan anak berdasarkan keinginan ayah, atau keinginan anak berdasarkan keinginan ibu. Semuanya akan berdampak tidak baik terhadap anak. Semestinya memberikan kebebasan kepada anak untuk mandiri dalam memikirkan apa yang diinginkan. Tugas  orang tua hanyak membimbing dan mengarahkan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya berdasarkan perkembangan usia anak. 

 

Kedu sikap lemah lembut kepada anak sebagai seorang guru. Guru merupakan orang yang digugu dan ditiru dalam setiap tindakan yang dilakukan. Melaksanakan kewajiban mulia sebagai guru merupakan suatu peran yang berpengaruh besar kepada murid. Apakah itu berbentuk tindakan, ucapapan, bahasa tubuh, maupun itu penampilan. Namun yang paling berbahaya dan mesti dijaga dari seorang guru terhadap muridnya adalah lisannya. Dalam mendidik, guru mesti menyaring bahasa yang baik dalam penyampaian pembelajaran kepada murid. Jangan sampai permasalahan yang terjadi dari gurunya yang tidak bisa mengontrol lisan. Seperti mengeluarkan kata-kata kasar kepada anak dalam mengajar, mengatakan anak bodoh, dan lain sebagainya. Jika hal itu terjadi dalam dunia pendidikan, maka akan membuat peserta didik akan semakin menjauhinya dari semua aturan yang berlaku. 

 

Ketiga lemah lembut kepada anak sebagai orang yang berilmu. Orang yang berilmu belum tentu bersikap lemah lembut, guru belum tentu bisa bersikap lemah lembut, pendakwah belum tidak bisa bersikap lemah lembut. Lalu siapakah orang yang berilmu tersebut? Orang yang berilmu bukanlah harus menempuh pendidikan sampai meraih gelar Profesor. Berilmu dalam KBBI disebutkan adalah berpengetahuan, mempunyai ilmu, pandai. Kalau dicermati makna tersebut didapati pesan bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan akan berubahlah cara pandang atau karakternya disebabkan kepandaiannya dalam menghadapi sesuatu yang sedang ia hadapi. 

 

Sebagai kesimpulan dalam tulisan ini, jadilah peran kita di manapun berada, dan sebagai apapun kita seperti sinaran matahari yang selalu memberikan cahaya di setiap kegelapan, meskipun sinaran tidak menghampirinya, akan tetapi cahaya selalu bersamanya dimanapun ia berada. Itulah sesungguhnya hakikat pendidikan sebagai orang yang sadar akan peran terhadap mereka yang membutuhkan kebenaran dan ke sejukkan dalam setiap kepanasan. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya. Salam literasi!

11 Jul
Balas

Syukron pak..

12 Jul
Balas



search

New Post