M. Amirusi

M. AMIRUSI dilahirkan di desa pesisir, yakni Desa Tambaan Kec. Camplong Kab. Sampang pada 1 Juni 1978. Pendidikan dasar s.d. menengah ditempuh di kota kelahiran...

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA SANG DOKTOR MEMBEDAH BUKUNYA DI ATAS BUKIT (Sebuah Catatan Perjalanan)

KETIKA SANG DOKTOR MEMBEDAH BUKUNYA DI ATAS BUKIT (Sebuah Catatan Perjalanan)

Tetaplah merasa hijau, jangan pernah merasa matang, karena setelah matang adalah busuk” (Mohammad Ihsan, CEO MediaGuru)

Rabu, 5 April 2017, menjadi hari yang tidak akan terlupakan bagi saya selaku salah satu pembanding pada acara bedah buku yang berjudul: “Profesi Keguruan: Menuju Pembentukan Guru Profesional”. Hal ini tentu juga menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Bapak Dr. Ali Nurhadi, S.Pd., M.Pd., selaku penulis buku yang dibedah, yang diterbitkan oleh Penerbit Goresan Pena, Kuningan Jawa Barat 2017. Sebagai hari yang bersejarah ini mungkin berlaku juga bagi Bapak Dr. Mohammad Saidi, M.Pd., M.M. selaku salah satu pembanding yang berasal dari Ujung Timur Pulau Madura. Hal ini juga menjadi hari yang luar biasa bagi Ibu Khanis Selasih, mengingat beliau adalah sang editor buku dari pihak penerbit Goresan Pena. Ia harus datang ke Madura setelah puluhan tahun tidak pernah ke Madura.

Pagi itu, sekitar pukul 06.30 WIB saya sudah harus siap-siap berangkat menuju kediaman Sang Doktor (Dr. Ali Nurhadi, S.Pd., M.Pd) di Jalan Raya Torjun Sampang, tepatnya di seberang Kampus STKIP PGRI Sampang sebelah kanan. Sebelum menuju rumah pak Doktor itu, saya harus mengantarkan “sang buah hati dan belahan jiwa” (putra ke-4, yakni Zahra Azzahira Rafida Amir, yang lazim dipanggil dengan akronim ZARA) ke TKIT Nurul Hidayah di Jalan Bahagia Sampang. Setelah itu langsung meluncur ke kediaman Pak Doktor yang merupakan shohib saya itu.

Sesampai di rumah Pak Doktor yang tentunya merupakan Sang Tuan Rumah mempersilahkan saya duduk terlebih dulu sambil menunggu narasumber sekaligus pembanding lainnya, yakni Bapak Dr. Mohammad Saidi, M.Pd. M.M. dari kota Sumenep. Beberapa menit kemudian, masuklah sebuah mobil sedan ke halaman rumah dan langsung menuju garasi. Ternyata mobil sedan itu langsung disopiri sendiri oleh Pak Saidi, panggilan akrab untuk Bapak Mohammad Saidi. Jarak Sumenep Sampang berkisar sekitar 90 km. Beliau ternyata start dari Sumenep sekitar pukul 05.00 pagi hari sekali.

Alhamdulillah, akhirnya sekitar pukul 07.30 kami semua berangkat dengan mengendarai mobil Avanza warna hitam milik Pak Ali Nurhadi yang merangkap jadi sopir dan sekaligus sang penulis buku yang akan dibedah. Mobil bergerak menyusuri jalan nasional dari Sampang sampai pertigaan Lomaer, Bangkalan. Dilanjutkan belok kanan sepanjang jalur Kecamatan Konang dan terus menuju lokasi acara bedah buku. Perjalananan yang luar biasa untuk sebuah kegiatan ilmiah sejenis “Bedah Buku” ini yang harus menyusuri perbukitan, banyak kelokan, tanjakan, turunan, jeglongan, bebatuan, dan genangan air menuju lokasi acara.

Kami sangat menikmati perjalanan itu, terlihat di kanan-kiri jalan pepohanan berwarna hijau yang silih berganti jenisnya, sawah, ladang, dan perbukitan yang terhampar sangat indah. “Subhanallah! Nikmat mana pula yang kita dustakan? Bisik dalam hati ini. Nampak juga kabel-kabel listrik yang berlapis-lapis di sepanjang jalan mengikuti kemana saja arah jalan itu. Maklum, konon katanya di daerah itu belum ada sambungan listrik permanen dengan menggunakan meteran listrik. Sekitar 1 kilometer mendekati lokasi acara, banyak bertebaran umbul-umbul dan spanduk di kanan kiri jalan yang mungkin dimaksudkan sebagai salah satu tanda atau ancer-ancer lokasi acara agar para peserta dan narasumber/pembanding tidak tersesat arah menuju lokasi dan sekaligus tanda “selamat datang”.

