mamnun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Anak Bodoh Menjadi Guru

Semasa kecil aku adalah bocah yang kotor, dekil dan penyakitan. Penyakit yang yang menjijikkan dan menghinakan yaitu congek. saudara-saudaraku termasuk aku kurang terurus. Itu semua karena kami tumbuh dalam keluarga besar yaitu selusin anak. Banyak anak banyak rejeki filosofi orang tua dulu. Karena hal itu menjadi penyebab terbesar anak-anak tidak terurus kesehatannya apalagi pendidikan yang bermutu dapat diperoleh. Keadaan ini membuat diriku tertanam perasaan minder, miskin dan bodoh.

Disisi lain ayahku kerja keras mencari penghasilan tambahan tanpa mengenal waktu, tiada henti siang malam demi memenuhi kebutuhan yang penting anak-anak bisa makan. Terkadang ayahku menjualkan beras milik juragan beras di Pasar Minggu. Terkadang mangkal di pangkalan ojeg Arjawinangun. Selain itu ayahku juga pernah menjadi petani, menjualkan kain milik juragan, pokoknya apapun ayahku lakukan selagi ada celah mendapatkan penghasilan sampingan selain dari gajinya sebagai guru.

Karena kerasnya usaha ayahku menjadikannya seorang ayah yang galak dan tempramen. Semua anak yang sudah dewasa berjibaku membantu keluarga sehingga ketika ayah bekerja diluar pekerjaan rumah sangat terbantu. Sekali perintah ayahku, semuanya no komen, jangan ada alasan apapun dan harus sesegera mungkin menyelesaikannya apapun yang terjadi. Hal ini tentu dengan sendirinya semua keluargaku berada dalam didikan yang keras, disiplin, tidak ada kata mengeluh, semua harus dilakukan sekuat tenaga, tidak ada kata tidak bisa apalagi bermalas-malasan. Bermalas-malasan merupakan sikap yang sangat dibenci oleh ayahku. Semuanya disadari karena betapa sulit dan beratnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang sungguh berat.

Seiring berjalannya waktu kakak-kakakku tumbuh besar dan banyak yang sudah bekerja sehingga membuat mereka berpikir untuk meningkatkan taraf hidup melalui adik-adiknya dengan cara menguliahkannya agar kelak hidup tidak seperti mereka yang harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang lebih dari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sepertinya pepatah membenarkan bahwa orang pintar kalah dengan orang bejo karena pilihan itu jatuh pada diriku. Entah dari mana alasan menguliahkanku disepakati kakak-kakakku.

Perasaanku bercampur aduk, senang dan pesimis. Karena sadar aku bukanlah anak yang pintar karena tidak pernah belajar di rumah selesai belajar di sekolah, walaupun ada PR. Nilai ulangan acapkali jeblok. Namun seperti ada energi terbarukan. Aku harus semangat apapun itu karena kesempatan ini mungkin tidak akan datang dua kali. Karena itu untuk memenuhi kesepakatan kakakku lolos dalam ujian di perguruan tinggi negeri, kubanting tulang dan kuperas keringat, lahir bathin kukerahkan dengan belajar dan berdoa.

Akhirnya usahaku tidak sia-sia, masuk ke UPI Jurusan PGSD Program diploma dua. Program yang singkat, murah dan cepat menghasilkan walapun jarang diminati pada waktu itu. Ini menjadi tonggak awal menapaki hidup yang lebih cerah. Secerah harapan kakak, ayah dan ibu serta adikku satu-satunya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post