Tantangan Gurusiana ke-24

Panggilan hidup sebagai pendidik adalah panggilan yang sangat mulia, sebab guru yang sering kita sebut “ Pahlawan tanpa tanda jasa” mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kita bisa baca itu karena guru, kita bias berhitung itu juga karena guru dan lebih daripada itu kita mengerti apa arti hidup itu juga tidaklah terlepas dari usaha seorang guru, yang berusaha menciptakan kita menjadi manusia yang berarti bagi diri kita, keluarga, bangsa dan Negara terlebih bagi Tuhan. Membuat manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak berguna menjadi berarti, yang kita sebut sebagai proses belajar sesungguhnya bukanlah persoalan yang mudah, tetapi sangat komplek dan sulit, namun itulah yang menjadi bagian seorang guru. Dalam UU guru dan dosen no. 14 tahun 2005 bab III dinyatakan seorang guru haruslah profesional dan memilki kompetensi. Kesepuluh kompetensi dasar guru haruslah dikuasai seorang pendidik kalau mau dikatakan profesional. Penguasaan materi pelajaran saja tidak lagi cukup, guru diharapkan bertanggung jawab atas pengembangan profesi mereka sendiri terus-menerus, tidak “Gaptek (gagap tehnologi)”, harus benar-benar menguasai tehnologi pembelajaran, termasuk penggunaan computer dan tehnologi lainnya untuk proses belajar mengajar. Guru tidak boleh hanya datang kesekolah untuk mengajar saja, kemampuan mengelolah kelas saja tidak lagi cukup, guru diharapkan bisa jadi pemimpin dan agen perubahan yang mampu mempersiapkan anak didik menghadapi tantangan global di luar sekolah. Kini guru tidak lagi cukup hanya menguasai mata pelajaran yang diampunya, seorang guru dituntut harus mampu mengkolaborasi berbagai disiplin ilmu agar tidak tergilas kemajuan jaman. Secara khusus dalam situasi pandemik covid-19 saat ini, semua guru harus mampu menguasai IT, sebab proses pembelajaran dilakukan melalui daring. Tidak ada lagi cerita guru cuek dan tidak mau belajar, semua guru dituntut harus bisa berinovasi menyuguhkan materi dari rumah sehingga semua siswa yang terkoneksi mau dan tetap termotivasi mengikuti pembelajaran secara virtual. Tak bisa lagi guru berkata " kami dulu", sebab siswa yang kita hadapai di jaman ini berbeda dengan siswa yang hidup dimasa lampau. Kini saatnya dana sertifikasi yang telah digulirkan pemerintah digunakan maksimal untuk meningkatkan dan meng up-grade kemampuan dan kapasitas seorang guru. Punya laptop dan gawai menjadi suatu kewajiban bagi seorang guru saat ini, itu merupakan kebutuhan yang harus dimiliki seorang guru. menjalankan berbagai aplikasi yang menunjang proses pembelajaran mau tidak mau harus dipelajari kalau tidak mau diberi label "Gaptek". Sebagai guru, sayapun akhir-akhir ini jadi banyak belajar berbagai hal tentang metode mengajar. Kalau selama ini kita hanya belajar bagaimana mengelolah kelas yang kelihatan , kini saatnya kita dituntut harus mampu mengelolah kelas yang tidak kelihatan tapi ada, semua online di dunia maya. Bukan hanya siswa yang belajar, sayapun sebagai guru harus terus belajar, bagaimana menyusuhkan presentasi baik dalam bentuk PPT, maupun dalam bentuk ceramah yang saya rekam langsung melalui group WA dikelas. Bukan hanya itu, kini juga kami mencoba berbagai aplikasi yang bisa menghadirkan suasana kelas walau kami berada di tempat yang berbeda, misalnya aplikasi Zoom. Webex dan yang lainnya. Tentulah kalau gaway kita kapasitas rendah sudah bisa dipastikan akan "lola" dalam memberikan pembelajaran. Ahk....Inilah yang disebut belajar seumur hidup, siswa terus belajar agar bisa mengetahui dan mengerti banyak ilmu, sementara itu gurupun tak boleh berhenti belajar agar bisa mewariskan ilmu ke murid-murid yang diajarnya. Tetaplah semangat guru bangsa, sebab bagaimanapun kondisi bangsa saat ini, masa depan bangsa ini sebagian besar ada dalam pengaruh kita sebagai guru. #GurudiatasGaris