Mungkin hal ini cukup wajar sebagai sebuah apresiasi dari panitia, mengingat yang akan datang (diundang) adalah bapak kepala Dinas Pendidikan Kab. Bangkalan, Kepala Bidang Tendik Dinas Pendidikan, Kasie Tendik Dinas Pendidikan, Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kokop, beberapa orang penulis dan narasumber/pembanding bergelar doktor, magister, dan masih banyak undangan yang lain.

Setelah sekitar 1 jam lebih perjalanan, tibalah di lokasi acara. Tempat acara ternyata di SDN Kokop 1, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan. Panitia ternyata sangat siap dengan acara ini. Beberapa unit terop terpasang megah di halaman sekolah. Bunyi suara sound system yang cukup jelas dan menggelegar serta terlihat masih baru dan bagus. Terdengar berkali-kali ucapan selamat datang diucapkan kepada rombongan kami (penulis buku dan para pembanding/narasumber). Sungguh apresiasi yang luar biasa dari panitia.

Sewaktu di dalam mobil menjelang sampai ke lokasi, saya sempat berseloroh: “biasanya acara bedah buku itu di kampus, tapi ini di atas bukit, dan di daerah terpencil lagi”. Semua yang ada di dalam mobil yang berjumlah 5 orang itu tersenyum dan tertawa sekaligus (mungkin) bangga.

Sekitar pukul 09.00 WIB acara bedah buku tersebut dimulai. Para pembanding/narasumber yang berjumlah 3 orang duduk di depan menghadap pada peserta bersama sang penulis buku dan kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan, yakni Bapak Mohammad Said. MC (Master of Ceremony) dipercayakan kepada Ibu Indah Kushariyati, S.Pd.SD., yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari Sang Penulis buku. Beliau guru SDN Jrengik 1 Kec. Jrengik Kab. Sampang. Guru berprestasi jenjang SD di Kabupaten Sampang tahun 2015. Ketika sampai pada sesi inti, yakni bedah buku, moderator memperkenalkan terlebih dahulu tentang Curriculum Vitae (CV) semua narasumber/pembanding dan penulis buku kepada audien (peserta) yang berjumlah di atas 100 orang yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Bangkalan.

Mereka datang jauh lebih awal dari kedatangan para narasumber/pembanding dan penulis buku. Sungguh animo peserta yang luar biasa. Mereka datang ke lokasi acara yang tempatnya sangat pelosok dengan medan yang cukup rumit dan di atas bukit. Sungguh saya salut kepada mereka. Apalagi, konon mereka datang dengan biaya sendiri, artinya ada biaya registrasi untuk mengikuti acara bedah buku yang dirangkai dengan pelatihan menulis buku fiksi dan non fiksi itu.

Ketika moderator memperkenalkan yang duduk di depan, yakni para narasumber/pembanding dan penulis buku. Moderator mulai dengan memperkenalkan terlebih dulu adalah Sang Penulis buku “Profesi Keguruan Menuju Pembentukan Guru Profesional”, yakni Dr. Ali Nurhadi, S.Pd., M.Pd. Pria kelahiran Kediri, 9 Januari 1978 ini adalah seorang pengawas SD di Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan. Beliau juga seorang dosen di STKIP PGRI Sampang dan sekarang dalam proses menjadi (d.p.m.) dosen STAIN Pamekasan, artinya dari seorang pengawas PNS menjadi (mutasi) ke dosen PNS pada perguruan tinggi Islam negeri satu-satunya di Madura.

Selanjutnya, moderator memperkenalkan pembanding 1, yakni Dr. Mohammad Saidi, M.Pd., M.M. Lelaki kelahiran Sumenep Madura itu ternyata seorang Ketua Asosiasi Penulis Pendidik Indonesia (APPI), Ketua Umum AGUPENA, narasumber menulis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Beliau juga seorang pengawas SD di Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep dan lama sekali menjadi Dosen STKIP PGRI Sumenep. Sungguh luar biasa posisi dan prestasi beliau, apalagi sudah menulis lebih dari 500 judul artikel yang dimuat di berbagai media lokal, regional, dan nasional. Berkisar 100 judul buku telah ia tulis. Penulis yang satu ini sungguh sangat produktif. Beliau sangat patut kita contoh dan kita simak materinya, terutama ketika sesi setelah bedah buku yakni pelatihan menulis buku fiksi dan non fiksi.

