Mardiah Alkaff

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
                            Hasratku Hanyut Oleh Tsunami  Literasi

Hasratku Hanyut Oleh Tsunami Literasi

“Aku males datang ke acara Media Guru. Ongkos sendiri, kegiatannya gitu ajah. Menyita waktu. Eh, cari penginapan sendiri lagi. Pasti dong, biaya habis banyak," kubisikkan pada sahabatku yang duduk disampingku. Dia hanya memandangku.

Saat berangkat dari Bandung, hatiku galau. Kuhitung biaya. Wow ... cukup besar. Kalaulah jadi juara dalam lomba menulis Buku "Selamat Datang Mas Nadiem" mendinglah. Tapi, kecil kemungkinan.

Kegiatan hari pertama, di Balai Kota DKI Jakarta. Aku memandang sekeliling. banyak guru berfoto di panggung. "Hih ... Lebay banget. Wow, ah. Aku gak tertariklah. Bosen, hanya kumpul selfie sambil pegang buku.

Tak ada yang menarik di ruangan ini. Sendiri, melamun, diam. Huuuh... nyesel aku hadir di sini. Mana sahabatku sering menghilang.

"Lho ... Kok, ibu banyak yang kenal? Kutanya sahabatku. “Saya sudah tiga kali ikut kegiatan ini” jawabnya dengan ceria sambil menyapa peserta dari Madura.

Berbagai acara, tak menarik perhatianku. Huuh, Daripada booring aku menyapa di sampingku.

"Ibu dari mana?"

"Yogjakarta." Hah, jauh banget, bisikku.

“Kalau Ibu-ibu ini dari mana nih, kelihatannya kompak dan bahagia." tanyaku memecahkan keseruannya. "Kami dari Sumatera Barat." Ya Allah, lebih jauh lagi.

"Naek apa ke Jakarat, Bu?

“Pesawat," jawab mereka serentak.

Plak plak pipiku serasa ditampar. Dug dag dug, jantungku ada yang menonjok. Aku tersudut. Biaya dan waktu mereka lebih besar dariku. Apa sih, istimewanya TNGP? Kekacauan hatiku bertambah.

Kembali aku duduk dengan beribu pertanyaan. Berbagi cerita dengan terdekat. Canda dan tawa, hanya itu yang bisa kulakukan. Agak siang keakraban bertambah. Kadang kami ketawa lepas. Bahagianya bisa kumpul dengan guru dari banyak provinsi.

Tak terasa waktu sudah sore. Aww, kenapa aku bisa tertawa? Kok, bahagia, sih? Bisikku. Angin sepoi dan siraman air pantai literasi mulai membuat hatiku terlena.

Woow, amazing, kebahagiaanku bertambah. Buku Antologi keduaku, "Selamat Datang Mas Nadiem" sudah kumiliki.

Keesokan harinya, kami berkumpul di stasiun MRT Lebak Bulus. “Apa kabar guru hebat. Mau kemana?” Teriakan seorang guru Pemandu. “Mau naik MRT, mau ketemu Mas Menteri.” Ruang tunggu menggelegar.

Satu gerbong MRT merah menyala oleh ratusan guru Indonesia yang akan menuju Kemendikbud. Walau berdesakkan, semua tertawa lepas.

. Sekitar 10 menit kami sampai di stasiun senayan. Tepat dekat kantor Mas Menteri pemilik ojeg online. Halaman berumput kembali menyala oleh ratusan guru penulis. Hanya untuk seru-seruan atau selfie bareng-bareng.

Panggung yang luas diisi oleh guru penulis sukses dari seluruh tanah air untuk berbagi pengalaman. Ibu Yuli dari DKI Jakarta berhasil membuat suasana menjadi hidup dan meriah. Tiga kali talkshow mampu membuat peserta muncul kekaguman.

Magnet literasi mulai menarik hasratku. Aku mulai menyimak makna panggung. Deg deg plak plak. Serasa pipiku ditampar lagi. Hiii... Apalah artinya aku di sini. Kecilnya aku diantara mereka. Banyak yang sudah berlari. Lah, aku hanya puas dengan yang ada.

Ratusan buku telah mereka edit. Ribuan karya telah mereka sebarkan. Jutaan rupiah telah mereka dapatkan. Berbagai negara telah mereka jelajahi. Hanya dengan buku ciptaanya. Kreatif dan inovatif telah mereka wujudkan. Dadaku mulai berdetak cepat. Pipiku memanas dan merah. Malu, ya, aku tertunduk malu.

Di atas langit masih ada langit. Ternyata aku bangga dan puas dalam tempurung. Inilah planet baru yang telah kutemukan. Planet untuk melesat bersama mengasah potensi berliterasi. Kini, haru dan bangga ada di sini.

Huuuhh ... malu dong, diriku. Tsunami literasi telah menguncangkan buih guru Nusantara. Kini, hasratku pun hanyut ke samudera literasi. Kini aku terimbas energi positif untuk membangun minat baca bangsa kita yang masih rendah.

Haaah, aku jadi teringat apa kata Mas Menteri Nadiem Makarim di hari Guru Nasional 25 November 2019. Guru sebagai Penggerak Indonesia Maju. Optimiskah wahai para guru Indonesia?

Pasti, harus optimis dengan mewujudkan Sagusabu. Satu Guru Satu Buku, Kita ukir sejarah dalam mewujudkan Indonesia Maju.

Mardiah, M.Pd

(SMP Negeri 3 Padalarang Kabupaten Bandung Barat)

HP. 08122017090.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren. Makasih ya

15 Dec
Balas

Cie cie cie.... hahaha. Top!

15 Dec
Balas

Keren...bahagia bersama guru penulis...planet literasi

14 Dec
Balas

Keren...bahagia bersama guru penulis...planet literasi Aku dari Sumbar

14 Dec
Balas

Salam literasi bu

15 Dec
Balas

Keren tulisannya Bunda. Tadinya aku menyangka Bunda akan balik sebelum acara selesai hahaha.Bunda hebat

15 Dec
Balas

Pengalaman pertamanya sama dg aku bun. Aku juga peserta baru tahun ini. Saya bingung, diam, ndepipis aja karena malu. Hingga untuk poto bareng mereka tokoh² inspiratif juga maluh

16 Dec
Balas

Pengalaman pertamanya sama dg aku bun. Aku juga peserta baru tahun ini. Saya bingung, diam, ndepipis aja karena malu. Hingga untuk poto bareng mereka tokoh² inspiratif juga maluh

16 Dec
Balas

Keren tulisannya... Akhirnya terbakar juga semangatnya.. Tetap semangat menggelorakan literasi.. Sukses dan salam kenal

14 Dec
Balas



search

New Post