Maratus Solichah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Anakku dan idolanya

Mendengar kata idola, pasti dipikiran kita melayang orang yang layak dikagumi. Idola bisa jadi mereka yang cantik, keren, tampan, gagah, dan lain-lain yang menonjol. Kita pasti punya kriteria sendiri dalam menetapkan seseorang menjadi idola. Entah itu idola dari gurunya, orang tua atau pun artis.

Setiap anak pasti punya idola. Hanya mereka sadar atau tidak bahwa mereka mengidolakan seseorang. Anak-anak kadang tidak mengetahui secara sadar mereka menyukai secara berlebihan idola mereka. Mereka bahkan cenderung mengikuti idola mereka.

Tak ketinggalan, anakku pun yang duduk di kelas lima diam-diam mempunyai idola. Tidak secara langsung dia mengatakannya. Tapi selalu diulang-ulang kekagumannya kepada Nobita dan Doraemon. Nobita yang nilainya selalu jelek namun tidak putus asa. Nobita yang selalu disakiti tapi tetap baik. Nobita bisa ke mana saja karena ada pintu ajaib Doraemon. Selalu bisa mengatasi masalah bersama.

Si doi tak sadar sudah ratusan kata bercerita tentang duet Nobita dan Doraemon. Kagum benar dengan persahabatan Nobita dan si kantong ajaib Doraemon. Sampai suatu saat ketika ulangan akhir semester, disuruh belajar, dia ikut-ikutan buat pertanyaan sulit. Bundanya disuruh memilih dia jadi Nobita atau jadi dia sendiri. Muntab dong, masak di saat ulangan gini penokohannya pakai Nobita yang nilainya selalu jelek. Ya pastilah jadi diri dia sendiri lah pilihannya. Ternyata dia maunya jangan dipaksa belajar, biar jadi dirinya sendiri.

Memang menakutkan ketika tahu tokoh idola anak kita punya nilai pribadi yang buruk. Seperti Nobita yang ditokohkan sebagai anak yang tidak terlalu baik dalam akademik. Namun, percayalah, anak-anak pun punya alasan sendiri dalam memilih idolanya. Ternyata, anakku memilih Nobita sebagai idolanya karena Nobita tidak pernah membalas mereka yang jahat kepadanya. Dia tidak pernah putus asa dan apa adanya. Kita hanya perlu mendengarkan dan membawa mereka ke pemahaman yang benar.

Seperti kata guru saya di satu waktu dulu, jadi orangtua itu harus tarik ulur. Ada kalanya dibiarkan dan ada kalanya ditegasi.

Sekian, semoga bermanfaat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post