Pembanding 2 yakni M. Amirusi, S.Pd., M.Pd. Pria kelahiran Sampang, 1 Juni 1978 adalah seorang Widyaiswara PPPPTK PKn dan IPS (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PKn dan IPS) yang bertempat di Kota Batu Jawa Timur. Begitulah moderator memperkenalkan pembanding 2 tersebut. Pembanding 2 ini juga seorang dosen STKIP PGRI Sampang dan masih tercatat sebagai dosen di IKIP Muhammadiyah Maumere NTT sejak 2013 yang lalu.

Sekadar koreksi bagi moderator, bahwa jika sebagai dosen tidak tetap di kedua kampus itu memang sudah benar adanya. Sedangkan sebagai Widyaiswara sebagaimana yang disebutkan pertama di atas akan lebih tepat manakala disebut dalam proses menjadi (d.p.m.) Widyaiswara PPPPTK PKn dan IPS. Hal ini mengingat SK WI belum di tangan (baca: belum diterima) meskipun data di Kemdikbud RI sudah tercatat sebagai Widyaiswara. Hal ini, terbukti ketika rekan calon WI PPPPTK PKn dan IPS, yakni Bapak Aris Riyadi, M.Pd., sebagai guru berprestasi nasional, pada bulan Februari 2017 yang lalu, gagal berangkat mengikuti Short Course ke Australia dikarenakan data di kemdikbud sudah tercatat sebagai Widyaiswara.

Moderator melanjutkan dengan memperkenalkan pembanding 3, yakni Ibu Khanis Selasih. Wanita asal Surabaya ini adalah editor buku yang akan dibedah yang berjudul “Profesi Keguruan Menuju Pembentukan Guru Profesional”. Jadi, editor dari penerbit Goresan Pena Kuningan Jawa Barat. Seorang penulis dan Pemimpin Redaksi Jurnal Aksara, Owner dan Desainer di Khanis Production.

Wach jika melihat CV dari penulis buku dan para pembanding buku tersebut, sepertinya akan heboh nich acara bedah bukunya. Heee heee.

Maklum, biasanya para doktor lagi turun gunung, akan tetapi kali ini mungkin yang lebih tepat adalah para doktor lagi turun dari kampus dan naik ke atas bukit. (hehehehehehe)

Sesi pertama dipersilahkan kepada bapak Dr. Ali Nurhadi, S.Pd., M.Pd., untuk mempresentasikan isi bukunya. Dengan sersan (serius tapi santai) beliau mengupas isi bukunya. Begitu renyah ia kupas tuntas isi buku. Tentunya beliau sudah hafal benar isi buku yang ditulis. Heheeee harus donk!. Sebagian isi dari sekian yang Pak Ali Nurhadi sampaikan yakni tentang profesionalisme guru yang menjadi sebuah tuntutan dan keharusan untuk membangun negeri ini melaui pendidikan. Di samping itu sumbangsih organisasi profesi guru tertua yang bernama PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) sudah kita rasakan bersama, di antaranya dengan keberadaan UUGD (Undang-Undang Guru dan Dosen), yakni UU No.14 Tahun 2005 yang mengamanatkan program sertifikasi guru dan berdampak positif pada perolehan TPP (Tunjangan Profesi Pendidik) bagi guru.

Doktor lulusan atau wisudawan terbaik dari Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) pada Februari 2016 ini terus mengupas buku karyanya dengan lihai sekali. Sepertinya semua isi bukunya sudah terekam dengan jernih di otaknya.

Kini giliran pembanding 1, Dr. Mohammad Saidi, M.Pd., MM., untuk menilai, mengupas, dan mengritisi isi buku. Berbagai kupasan atas isi buku ia sampaikan kepada peserta yang begitu semangat menyimaknya. Di antaranya ia sampaikan tentang perbandingan gaji guru di berbagai negara. Hal ini mungkin dikandung maksud bahwa salah satu unsur penyemangat dan penyumbang keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya, yakni ketika urusan kesejahteraan guru terpenuhi. Guru yang sejahtera dimungkinkan lebih khusuk menjalankan tugas utamanya dalam mendidik siswa di sekolah. Guru sudah tidak direpotkan lagi dengan urusan perut. Tetapi guru akan lebih fokus tentang bagaimana membelajarkan siswa dengan baik.

Ada pendapat di masyarakat bahwa “uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang”. Jadi, mungkin kesimbangan antara hak dan kewajiban itu lebih baik.

Selanjutnya giliran saya selaku pembanding 2. Di antara hasil kupasan yang saya sampaikan, bahwa buku setebal 130 halaman ini berjumlah 9 bab. Adapan judul masing-masing bab adalah: Bab 1 Hakikat Profesi, Bab 2 Profesi Keguruan, bab 3 Kompetensi Profesional Guru, Bab 4 Program Pendidikan Guru, Bab 5 Kode Etik Guru, Bab 6 Organisasi Profesi Guru, Bab 7 Tugas dan Peran Guru, Bab 8 Guru Profesional, dan Bab 9 Evaluasi Profesionalisasi Guru di Indonesia.

Pada masing-masing akhir bab selalu diakhiri dengan rangkuman. Hal ini mengingatkan saya kepada modul atau bahan ajar yang harus saya buat ketika mengikuti diklat Calon Widyaiswara tahun 2016 yang lalu di Pusdiklat Pegawai Kemdikbud, Sawangan Depok Jawa Barat. Diklat terlama yang pernah saya ikuti sepanjang menjadi PNS, yakni selama 35 hari.

Buku berjudul “Profesi Keguruan: Menuju Pembentukan Guru Profesional” ini cukup representatif untuk tambahan bahan bacaan bagi para guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lainnya, serta bisa menjadi salah satu bahan referensi utama bagi mahasiswa calon guru di perguruan tinggi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), terutama untuk matakuliah “Profesi Keguruan”.

Pada bagian yang saya sampaikan kepada peserta atau di forum ilmiah itu, yakni tentang peranan guru yang sangat signifikan dalam kemajuan Pendidikan di negeri ini. Teringat pesan yang pernah disampai oleh bapak Anies Baswedan, Ph.D., ketika menjabat mendikbud, bahwa “guru adalah pelukis masa depan bangsa”. Artinya, 10, 20, 30 tahun ke depan dan seterusnya akan ditentukan oleh kualitas guru saat ini. Hal ini mengingat gurulah yang menjadi ujung tombak terdepan yang berhadapan dengan murid. Jika gurunya loyo, lembek, kurang semangat, rendah kualitasnya, dan lain sebagainya. Maka akan menghasilkan siswa yang juga loyo, lembek, kualitas rendah, dan lain sebagainya pula. Jadi, kualitas guru juga menentukan kualitas siswa (peserta didik) sehingga juga menentukan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan pada sebuah negara yang rendah berakibat pula rendahnya atau lambatnya kemajuan suatu negara.

Para guru dan tenaga kependidikan janganlah mudah putus aja, jangan merasa cepat puas, selalu semangat untuk meng-up grade dan meng-up date pengetahuan dan wawasan. Bersemangat mengembangkan diri, tetaplah merasa hijau, jangan pernah merasa matang, karena setelah matang adalah…..(sebagian peserta menjawab “busuk”).

Ternyata ungkapan “tetaplah merasa hijau, jangan pernah merasa matang, karena setelah matang adalah busuk” yang saya kutip dari Mas Mohammad Ihsan, Sang Jenderal Besar IGI, Ketua Dewan Pembina IGI Pusat, dan CEO MediaGuru yang ia sampaikan ketika Rakerwil II IGI Jawa Timur di LPMP Jawa Timur pada 28 s.d. 29 Januari 2017 itu begitu ampuh untuk diresapi, direnungi, dan diimplementasikan oleh para guru yang berjiwa visioner. Yakni mereka para guru yang selalu ingin maju, guru yang selalu siap berbenah, guru yang selalu ingin berinovasi dan berkreasi, guru yang selalu tidak merasa puas dengan pencapaian yang diperoleh, serta guru yang berpandangan jauh ke depan.

Saya sampaikan pula bahwa dengan keberadaan organisasi profesi guru yang dewasa ini terus menjamur, tumbuh, dan berkembang. Jika dulunya PGRI adalah (merasa) satu-satunya organisasi guru, mereka berjuang dan mengabdi untuk kemajuan pendidikan di negera ini. Maka bagi guru yang sebagian besar adalah anggota PGRI, haruslah mulai membuka diri bahwa tugas memajukan pendidikan yang mulia ini tidak bisa dilakukan hanya oleh seorang diri, tidak bisa hanya oleh satu organisasi profesi. Sungguh berat beban dan tanggung jawab ini jika harus dipikul sendiri.

