Mardayanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rendang Buatan Emak

Rendang Buatan Emak

Condong mato ka nan rancak, condong salero ka nan lamak”. Pepatah ini selalu diingatkan oleh orang tua kita sejak dahulu. Pepatah ini diartikan kalau orang-orang pada masa itu selalu menjaga apa yang dilihat dan dimakannya. Dengan arti lain, menjaga apa yang dilihat dan dimakan. Enak bagi kita, enak pula bagi orang lain. Hal ini masih berlaku sampai hari ini.

Berbicara mengenai yang enak-enak, tak terlepas dari salah satu masakan khas Sumatera Barat yaitu rendang atau “randang”, Siapa yang tak kenal dengan makanan yang satu ini. Makanan yang dimasak menggunakan bumbu dan rempah alami khas Sumatera Barat yang digabungkan dengan “kinco” (campuran rendang). Bisa dengan kentang, ubi kayu yang sudah digoreng, atau kacang buncis. Telah banyak yang mencoba untuk membuat bahkan menyajikan dengan beraneka variasi. Begitu membahananya masakan rendang, sudah banyak yang menggunakan bahan selain daging sapi. Ada daging ayam, daging itik, telur ayam atau telur itik. Bahkan, jengkolpun sudah dibuat sebagai rendang. Nikmat bukan? Namun, tidak semua dari mereka mampu untuk membuat rendang ini senikmat buatan pendahulunya. Memasaknya “baunyai-unyai”, artinya dimasak di atas tungku api dengan api sedang agar tidak cepat gosong dan hasilnya coklat kehitaman, sebentar-sebentar diaduk selama lebih kurang dua jam.

Dengan demikian, sebagai salah satu masakan kebanggaan Sumatera Barat, sudah sewajarnya kita generasi millenial melestarikannya dengan mencoba untuk meracik sendiri bumbu yang membuat makanan ini menggugah selera, melestarikannya sebagai warisan untuk anak cucu kita nanti.

Rendang disediakan dalam acara-acara perhelatan, hari raya, dan konsumsi keseharian masyarakatnya. Di acara “baralek” orang Minang, rendang tidak boleh ketinggalan untuk dihidangkan. Bagaimanapun caranya, tuan rumah akan berusaha semampunya untuk menghidangkan rendang ini, terutama rendang daging. Emak-emak di Minangkabau khususnya, sudah sangat mahir dalam pembuatan rendang. Bahkan diperlombakan lho? Mereka memasak secara bersama-sama untuk menciptakan sebuah kekompakan dan kerjasama yang patut untuk ditiru agar menghasilkan rendang yang berkualitas dan tahan lama. Tak ketinggalan di acara 17 Agustusan, bapak-bapakpun berpartisipasi ikut lomba. Asyiknya!

Masyarakat yang tidak mengetahui beranggapan makan masakan rendang daging menyebabkan disentri atau sakit perut. Bisa jadi kalau dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Tetapi jangan khawatir, selagi kita patuhi aturan mengonsumsinya, tidak bakalan deh sakit. Mari kita lestarikan masakan khas daerah Sumatera Barat, masakan “urang awak” yang tak akan lekang oleh waktu. Insya Allah. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bikin ngiler rendangnya buk

04 Mar
Balas



search

New Post