Bahagia atau bersedih, tidak ditentukan oleh Status.

Saling menyangka sudah biasa. Sangat enak dan bahagia menjadi seperti orang lain.

Masyarakat bawah menyangka menjadi pejabat itu enak. Punya mobil, fasilitas mudah, rumah banyak.

Tapi apakah mereka hatinya bahagia? Belum tentu. Jadwal sangat padat, yang dipikirkan adalah kehidupan masyarakat.

Sehingga tidur tidak nyenyak, istirahat kurang, pembenci juga banyak.

Sehingga mereka berpikir sangat enak menjadi rakyat. yang dipikirkan hanya kehidupan sehari-hari, anak dan keluarganya saja. Tidak perlu memikirkan bayar pajak atau menggaji pembantu.

Kebahagiaan juga bisa dirasakan pemilik emper jalan. Tidur beralas kardus berselimut koran setiap malam. Tapi mereka juga bisa bahagia dan tersenyum ketika siangnya mendapatkan nasi basi dari tong sampah.

Jadi ...ternyata setiap orang menyangka orang lain lebih bahagia dari dirinya.

Bahagia atau bersedih, itu adalah milik semua orang. Status dan kekayaaan tidak menentukan kadar kebahagiaan.

Lalu sebelah mana yang menentukan derajat kebahagiaan dan kesedihan seseorang.

Ahh...bingung..lalu...???

Sangat sulit mengukurnya. Tak ada barometernya.

Mobil belasan, rumah disetiap real estite, jabatan tinggi kadang tidak membahagiakan. Karena terlalu pusing memikirkannya. Malah stress, bingung mengurusnya.

Dan...

Dimanakah mencari kebahagiaan.?

Bagaimanakah menghindari kesedihan. ?

Ternyata, keduanya tak perlu dicari dan tak perlu dihindari.

Karena kebahagiaan dan kesediahan adalah pasangan yang abadi. Bersifat alamiah yang harus dimiliki oleh semua manusia termasuk hewan.

Keduanya adalah dua sisi mata uang yang sedang berputar.

Bisa bahagia dan bisa bersedih silih berganti setiap waktu.

Jadi....

Siapa pun kita, kaya atau pun.miskin. pejabat atau pun rakyat.....

Jangan pernah menjadi orang yang paling bahagia di dunia karena sebentar lagi kau akan bersedih.

Begitupun...

Jangan pernah menjadi orang yang paling bersedih karena sebentar lagi kau akan menghadapi kebahagiaan.

Salam.

Menikmati hidup.