Dengan keberadaan organisasi profesi guru lainnya, semisal: IGI, FSGI, FGII, PERGUNU, PGM, IGTK, dan lain sebagainya, maka kita semua harus saling bersinergi, saling mengisi, saling melengkapi, dan saling berbagi tugas. Semakin banyak yang ikut memikirkan pendidikan, ikut memajukan dan mengembangkan kompetensi guru, semakin banyak yang mencari cara, metode, model, dan apapun namanya untuk peningkatan kompetensi siswa, maka semakin ringan beban dan tanggung jawab tersebut. Mari kita ber-holopis kuntul baris, bersama-sama memikul tanggung jawab dalam memajukan pendidikan ini.

Berbahagia dan berbanggalah jadi guru, semoga ke depan profesi guru merupakan profesi yang benar-benar terhormat, tidak sekedar profesi yang dihormati (menukil ungkapan yang sempat dilontarkan oleh Dr. Mohammad Saidi, M.Pd., MM). Jika di berbagai negara di luar negeri bahwa profesi guru menjadi profesi yang terhormat. Sebagai contoh di Finlandia, manakala seseorang disebut guru, maka ia berarti memang orang yang sangat hebat. Orang yang sangat pandai dan di atas rata-rata. Hal ini mengingat untuk menjadi seorang guru harus melalui proses pendidikan yang sangat ketat. Hanya orang-orang tertentu dengan kemampuan dan dedikasi yang luar biasa yang bisa lulus menjadi seorang guru. Profesi guru bisa sebanding dengan dengan profesi dokter, insinyur, dan lainnya bahkan bisa melebihi profesi-profesi tersebut. Begitulah sebagian pesan yang saya tangkap ketika mengikuti acara Simposium: ”Finnish and Indonesian Lessons” yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan Kedutaan Besar Finlandia di Gedung D Kemdikbud RI di Jakarta pada tanggal 8 s.d. 9 Oktober 2013 yang lalu.

Tibalah saatnya pembanding 3, yakni Ibu Khanis Selasih. Sang Editor buku ini memaparkan dan memberikan semangat agar rajin menulis bagi para guru. Ia juga sedikitnya mengupas kembali sebagian yang telah disampaikan pembanding 1, misalnya tentang ”profesionalisme guru dan perbandingan gaji guru” di luar negeri. Begitupun disampaikan kata kunci dari pembanding 2, yakni bahwa ”guru merupakan pelukis masa depan bangsa”. Beberpa kata kunci dari kedua pembanding dijadikan pintu masuk untuk terus mengupas isi buku yang ia editori sendiri. Berbagai kupasan ia sampaikan serta kata-kata penyemangat, tips, dan trik menulis terus terlontar kepada peserta. Hal ini semakin membuat peserta ingin bertanya meski sesi tanya jawab belum dimulai.

Alhamdulillah, sekitar pukul 12.45 WIB sesi bedah buku selesai. Jadi, sesi bedah buku tersebut jika urutannya disimpulkan berisi penyampaian/presentasi oleh penulis buku, dilanjutkan tanggapan/respon, kritikan, dan evaluasi oleh pembanding 1, 2, dan 3, serta tanggapan/pertanyaan dari para audien (peserta) kepada penulis buku dan para pembanding.

Waktu Ishoma (Istirahat, Sholat, Makan) berlangsung dari pukul 12.45 s.d. 13.30 WIB. Semua peserta, panitia, penulis buku, dan pembanding memanfaatkan waktu yang sangat pendek itu dengan efisien. Tepat pada pukul 13.30 semua masuk ke ruangan kembali untuk melanjutkan sesi pelatihan menulis buku fiksi dan non fiksi. Pada sesi ini yang oleh panitia dijadwal sebagai In 1 (In Service Training). Pada sesi pelatihan ini, ternyata urutan tampil berubah, Jika di bedah buku menjadi urutan kedua, tetapi di sesi pelatihan menjadi tampil pada urutan ke-4). Secara berurutan para narasumber: 1) Dr. Mohammad Saidi, M.Pd., M.M.; 2) Khanis Selasih; 3) Sayadi, S.E.; dan 4) M. Amirusi, S.Pd., M.Pd.). Pada sesi ini, saya mendapat mandat untuk memaparkan materi pengembangan bahan ajar, tepatnya tentang Modul. Selanjutnya peserta dipersilahkan melakukan dan menyelesaikan di rumah selama seminggu (On Service Training). Mereka dijadwalkan kembali pada hari Rabu, 12 April 2017 untuk presentasi hasil dan lain-lain.

