Hampir saja dia menyerah ketika sisa tenaganya semakin melemah. Namun suara rintihan adiknya menyadarkannya bahwa dia tidak sendir, ada dua adiknya yang cantik cantik dan lucu yang juga harus diselamatkannya.

Tenaganya jadi bertambah. Kekuatannya mengalahkan kekuatan para tukang yang dulu memasang atap rumahnya.

"Praaakkk." Suara atap yang berhasil dibobolnya.

Satu persatu dinaikkannya adiknya di atas atapp. Dingin yang menusuk menyambut mereka. Sekelilingnya sudah tertutup lumpur.. Gelapnya malam membuat semakin mencekam. Dipeluknya kedua adiknya untuk mengurangi dingin yang menusuk sampai ke sum sum tulang. Dipeluknya mereka untuk mengusir rasa takut yang sejak awal kejadian sudah menghampiri.

Perjuangannya belum berakhir, meski mereka sudah tidak lagi dikejar oleh lumpur.

Jarak pandang yang hanya kurang lebih satu meter dengan bantuan cahaya hp yang dengan sigap dimasukkannya ke saku celana ketika awal kejadian membuat membuat suasana semakin mencekam.

Menunggu adalah hal yang sudah biasa dilakukannya. Terbayang bagaimana ia menunggu dokter yang sedang operasi untuk mendapatkan tanda tangan atau sekedar menunggu teman yang biasanya ditelepon mengatakan sydah otw meskipun barangkali otw mandi. Ah....kebiasaan buruk antara kamj yang harus dihilangkan.

Namun kali ini menunggu dalam ketakutan, dalam keputus asaan adakah yangvakan menolong mereka?

Bencana kali ini terasa lebih berat dibanding ketika berada di Palu dalam bencana gempa. Saat itu yang terpikir bagaimana menyelamatlan dirinya namun kali ini ada dua adiknya yang menjadi tanggung jawabnya untuk keselamatannya.