Sore hari sekitar habis Ashar, matahari masih memancarkan sinarnya segerombol anak-anak dengan fariasi usia antara 5 sampai 12 tahun bergerombol depan rumah pak Jono. Dengan hati penuh rasa penasaran aku dekati ada apa kira-kira. Tampak di depan rumahnya, pak Jono sedang pegang kantong biru entah apa isinya. Kantong itu diacung-acungkan ke atas sambil tersenyum lebar penuh kegembiraan dan wajah ceria. Sedang disampingnya terparkir Vario putih belum ada plat nomor sepertinya sepeda baru.

“ Ayo semua kumpul mendekat sini, jangan sampai nanti gak kebagian ya”

“ Hey… kamu yang kecil maju kedepan nanti tertabrak sama anak besar… ya begitu bagus”

Suara lantang pak Jono nyaring terdengar walau tidak pakai pengeras suara. Cocok dengan postur badanya yang tinggi besar. Tak berapa lama akhirnya pak Jono membuka kantong biru dan melemparkan isinya ke semua anak yang hadir. Ternyata uang koin seribuan baru, spontan anak-anak mengambil saling berseruduk dengan penuh semangat dan gembira. Mereka membalikkan badan ke kanan kekiri dimana uang koin itu berada.

Aku tersenyum melihat kejadian itu, sangat meriah karena baru kali ini aku melihat kejadian ini. Setelah hampir duapuluh lima menit akhirnya telah berpindah semua uang logam milik pak Jono ke tangan anak-anak. Masing-masing anak bervariasi dapatnya tergantung kecekatan mengambil uang koin. Semua tampak gembira dengan raut wajah ceria dan segera menghitung uangnya masing-masing.

Ternyata yang dilakukan pak Jono di Gresik sini dinamakan udik-udik semacam tanda syukur bisa membeli sepeda baru dan semoga saat dikendarai diberikan keselamatan. Suatu tradisi yang unik dan perlu dilestarikan karena ada unsur ikut berbagi rasa bahagia, rasa syukur kepada orang lain, bersedekah dan menjaga kebersamaan.

Cerme, 1 Agustus 2020