Bagi beberapa insan mungkin waktu adalah suatu hal yang biasa, bahkan tidak begitu penting dan sekadar hanya lalu. Jarum berputar secara konsisten, detik berganti detik dengan teratur. Tiga jarum berkejaran, seakan saling berlomba membangunkan kita. Bukan bangun dari kantuknya mata maupun lelah fisik karena aktivitas lalu. Melainkan membangunkan mata hati kita yang terus tertidur, bahkan hingga kini. Mata hati yang terbuai oleh indahnya zona nyaman, serta pembenaran dari suatu kesalahan.

Sudah begitu lama, kita berada dalam kegelapan mata hati. Kegelapan akibat belum mampu memaknai waktu. Melalui tulisan ini, mari kita pahami makna waktu yang hakiki.

Sering kita duduk dalam diam, tidak bergerak sejengkal pun. Terlambat melaksanakan tugas, menunda kewajiban, dan tak sadar umur telah bertambah. Terkadang sebagai pengajar kita terlambat dalam memasuki ruang kelas sesuai jadwal pelajaran. Satu sampai lima menit, bahkan lebih dari lima belas menit. Tidak kita pungkiri, beberapa dari kita itu suatu hal yang biasa.

Dari sebuah kalimat pada gambar dapat kita tarik ilmu, bahwa terlambat adalah tindakan korupsi waktu. Pada saatnya nanti kita akan dituntut pertanggunjawaban atas waktu yang kita abaikan. Beberapa bahkan banyak orang akan mencari kita atas hak mereka yang telah kita korupsi.

Mamang kita pernah salah telah melalukan semua itu. Kesalahan lalu tidak dapat kita perbaiki, tidak pula kita pungkiri. Biarlah menjadi badai gelap masa lalu, namun mari kita tata jalan menuju hembusan angin surga yang ada di depan.

Mari kita disiplin waktu, untuk memenuhi hak anak-anak didik. Tetap semangat dalam bekerja!

Jika suatu saat nanti kita telat tanpa sengaja, jangan segan meminta maaf atas kesalahan. Siapa tahu suatu saat nanti dengan jalan minta maaf, dapat meringankan dalam pertanggungjawaban.

Salam Disiplin Waktu!

Kita Guru, senantiasa untuk digugu lan ditiru!