Sangat sedih karena harus remedi setelah hampir melewati tantangan guru siana hari ke 143. Sedih karena bukan tidak ada ide, atau pun waktu yang terlewat. Tetapi karena tidak ada sinyal dan jaringan internet di kampung. Sudah lama tidak bisa pulang kampung, karena pendemi Covid-19, keinginan pulang kampung begitu besar. Harus ada yang dikorbankan, salah satunya yaitu tantangan guru siana sudah pasti tidak bisa dilaksanakan. Karena jaringan internet tidak ada di kampung, sehingga dua hari lewat tanpa menulis di guru siana. Tidak terbayangkan para siswa, mahasiswa yang pulang kampung tidak bisa melaksanakan pembelajaran daring. Sementara proses pembelajaran tetap berlangsung. Semoga secepatnya jaringan internet bisa sampai kekampung kami Batu Bajanjang Tigo Lurah.

Kesedihan kedua adalah ketika sinyal sudah ada kabar duka diterima di wa, penulis sejati guru siana di kotaku ibu Ridaryetti kembali ke Haribaan Illahi. Semoga beliau husnul khatimah, sering membaca dan belajar dari tulisan beliau di guru siana.

Ditengah kesedihan, ada terselip kabar yang membuat hati gembira dan berbunga. Pengumuman lomba menulis di media guru Indonesia sudah keluar, alhamdullillah diurutan 55 ada nama tertulis. Ada rasa bahagia, karena berada satu buku bersama dengan guru-guru penulis hebat lainnya dari seluruh Indonesia. Buku antologi kedua tahun ini, semoga kedepan bisa menyusul buku sendiri. Terima kasih kepada semua tim juri MGI, Pak CEO, admin MGI, semoga bisa belajar terus agar lebih baik lagi.

Rumah, 29 Juni 2020