Perlu diketahui bahwa Bapak Sayadi, S.E., yang menjadi narasumber ke-3 pada sesi pelatihan menulis tersebut adalah seorang penulis berbagai buku dan seorang staf di kantor UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan. Ternyata kantor UPT yang satu ini memiliki orang-orang hebat dan berbakat dalam menulis. Apalagi Bapak Sayadi, S.E., itu benar-benar putera kelahiran Kokop Bangkalan. Hal ini merupakan sebuah aset daerah. Sungguh luar biasa.

Ketika sesi selesai, Alhamdulillah kami kembali lagi menikmati rute perjalanan pulang dan sampai di rumah bertemu segenap anggota keluarga dengan selamat.

Banyak hikmah dan pesan yang terkandung dalam acara bedah buku yang dilaksanakan di atas bukit, yakni di SDN Kokop 1 Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan tersebut. Sekedar diketahui, bahwa Desa Kokop itu bukan ibukota Kecamatan Kokop. Ibukota Kecamatan Kokop adalah Desa Dupo yang berada masih sekitar 10 KM lagi dari desa Kokop. Jadi, benarlah adanya bahwa lokasi SDN Kokop 1 Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan itu benar-benar berada di daerah terpencil dan perbukitan.

Adapun beberapa hikmah dan pesan yang bisa kita petik dari acara bedah buku tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

Secara umum, Sang Doktor (Dr. Ali Nurhadi, S.Pd., M.Pd) seakan ingin menyampaikan pesan kepada kita semua, kepada siapa saja dan di manapun kita berada, di manapun kita ditugaskan dan mengabdi, termasuk di daerah pelosok, pedalaman, terbelakang, serta terpencil sekalipun. Bahwa tempat dengan segala kekurangan, keterbatasan, dan ketidaknyamanan, bukan menjadi alasan dan penghalang untuk berkarya dan mengembangkan diri.

Mari kita selalu berusaha untuk banyak berbuat dan berkarya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita selaku guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lainnya, harus bisa memberikan contoh bahwa di manapun kita bisa mempersembahkan yang terbaik untuk kemajuan pendidikan di negeri ini.

Secara khusus, banyak berharap kepada para pengambil kebijakan, pemangku kepentingan, terlebih kepada bapak Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bangkalan sebagai orang nomor 1 di jajaran pendidikan, agar dengan kegiatan forum ilmiah semacam ini yang dilakukan di pelosok (baca: di atas bukit), semakin mengarahkan dan memberikan semangat dan motivasi kepada segenap guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan yang menjadi binaannya.

Bahwa jika guru atau pengawas di daerah pelosok bisa berkarya, maka mereka para guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga pendidikan yang berada dan bertugas pada daerah yang lebih dekat, bahkan di kota seharusnya harus lebih bisa banyak berbuat dan berkarya di banding mereka yang bertugas di pelosok/pedalaman. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Sampang, 8 April 2017

M. Amirusi*

#: Guru SD di Pelosok (SDN Batoporo Barat 3 Kec. Kedungdung Kab. Sampang) d.p.m. Widyaiswara P4TK PKn dan IPS Kota Batu Jawa Timur

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

sip....sangat inspiratif....

14 Aug
Balas

Terima kasih pak. Masih taraf belajar menulis. Mhn bimbingan dr Bapak

15 Sep

Sepakat untuk menjadi salah satu bahan perenungan untuk membuat pendidikan lebih baik tentunya dg memberdayakan guru sebagai ujung tombaknya.

09 Apr
Balas

Selamat atas kesuksesannya bapak.

09 Apr

Bagus dan sangat menginspirasi

09 Apr
Balas

Bagus dan sangat menginspirasi

09 Apr
Balas

Terima kasih Ibu. Baru taraf belajar menulis.

15 Sep

salut ....

09 Apr
Balas

Yah moga bisa Berkarya untuk semua

09 Apr
Balas

Aamiin YRA

09 Apr

Sederhana, kritis bijak dan sukses.. Semoga kec. Kokop bisa trrus berkembang dan maju. Amieen

09 Apr
Balas

Aamiin YRA. Ayo tetap semangat berkarya untuk negeri. Guru Mulia Karena Karya

16 Apr

salut buat pak Amir. sahabat yang inspiratif...

15 Apr
Balas

Aamiin YRA. Sukses slalu buat bu Atrin.

16 Apr



search

New Post