Ibuku, Motivator Hebat
Ibuku, Motivator Hebat
Oleh : Mar’atus Sholihah, S, Pd
Waktu aku masih kecil, aku selalu bermimpi menjadi seorang guru. Tepatnya aku ingin menjadi guru di Taman Kanak-Kanak atau di Sekolah Dasar. Bagiku, guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Setiap hari bisa belajar dan bermain bersama anak-anak merupakan hal yang menyenangkan.
Namun, mimpi itu terasa begitu jauh ketika aku lulus Madrasah Aliyah. Kondisi ekonomi keluarga kami pas-pasan. Bapak hanya seorang petani dengan penghasilan yang tidak menentu, sementara ibuku adalah ibu rumah tangga yang selalu berusaha membantu perekonomian keluarga dengan membantu pekerjaan bapak di sawah. Aku memiliki empat adik yang masih sekolah.
Saat itu, aku benar-benar ingin melanjutkan kuliah. Tapi, melihat keadaan keluarga, rasanya mustahil. Biaya kuliah mahal, dan adik-adikku pun masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Aku hampir putus asa.
Di tengah kebimbangan itu, ibuku datang memberiku semangat. "Nak," katanya dengan lembut, "Ibu tahu kamu ingin kuliah. Jangan pernah padamkan mimpimu. Ibu yakin kamu bisa."
Ibuku, meskipun hanya tamatan SD, selalu menjadi motivator terhebatku. Beliau mengajarkanku untuk pantang menyerah dan selalu berusaha. "Kita memang tidak punya banyak uang," lanjutnya, "tapi kita punya tekad dan doa. Berdoalah, Nak, dan bekerjalah dengan keras. Ibu yakin Allah akan membukakan jalan."
Kata-kata ibuku memberiku kekuatan baru. Dengan ajakan tetanggaku, aku memutuskan untuk ikut merantau ke Jakarta. Membawa bekal seadanya dan doa restu ibu, aku berangkat dengan tekad kuat ke Jakarta. Sesampai di Jakarta, beberapa pekerjaan pernah aku jalani. Aku pernah bekerja sebagai pelayan di kantin sebuah pesantren, penjaga toko hand phone, dan menjadi guru les privat.
Hidup mandiri di kota besar memang tidak mudah. Rindu rumah, rindu adik-adik, lelah bekerja, dan tekanan hidup sering kali membuatku hampir menyerah. Namun, setiap kali aku merasa putus asa, aku selalu teringat pesan ibuku: "Berdoalah, Nak, dan bekerjalah dengan keras, Allah akan menolongmu." Aku pun bangkit lagi, meyakinkan diri bahwa aku pasti bisa.
Akhirnya aku bisa kuliah di sebuah Universitas Swasta. Aku mengambil jurusan pendidikan dan tetap bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliah dan hidupku. Pagi sampai siang aku bekerja dan malam hari aku kuliah. Kuliah sambil bekerja memang sangat melelahkan, tapi aku selalu ingat tujuan awalku dan dukungan ibuku.
Alhamdulillah, berkat kerja keras, doa, dan dukungan ibuku, aku berhasil lulus kuliah dan meraih cita-citaku menjadi seorang guru. Kini, aku mengajar di sebuah sekolah dasar di Bekasi. Aku bahagia bisa berbagi ilmu dan menginspirasi anak-anak didikku, seperti ibuku yang selalu menginspirasiku.
Ibu adalah motivator terhebatku. Meskipun beliau tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi, semangat dan dukungannya tak tertandingi. Beliau mengajarkanku arti kerja keras, ketekunan, dan pantang menyerah. Aku bangga menjadi anak Ibu. Semoga Allah senantiasa menambahkan Kesehatan untuk ibuku, Aamiin…
Pesan Moral:
· Jangan pernah menyerah pada impianmu, meskipun banyak rintangan.
· Dukungan keluarga, terutama ibu, adalah motivasi terbesar dalam hidup.
· Kerja keras, ketekunan, dan doa adalah kunci kesuksesan.
· Raihlah mimpimu setinggi langit.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar