Mempertahankan Cinta 2

Keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk karakter seorang anak. Suatu sistem terkecil keluarga menanamkan nilai-nilai moral dalam kepribadian seorang anak. Sebagai seorang anak bau kencur, apa yang Liest lakukan juga tak lepas dari pengaruh keluarga. Pola asuh ayah Liest terlalu mengekang, sedangkan selaku anak ia terbiasa menurut pada orang tua. Walaupun kebiasaan di masyarakat bahwa anak yang dibesarkan oleh orangtua diktator cenderung suka memberontak dan antii sosial.

"Lis! Ada tamu tuh. Mimin dan Etih. Mereka menunggu di luar."

Setelah mendengar suara mama tersebut segera saja saya berlari kedepan rumah. Celinguk sana celibguk sini. "Koq anggak ada orang ya!?" Saya melihat keluar jauh sampai didepan ujung jembatan. Disana saya melihat dari kejauhan ada 3 orang anak-anak sebaya saya.

"Aneh, koq ada 3 orang ya, kata mama cuma Mimin dan Eti," bisik saya sambil bergumam sendirian.

Semakin dekat langkah yang sàya gerakkan, semakin saya menangkap bayangan siluetnya sebagai tubuh seorang remaja pria. "Siapa ya gerangan. Ah bikin deg degan saja nih."

"Hah benarkan ia orang yang saya kenal. Sejenak kami berpandangan. Mimin mengingatkan agar kami berjabatan tangan."Salaman ,Lis," ujarnya.

Sayapun mengulurkan tangan hendak menyalaminya. Tiba-tiba belum sempat kedua tangan kami bersentuhan terdengrr suara menggelegar dari arah rumah. Ayah memanggil saya pulang dan mengejar anak lelaki yang kemudian lari tunggang langgang. "Masuk Lilis! Seru ayah menoleh kearahku. " Hey berhenti kamu, jangan lari! Kaau mau main masuk kerumah jangan dijalanan." Teriak ayah.

"Saya tembak kamu ya, berhent!i,"masih teriakan ayah yang terdengar. Hati saya dibuat galau. Kasihan pria itu. Mana mau ia main lagi.kerumah setelah ini. Saya bakalan jadi perawan tua kalau ayah menggalaki setiap pria yang mau melancongi saya. "Tapi saya masih kecil, pria itu juga masih kecil. Tentunya ini bukan masalah besar."

Benar saja, beberapa bulan kemudian ia muncul mengintip kami yang sedang belajar mengaji sore. Ia juga menulis surat cinta yang indah. Ia muncul sekelebatan saat saya bertanding volley di kecamatan. Begitulah, sosoknya mulai menghiasi tidur lelapku dengan mimpi-mimpi yang indah. Hidup menjadi lebih berwarna dengan kehadiran sosoknya setiap saat. Hanya bertemu face to face yang kami tidak pernah berani.

Suatu siang yang cerah, Mimin datang lagi kerumah. Ia mengajak saya ke perpustakaan Pramuka Cibubur. "Lis, kamu bawa vespanya ya. Saya dibonceng teman," ujar Mimin. Namun ternyata saya diminta membonceng cowok lain yang diajak oleh Mimin. Sementara Mimin berbagi kasih, saya hanya duduk dengan khusu membaca buku. Sampai sore hari barulah kami pulang. "Bagaimana Lis, mau nggak sama cowok ini. Dia bilang ke aku, katanya ingin jadian sama kamu," Mimin berusaha menjodohkan saya dengan pria yang lain.

Akhirnya dengan jujur saya berkata;" Saya mah deg-degannya hanya kalau melihat pria lain Min. Ingat nggak, yang dikejar-kejar ayah mau ditembak?"

"Oh, bilang dong dari kemaren-kemaren. Kalau yang itu mah ngajakin kerumah kamu terus, Lis.Ya udah deh Lis, Hari minggu pagi aku ajak dia kerumahmu ya."

"Waduh, ada yang mau datang di hari minggu. Asyik!" Masih 6 hari lagi, tapi hati ini terus berdegup kencang setiap kali pagi datang dan berganti.

Bersambung

Akhirnya terpaksa putus cinta