Mardi Hamsyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
“Semangat Nasionalisme dari Mush’ab bin Umair sang Pembawa Bendera”

“Semangat Nasionalisme dari Mush’ab bin Umair sang Pembawa Bendera”

Tugas kedua pada hari ke 2 pada workshop penulisan buku guru jenjang sd dan smp.

Judul buku :“Sejarah Hidup Muhammad”

karya : Muhammad Husein Haikal

Sub bab : Perang uhud tentang “kisah pembawa bendera yang gagah berani”

Judul resensi : “Semangat Nasionalisme dari Mush’ab bin Umair sang Pembawa Bendera”

Ketebalan : 726 halaman

Cetakan pertama : Tahun 2008

Cetakan ke dua : Tahun 2009

Penerbit : Lentera antar bangsa

No ISBN : 978-979-8100-02-4.

Oleh : Mardi Hamsyah S.Pd.I.MM (SDN 030 Balikpapan Tengah)

Kelemahan dari buku tersebut :

Bahasa tulisan yang terdapat terlalu panjang dan sangat melelahkan sehingga dapat membuat pembaca cepat bosan

Dari bab tersebut saya mendapati salah satu tokoh yang menarik perhatian adalah kisah pembawa bendera yang gagah berani membawa bendera serta mempertahankan hingga raga ia korbankan yakni Mush’ab bin umair dari kisah tersebut dapat menumbuhkan rasa kecintaan tanah air salah satunya adalah menghormati bendera sebagai symbol Negara.

Kisah awal dari Mush’ab bin umair berawal dari masa remajanya penuh dengan kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan karena ia merupakan salah satu anak yang paling disayang apalagi oleh ibunya.

Masa remaja mush’ab bin umair dikenal sebagai sosok wajah yang rupawan,memeiliki kekayaan, otak yang cerdas, berpakaian indah rapi dan wangi bak bunga yang merekah dipagi hari.

Hingga suatu ketika ia ia mendapat berita tentang Muhammad al-Amin yang mendakwahkan keimanan dan mengajak orang-orang beribadah kepada allah SWT.

Ketertarikan Mush’ab bin umair kepada ajaran Nabi Muhammad mengantarkan menuju keimanan yang kuat, tiadak ada seorangpun yang ia takuti dan segani kecuali Ibunya.

Hingga suatu ketika ibunya mengetahui dan mendapat kabar tentang keislaman Mush’ab bin umair, sontak ibunyapun marah, kaget bercampur rasa tidak percaya akan berita tersebut.

Mush’ab bin umair dipanggil menghadap ibunya, rasa takut berkecamuk dalam hatinya, tetapi ia meyakinkan pada dirinya bahwa kecintaan serta keimanan kepada Allah dan Rasulllah lebih besar dari segalanya.

Melihat wajah Mush’ab bin umair yang terpancar penuh keimanan luluh perasaan hati ibunya, hingga ia mengurungkan niat untuk memukul apalagi menyakiti buah kasih yang ia sangat cintai, akhirnya ia mengurung Mush’ab bin umair tanpa memberikan kesempatan baginya untuk keluar.

Singkat cerita hari berganti sampai seuatu ketika terdengarlah kabar pada mush’ab bahwa Rasulullah akan berangkat berperang di medan peperangan UHud. Panggilan hati mush’ab bergelora untuk dapat mengikuti Rasulullah berperang.

Sambil mengatur siasat akhirnya ia dapat melarikan diri dari kurungannya dan bergabung dengan para pejuang muslim yang lainnya.

Perang berkecamuk dengan dahsyatnya kekuatan pasukan tak sebanding jumlahnya. Kekuatan kaum kafir quraisy pada saat itu berjumlah 3000 pasukan sedang kaum muslimin berjumlah hanya 700 orang.

Tetapi semangat juang mereka tidak gentar dan tidak pernah pupus dari dalam sanubari. Satu persatu musuh-musuh Islam tewas berjatuhan.

Musuh-musuh islam akhirnya merasa gentar dan bergerak mundur, melihat peluang tersebut sebagian pasukan muslimin melihat peluang yang sangat berharga yakni mengambil Ghanimah (harta rampasan perang) yang sangat banyak, mereka melupakan tugas yang berikan oleh Rasullullah.

Sibuk dengan mengambil harta tersebut sebagian berajak dari tempat tugas yang telah diamanahkah sebagian lagi masih bersikukuh menjaga sebagaimana amanat yag diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw.ir

Melihat para pejuang muslim sibuk dengan ghanimah (harta rampasan), maka Khalid bin walid sebagai komandan pasukan kafir Quraisy berteiak menyemangati kembali pasaukan kafir Quraisy untuk dapat kembali memerangi musuh yang masih terlena akan harta rampasan perang.

Semangat juang pasukan kafir Quraisy kembali berkobar satu persatu pejuang islam Tewas syahid membela agama islam, tak terkecuali Mush’ab bin Umair yang diamanahkan membawa bendera Islam. Ia tewas setelah kedua tangan dan dadanya tertembus sebilah tombak.

Dari sepenggal kisah ini maka ada satu hal yang dapat kita teladani yakni menghormati, membela bendera sebagai symbol sebuah Negara bahkan mengorbankan jiwa raga sebagaimana yang dilakukan Mush’ab bin Umair sah-sah saja. Tidak menimbulkan perubahan keyakinan ataupun salah satu ajaran yang menyimpang.

Dengan menghormati bendera maka rasa nasionalisme akan tetap tumbuh.

*Penulis adalah Peserta BIMTEK LITERASI DISDIK KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post