Ermawati

Profil Penulis: Penulis lahir di RS Jalan Agus Salim Jakarta Pusat, menempuh pendidikan dasar di Cibubur; dan SLTP di Gandaria, Jakarta Timur, d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Demam Berdarah,No Panik!

Demam Berdarah,No Panik!

Demam berdarah banyak merenggut jiwa penderitanya. Apalagi jenis Demam Berdarah Dengue yang gejalanya diikuti dengan muntah darah. Siapa saja bisa terkena penyakit DB atau pun DBD.

Juru resep di Apotik Melawai tempat saya pernah bekerja sekitar awal tahun 1990 an ada yang menderita penyakit yang semula kami kira sebagai demam dan flu biasa. Setelah 3 hari sakit baru ketahuan terkena DBD dan ditangani rawat inap di RS Pondok Indah. Hanya sempat 3 hari dirawat, tiba-tiba jenazahnya diantar dengan ambulance ke Semarang Jawa tengah.

Maka ketika adik bungsu saya sakit dan di rawat di Rumah Sakit Sentra Medika Depok, Saya tidak menunda sampai esok untuk segera menengoknya. Kemal dan Rayhan yang bersekolah ditempat saya mengajar langsung saya ajak menjenguk. "Keadaan tante May nya anak-anak sudah sangat pucat. Perut nya kembung dan ada wasie juga. Menurut dokter ginjal dan hatinya juga sudah bengkak. Untungnya tidak ada pantangan maanakanan sehingga saya langsung membelikannya tongseng kambing. Malam hari saat suaminya datang untuk menginap di rumah sakit, saya dan anak-anak juga pulang dijemput oleh bapaknya anal-anak.

Esoknya Mai sms bahwa thrombocitnya turun ke angka 50. Saya langsung menelpon ayah san mama agar membawakan rebusan angkak dan menunggui Mai melewati masa kritis khawatir kondisinya ngedrop saat thrombocit di batas bawah. Saya juga bersegera meminta izin lebih cepat kepada kepala sekolah dan pergo sendirian menjenguk adik saya. Tak lupa membawakannya sop daging agar thrombocitnya cepat meningkat. Alhamdulillah perawatan di Rumah Sakit yang optimal mempercepat naiknya lagi kadar thrombocit tante May. Hanya seminggu di rumah sakit sudah diperbolehkan pulang.

Didepan rumah kami ada satu keluarga priyayii dengan 5 anak laki-laki. Saat ada wabah db di jalan sedap malam desa pisangan tempat kami tinggal, Kelima anaknya bergantian masuk rumah sakit karena demam berdarah setiap selang seminggu. Untunglah sampai sekarang kelima anaknya masih hidup dan sehat-sehat saja.

Saya baru mulai kelimpungan di teror momok demam berdarah tatkala 9 bulan yang lalu suami saya lah yang terkena penyakit demam berdarah. Detik-detik menuju kesembuhan terasa lama dan menjadi horor.

"Duh, semoga saja penanganan penyakit suami tercinta masih belum terlambat." Batinku sambil mengajaknya ke Rumah Sakit UIN Jakarta. Saat itu ia masih bisa menyetir mobil sendiri. Anak-anak tidak ada dirumah sehingga tidak bisa diandalkan. Malam itu juga suamiku langsung dirawat. Untungnya sistem asuransi ditempat saya mengajar baru saja berubah dipegang sendiri oleh lembaga. Maka uang pertanggungan rumah sakit langsung dibayarkan. Saya sedikit lega.

Infus dipasang dan kamar kelas satu segera disiapkan. Thrombocit sudah di angka 150.000 saja. Dokter bilang dalam tiga hari kedeppan kemungkinan adalah saat thrombocit nya mnuurun. Kita harus mengupayakan agar daya tahan tubuhnya kuat padabsaat itu agar tidak sampai nyawanya melayang.

Gangguan satu-satunya yang menahan asupan nutrisi ke tubuh suami adalah keadaan saluran cernanya yang mengakibatkan ia terus mual dan muntah tidak nafsu makan. Terpaksa diberi infus dan transfusi untuk meningkatkan kekuatan tubuhnya menjelang puncak penurunan angka kadar trombocit. Minuman hangat sering diberikan untuk mengurangi kekentalan darah. Lalu thrombocitnya 75. Esoknya lagi 50 dan terakhir menembus angka 35. Saya haraf-haraf cemas, mampukah ia melampauinya.

Akhirnya dr internist muda bernamma dr Deny memberi selamat,

"Masa kritis sudah lewat bu, Thrombocit bapa sudah 66.000."

Sungguh saya merasa lega. Keesokannya saat thrombocit di angka 137.000, suami saya boleh pulang. Thank God.

Tapi, alangkah lucunya. Suami saya tidak mau pulang. Ia ingin bermalam 1 hari lagi di rumah sakit.

"Bapa betah di sini bu, kalau di rumah nggak ada perawat yang bisa di bel. Lagi pula kamu akan repot-repot harus mundar mandir dari sekolah ke rumah sakit untuk menyiapkan makanan untuk saya" begitu lah suami saya tengah merajuk.

"Ya sudah menginaplah semalam lagi." Ujar saya sambil tersenyum geli

Memang sih selama suami saya sakit, saya tetap mengajar. Jarak antara Rumah Sakit UIN Jakarta dan MI Pembangunan UIN Jakarta hanya 2 km saja jauhnya. Jadi saya tidak sampai meninggalkan kewajiban saya mengajar. Karena hanya jalan kaki sejauh sepelemparan batu saya meninggalkannya dalam asuhan perawat. Kebanyakan perawat juga saya kenal baik. Beberapa dari mereka secara bergantian setiap hari, ada yang bertugas di UKS Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

Demam berdarah ada dua macam. Demam dengue yang gejalanya lebih ringan dan demam berdarah dengue yang disertai pendarahan dan dapat menyebabkan kematian. Seluruhnya ada 4 jenis virus dengue yang penyebarannya di bantu oleh nyamuk aedes aegupti dan aedesj albopictus.

Untuk menegakan demam dengue harus dilakukan pemeriksaan darah agar diketahui dampak infeksi terhadap darah. Kematian pada demam berdarah dengue terjadi karena adanya komplikasi. Yaitu apabila terjadi perdarahan hebat dan penderita demam dengue yang sudah sembuh kemudian mengalami infeksi demam dengue berulang. Kebanyakan demam dengue biasa todak perlu sampao dirawat di rumah sakit, cukup memperbanyak minum air saa agar darah yang kekurangan thrombocit tetap mengalir karena todak mengental.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post