mansur mokuni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Gadis Impian dan do’a Ibu

Gadis Impian dan do’a Ibu

Terlahir sebagai sulung dari 5 bersaudara, segala sesuatu terasa berat untuk dilakukan mengapa tidak setiap hari, saya harus membantu kedua orang tua dalam pekerjaan rumah tangga, mulai dari memasak, membersihkan rumah dan mengurus adik-adik yang masih kecil, Karena kedua orang tua bekerja sebagai petani di desa, pekerjaan itu kulakukan sepulang sekolah, dalam pandangan masyarakat, seorang gadis haruslah pandai dalam membantu mengurus rumah tangga, padahal dalam benak fikiran saya ingin sekali saya melanjutkan pendidikan hingga mencapai sarjana agar mampu menopang ekonomi keluarga kami yang tergolong kurang mampu. Aku sekarang tumbuh menjadi gadis yang berparas jelita, menjadi kembang desa, berkulit sawo matang. hingga aku menamatkan Pendidikan SMP di Kecamatan yang letaknya sekitar 20 km dari rumah, hingga menjelang aku tamat SMP ada beberapa keluarga yang menyatakan niat untuk melamarku tentu untuk di jodohkan dengan putranya, tapi ibu menolak halus dari keluarga tersebut dengan mengatakan bahwa Dina masih ingin sekolah ke SMA, Ibu melakukan itu tanpa di ketahui Bapak . “Hai Dina, lagi melamun ya” tegur Lela sahabatku, “kamu melanjutkan kemana?, ke Kota ya!, lanjutnya”. Saya hanya menghela nafas, seraya berucap, “Saya belum tahu ni Lela!”. Sambil berjalan pulang ke rumah ada banyak kisah dan harapan yang kami ceritakan, namun pertanyaan Lela sahabatku masih tergiang.

Hari yang di tunggu pun tiba, kami menerima ijazah SMP dengan riang pulang kerumah, saya memberanikan diri untuk menyampaikan niat untuk bersekolah ke SMA yang letaknya di ibukota Kabupaten sekitar 80 km dari rumah kepada kedua orang tuaku, malam itu Bapak sangat menentang niat tersebut, “Dina tahu tidak, Kita ini kurang mampu, biaya untuk kamu sekolah di SMA nanti biaya dari mana?” kata Bapak, “untuk makan saja susah, udah kamu kawin saja” lanjutnya seraya menggerutu. Dalam adat istiadat keluarga kami seorang gadis tidak perlu jauh-jauh menimba ilmu Karena semua akan berakhir di dapur juga. Saya hanya tertunduk menangis seraya memberontak dalam hati, ketika saya beranjak tidur, ibu datang menasehati, “Dina, ibu tidak menolak kamu sekolah, tapi benar apa kata Bapakmu”, kata ibu, “tapi bu, saya tidak ingin cepat menikah, saya ingin sekolah”, “saya ingin membantu ibu dan bapak” ujarku seraya menghela nafas.

Tanpa diketahui kedua orang tua, saya mendaftar ke SMA yang ada di ibukota Kabupaten di bantu oleh wali kelasku semasa di SMP, sambil meminta tolong untuk mencarikan orang tua angkat. Tahun ajaran baru pun tiba, aku sudah bertekad untuk melanjutkan Pendidikan di SMA, ketika aku pamit untuk berangkat untuk melanjutkan Pendidikan ke SMA. Bapak tak bisa berkata apa-apa Karena sesungguhnya kurang setuju aku untuk sekolah. Ibu berpesan “Dina, ibu hanya Mendoakan-Mu, Nak jagalah kehormatan dirimu”, “kamu sudah gadis sekarang”, “kamu harus sabar, jujur, dan bantulah orang tua angkatmu, sebagaimana kau membantu ibu dan bapakmu”, “Jangan Lupa jagalah Shalatmu”. Pinta ibu seraya melepas ketika saya akan berangkat ke rumah orang tua angkatku.

Aku pun menjalani hari demi hari meraih cita-cita, tinggal dengan orang tua angkatku di SMA tanpa terasa 3 tahun berlalu bersama orang tua angkatku mereka kuanggap seperti orang tuaku sendiri, melihat kesabaranku dalam menempuh Pendidikan di SMA yang tidak pernah berkeluh kesah, dalam membantu pekerjaan di rumah orang tua angkatku, mereka ternyata bersedia membantu aku melanjutkan Pendidikan di perguruan tinggi di Ibukota Provinsi, hal ini membuatku terharu, hal ini kuketahui, ketika malam itu ba’da shalat isyak mereka bertanya, “Dina, setamat SMA apakah kamu mau melanjutkan kuliah?”. Tanya ibu Nisa, orang tua angkatku, Saya hanya tertunduk, “kalo kamu mau, kami akan membantu biaya kuliahmu”. “maaf bu!, sudah merepotkan selama ini saya juga ingin melanjutkan ke perguruan tinggi tapi saya dari keluarga tak mampu”. “Dina, jangan sungkan kamu sudah membantu kami selama ini, persoalan biaya yang kamu keluhkan Insha Allah kami bantu, kamu sudah kami anggap seperti anak sendiri”. Kata Ibu Nisa, “untuk tempat tinggalmu nanti jangan dipersoalkan, kami punya rumah BTN yang tidak ditempati, kamu bisa tinggal sambil merawat rumah itu”, Lanjutnya. Keesokan harinya saya kembali ke rumah orang tua di desa di temani ibu Nisa dan keluarganya. Di rumah saya mengemukakan keinginan kepada Ibu dan Bapak, bahwa ketika tamat SMA nanti saya akan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Saya menyadari kemudahan yang saya peroleh selama ini dalam menggapai cita-cita sampai keperguruan tinggi adalah berkat do’a ibu, bukankah surga itu dibawah telapak kaki ibu. segala pengorbananku selama ini dengan harapan saya bisa menjadi gadis impian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post