Marchilia Damayanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rasa Syukur Di Tengah Keterbatasan

Rasa Syukur Di Tengah Keterbatasan By: gurubeta Tantangan Hari Ke-83 #TantanganGurusiana Sebuah acara salah satu televisi swasta nasional mengangkat kehidupan masyarakat Indonesia yang jauh dari kata layak. Kali ini menyoroti kehidupan masyarakat di sebuah desa terpencil Indonesia. Keterbatasan sarana listrik dan jalan, mengharuskan mereka hidup seadanya dari hasil alam desa itu sendiri. Salah seorang warga desa tersebut, sebut saja Rahma, ibu rumah tangga bersahaja dengan dua anak yang masih balita. Potret kemiskinan tampak pada keluarganya. Untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, jauh dari kata layak. Nasi, bagi mereka adalah barang yang berharga sekali. Sangat jarang mereka makan nasi, apalagi makan telur ataupun ikan. Maka sebagai penggantinya mereka hanya makan singkong dan tumisan sayur ala kadarnya. Ketika berkeinginan menggoreng makanan, maka Rahma harus bersusah payah membuat minyak kelapa terlebih dahulu. Sebuah parutan kelapa yang terbuat dari kaleng makanan, menjadi kawannya ketika membuat minyak kelapa. Hari itu suaminya telah mengupas lima butir kelapa dan mengeluarkan daging buah kelapa dari tempurung kelapa. Setelah itu Rahma mencuci sampai bersih dan mulai memarutnya. Ia memarut satu per satu bagian-bagian daging buah kelapa sampai selesai. Sejenak kemudian ia mengambil bakul nasi putih yang terdapat lubang-lubang di tepinya serta mencampur kelapa dengan air dan memerasnya. Sedikit demi sedikit air perasan kelapa yang berupa santan sudah terkumpul. Untuk memperoleh bagian santan yang kental ia harus membiarkan semalam. Keesokan harinya dilakukan pengambilan bagian atas santan dan memasukkan ke dalam wajan. Ia pun mulai memasaknya hingga terpisah antara minyak dan bungkil. Dari lima buah kelapa yang melalui proses panjang akhirnya mendapatkan satu botol ukuran 650 ml saja. Jika dijual harganya hanya sepuluh ribu rupiah, sangat murah dibandingkan jerih payahnya. Di tengah masyarakat kota yang berlomba-lomba memburu kekayaan, ada sebuah desa terpencil dengan kesederhanaan masyarakatnya. Meski hidup serba kekurangan namun terpancar senyum tulus yang mencerminkan rasa syukur atas kehidupannya. Ketenangan hidup tidak diukur dari banyaknya harta, tetapi seberapa besar rasa syukur kita atas rejeki yang Allah berikan. Palu, 06 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaa Allah, sungguh cerita yg mengharu biru..jika di tolitoli, dijadikan makanan khas sarimoca bu..di situ jg adakah ?...salam hormat bu

06 Apr
Balas

Iya pak, biasa disebut jepa. Terima kasih

06 Apr

Sepakat bu, semoga kita semua menjadi hamba yang pandai bersyukur. Aamiin.

06 Apr
Balas

Aamiiin

06 Apr

Ya Allah semoga masyarakat sekitar dan aparat bisa membantu bu Rahma....

06 Apr
Balas

Iya bu, mereka terisolir

06 Apr



search

New Post