Ermawati

Profil Penulis: Penulis lahir di RS Jalan Agus Salim Jakarta Pusat, menempuh pendidikan dasar di Cibubur; dan SLTP di Gandaria, Jakarta Timur, d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ditolong Wewe
Pembuatan jalan Anyer Panarukan. Pemderitaan kerja rodi .

Ditolong Wewe

Dulu kakek Hisab, adeknya nenek uyut pernah diangkut belanda dari desa Cipatat di Bandung Barat ke Ujung Kulon untuk kerja rodi membangun jalan kereta dari Anyer sampai Panarukan. Kerja terus menerus, dipecut dan tidak diberi makanan dan minuman yang layak oleh anak buahnya Jendral Perancis yang kejam Daendels. Karena tak tahan menderita dan demam kena malaria, Kakek Hisab yang ketika itu masih pemuda pun kabur ke dalam hutan. Terdampar di sebuah gua Sanghyang Sirah, Ujung Kullon. Hisab muda pingsan berhari-hari.

"Bangun Kang, makan dulu bubur nya masih hangat, suara lembut wanita di sisi pembaringan Kang Hisab. Kang Hisab disuapi bubur hangat, mulutnya menganga dan rasa nikmat makanan masuk keperutnya. " Akang sudah seminggu pingsan dan menggigil kena malaria." Ujar gadis desa itu dengan ramah. " Untung ketemu saya di pancuran, Akang langsung saya tarik ke gua. Ini rumah saya Kang, nama saya Een. " demikian Een memperkenalkan diri sambil terus menyuapi Hisab. Hisab merasa bertenaga kembali dan mulai bisa duduk.

Setiap hari gadis desa cantik bernama Een merawatnya. Kadang menyuapi makan. Kadang membersihkan badannya dengan kain basah dan mengganti kausnya yang usang. Dilain waktu kadang Een membawakan jamu yang pahit untuk diminumnya. " Minum dulu kang, rebusan akar pohon Kina." Ujar Een suatu kali. Hisab enggan meminumnya tapi ia bahkan tak punya daya untuk menolak. Sampai akhirnya ia pun sembuh.

Hisab mulai membantu wanita geulis itu membelah kayu untuk di jadikan bara api memasak. Kadang Hisab mencangkul dan membajak sawah lalu menanam padi. Lelaki pelarian kerja rodi ini juga membawa bubu ke muara sungai menangkap ikan lalu memanjat pohon kelapa untuk mengambil degan yang diminumnya berdua. Ia juga suka memetik buah-buahan yang tumbuh di hutan itu. Mereka hanya berdua dan Hisab merasa berkewajiban bekerja untuk Een seolah-olah ia yang menjadi suaminya. Semua dilakukan dalam diam.

"Kang Hisab, anak kita perempuan. Namanya Nia ya Kang." Kata istrinya suatu hari. Hisab hanya melirik datar ke perut Een istrinya. Sekarang sudah kempes, selama 9 bulan istrinya mengandung anak mereka Nia di dalam perut itu. Hisab tersenyum senang dan mengangguk pada istrinya. Hisab bahagia. Ia melupakan episode hidupnya yang lain.

" Kang, Nia sudah umur 4 tahun sekarang, parasnya semakin cantik saja ya kang," ujar istrinya suatu hari. " Betul Nyi, sudah waktuya Nia belajar mengaji."ujar Hisab." Biar akang yang mengajarinya." kata Hisab lagi. Kemudian Hisab memangku anaknya dan berkata: "Di tempat ini hanya ada kita bertiga. Akang belum denger Nyi Een mengaji. Nanti Akang ajarin sekalian. Akang juga sudah lama tidak mengaji." demikianlah tiba-tiba ada dorongan ingin mengajari anaknya mengaji. Hisab masih ingat bahwa di dalam ransel yang dibawanya dari Cipatat ada qur'an kecil yang dibawakan oleh Cicih kakaknya. Hisab mencarinya dan Alhamdulillah menemukannya. Lalu Hisab melangkah ke pancuran untuk berwudhu.

Setelah berwudhu Hisab heran melihat dirinya kotor dan tubuhnya ditumbuhi lumut. Ia memegang rambutnya terurai panjang dan gimbal. Ia baru menyadari tak pernah mengurus dirinya selama ini. Tiba-tiba suara istrinya menyapa lembut," Mari kita makan Kang, nasi dan lauk.sudah saya siapkan, Nia juga sudah saya suapi."

Hisab tersadar dari lamunan dan terbelalak menatap istrinya yang sedang menyiapkan makanan. Ia memang wanita tapi bukan bangsa manusia. "Wewe gombel," ia pernah mendengar bahwa penampakan seperti istrinya itu disebut kelong wewe. Setan perempuan yang senang menggendong anak kecil. " Hadeuh, saya sudah menikah dengan jurig sampai punya anak." ratap Hisab penuh sesal. " Ampuni hamba Ya Allah, dosa apa yang sedang hamba perbuat." Demikianlah suara Batin Hisab yang seperti baru terbangun dari tidur. Namun dia berusaha bersikap bijaksana agar Een tidak mengira kalau ia sudah tahu wujud asli Een sekarang.

"Nyi, akang pamit mau pulang ke desa Cipatat. Keluarga akang pasti mencari-cari berita tentang akang. Sepertinya sudah 5 tahun akang belum pulang. " Hisab berpamitan . Ia mencium anaknya Nia. " Kang, diluar sana menginap dan makan harus pakai uang. Ini Een bawakan uang untuk bekal akang dijalan. " ujar Een sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Hisab." Ingat ya kang, kalau 2 minggu akang belum kembali, Een dan Nia akan menhemput akang kerumah teteh Cicih di Cipatat," pesan Een kemudian. Seketika bulu kuduk Hisab berdiri, Betapa pun ia sudah bertekad tak akan kembali ke tempat ini. Ia ingin berpisah dengan Een, walaupun hatinya berat meninggalkan Nia-anak semata wayang nya yang cantik.

Hisab memulai perjalanan pulang nya. Ia kerap makan di warung-warung yang terdapat di desa yang disinggahi nya. Namun tanpa ia ketahui setiap ia membayar, keesokan harinya uang di tangan pemilik warung berubah menjadi daun. "Pantas saja badannya berlumut, seperti orang yang bertahun-tahun dikekepin kelong wewe," demikian kata pemilik warung kepada istri nya seolah mengikhlaskan makanan yang sudah di makan oleh musafir berlumut yang mampir ke warung mereka kemarin.

Seminggu berjalan kaki siang dan malam, akhirnya Hisab sampai dirumah. Ia dimandikan, dicukur dan lumutnya dikerok. Setelah seminggu di rumah, Cicih-kakak perempuannya memanggil Ajeungan Komar. "Ayo kita shalat isya berjama'ah dulu, nanti baru mulai mengobati Hisab." ajak Ajengan Komar kepada seisi rumah. "Sebentar lagi akan ada yang datang menjemput Hisab. Jangan ada yang membuka pintu yak". Nasehat Ajengan Komar. " Minumlah ini nak Hisab. Air putih sudah saya do'akan," Ajengan menyerahkan segelas air kepada Hisab.

"Tok, Tok , Tok!" Suara pintu di ketuk. Penghuni rumah tak ada yang beranjak. "Kang, buka pintu kang!" Suara perempuan memelas. Cicih berdiri hendak membuka pintu. "Malam-malam begini pasti menakutkan perempuan ada diluar rumah, saya saja yang buka pintunya.!" ujar Cicih. Tapi Ajengan memberi isyarat tangan agar Cicih duduk. "Ini siapa, ada keperluan apa datang kesini!" teriak Ajengan dari dalam rumah. "Ini Een Kang, ayo pulang kang. Ini anak akang Nia juga ikut kang, Nia kangen akang!" Suara diluar semakin memelas. Hisab meneteskan air mata, inginkan Nia anaknya, tapi dia tak mau kembali pada Een. Ia hanya diam mengandalkan Ajengan Komar. Hisab menunggu.

Ajengan Komar merapal do'a. Ayat kursi untuk mengusir Wewe. "Panas kang, Een mau pulang saja. Ini Nia bagaimana kang, disowek aja yaaaaa," sepertinya Ajengan berhasil . Tapi, Een mau membagi dua Nia. "Weeeekkkkkk" terdengar suara kain disobek. Hisab menggigil, "Apakah Nia anak saya benar-benar disobek?" Mata Hisab menatap Ajengan. Ajengan konsentrasi membaca do'a. Tak ada yang tidur sampai pagi. Setelah shalat shubuh berjama'ah barulah Cicih berani membuka pintu. Alhamdulillah tidak ada bekas sobekan anak kecil di luar.

"Manusia tidak bisa menikah dengan makhluk halus apalagi sampai punya anak. Semua itu hanya ilusi. Een si kelong wewe yang menciptakannya. Sejak semula mata Hisab sudah ditutup oleh Een. Syukurlah Hisab sudah kembali dari alam gaib dengan selamat." Begitu kata Ajengan Komar sebelum pamitan pulang.

Walaupun Nenek Uyut Cicih masih hidup, namun Kakek Hisab sudah lama meninggal. Dia menikah dan punya 12 anak. Cucu dan cicitnya tidak ada yang tahu kisah ini, karena kakek Hisab tak mau menceritakannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Serem ceritanya bu.

30 Jun
Balas

Iya Pak Yudha. Cerita dari nenek buyut. Usianya sudah 90 tahun

30 Jun

Serem, Bu, tapi menarik, jadi meski ngeri-ngeri gitu tetap baca sampai selesai.

30 Jun
Balas

Terimakasih bu Yati Kurniawati mau membacanya sampai selesai.

30 Jun

Bagus bu, meski agak merinding.

30 Jun
Balas

Wow seru. Salsm

01 Jul
Balas

Salam juga bu Titiek Setyani.

01 Jul

he..he serem

30 Jun
Balas

Makasih Bu Umul muarofah sudah mampir.

30 Jun

Iya. Katanya sih kisah nyata Bu Sri Rahmiyati.

30 Jun
Balas

Wah, bener-bener ganti genre mistis nih bu Erma. Anyway, Daendels orang belanda asli, tapi memang saat itu belanda lg dikuasai perancis.

30 Jun
Balas

Baru belajar bu Fitri. Daendelss membawa misi Perancis bu. Menjajah Belanda dan menjajah Indonesia.

30 Jun

Haha. Ga kebayang deh ada manusia kawin dengan wewe gombel. Omong-omong, nikah sama wewe gombel walinya siapa, Bu? Hihi..

30 Jun
Balas

Mungkin kayak di kali jodo bu. Nggak ada walinya.

30 Jun

Hahahaha. Ibu bisa aja.

02 Jul

Inspiratif bu

01 Jul
Balas

Terimakasih

01 Jul



search

New Post