Mardi Panjaitan

Saya adalah seorang guru, pelatih dan pembicara . Bagiku hidup untuk belajar dan terus belajar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mundur  1 langkah, Maju 3 Langkah

Mundur 1 langkah, Maju 3 Langkah

Tantangan Gurusiana Ke-29

Apakah kalian pernah punya masalah besar dalam hidup..? yang membuat kalian susah tidur, makan tak enak, pikiran sumpek, bahkan mengakibatkan kita kehilangan gairah hidup akibat masalah yang meracuni pikiran kita...? Saya yakin kita semua pernah mengalaminya, bahkan sering sekali kita merasa bahwa hanya masalah kitalah yang paling besar, sampai-sampai kita takut menghadapi mentari pagi esok hari.

Hari ini saya kembali mengalami pikiran yang sumpek, berat..ahk berat sekali rasanya sampai-sampai membunuh serela makanku.

Berawal dari cerita istriku tentang persoalan yang ia hadapi tadi di tempatnya bekerja. Sepanjang hari ini mereka disibukkan dengan urusan berkas siswa mereka yang akan mendapatkan bantuan akibat wabah covid-19. Katanya akan ada bantuan dari pemerintah kota bagi siswa, maka para guru yang bertugas sebagai wali kelas mengumpulkan data-data yang dibutuhkan utnuk hal tersebut, seperti kartu keluarga dan fotocopy kartu tanda penduduk orangtua siswa tersebut.

Di kelas yang diasuh istriku ada seorang anak yang masuk dalam daftar list pengajuan bantuan tersebut, hanya KTP orangtuanya belum dilengkapi. Istrikupun berinisiatif menelpon si anak, hanya hapenya tidak aktif. Cobalah dicari-cari nomer yang bisa dihubungi, eh..ketemu nomer orangtuanya, nomor yang diisi si anak dalam biodata kelas yang diminta saat pertama belajar diawal semester lalu.

Istrikupun mencoba menghubungi nomer tersebut....saat ditelpon langsung diangkat dari seberang.

"Maaf pak apakah ini orang tua dari.......(tak boleh sebut nama) siswa kami di .....?

"Ya benar bu", sahut si bapak.

Istrikupun menjelasakan perihal informasi bantuan tersebut dan sangat mendesak mereka hari ini harus segera mengantarkan fotocopy KTP ke sekolah.

" Baik bu, akan segera diantarkan", katanya. Menutup pembicaraan mereka lewat telpon.

Istrikupun mengerjakan tugas lainnya bersama rekan-rekan sekantornya sembari menunggu kedatanagan si bapak. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB . Kembali istriku menelpon bapak tersebut. Jawabannya masih sangat manis, bahwa akan segera diantar. Padahal jarak rumah dan sekolah tidaklah terlalu jauh. Istriku dan teman-temannya masih sabar menunggu, walau tinggal berkas si anak tersebut yang belum lengkap.

Lewat pukul 16.30 WIB belum juga ada kabar dan tanda-tanda bahwa mereka akan datang mengantarkan apa yang diminta sekolah, karena desakan teman-temannya, kembali istriku menelpon si bapak. Katanya, mereka sudah dijalan mengantarkan naik becak.

Sudah menunggu terlalu lama, namun yang ditunggu tak kunjung tiba, akhirnya istriku dan teman-temannya memutuskan untuk membubarkan diri pulang ke rumah masing-masing.

Dalam perjalanan pulang tiba-tiba hape istriku berdering, ia pun mengangkatnya.

" Ini wali kelas si.....(menyebut nama si anak)"..?, tanya si penelpon yang dikira istriku adalah orangtua anak tersebut.

" Oya pak", jawab istriku dengan baik.

" Oh...ibu..kayak........", katanya mengucapkan sesuatu yang tidak pantas kepada istriku.

" Saya ini guru pak, kenapa bapak bicara tidak sopan..?' jawab istriku. Langsung memutus pembicaraan. Orang tersebut kembali berusaha menghubungi ibu guru tersebut dengan nomer yang lain.

istrikupun kembali mengangkat, dan ternyata bapak tersebut kembali mengucapkan perkataan yang tidak pantas, bukan saja sebagai orangtua siswa tetapi juga sebagai manusia.

Saat sampai di rumah, ia langsung menceritakan kegundahan hatinya padaku. Sebenarnya aku kurang konsen mendengarnya, karena tanganku masih sibuk menekan keybord laptop mengerjakan penulisan buku yang sedang ku garap. Tapi mendengar ceritanya spontan darah mudaku naik, walau aku tidak menunjukkan rasa marah di hadapannya. Tapi otakku berpikir keras, ingin rasanya ku jumpai orangtua tersebut, ingin ku tarik leher bajunya sembari melayangkan pukulan Gyakku Zhuki ke awajahnya, agar berhati-hati kalau mengeluarkan perkataannya.

Sejenak aku terdiam, ku coba membayangkan wajah si bapak yang berani benar mengucapkan kata-kata tak sopan bahkan cenderung melecehkan istriku. Pikiranku terus bermain, ingin rasanya menelpon beberapa orang teman untuk mendatanginya, ingin rasanya ku bawa polisi menangkapnya sebab ini termasuk perbuatan tidak menyenangkan. Tapi aku mencoba mengheningkan semua pikiranku. Apa gunanya kalau semua yang ku pikirkan itu ku lakukan..? apa gunanya kalau aku mendatangi rumah si bapak lalu menghajarnya, atau menlaporkannya ke polisi..? apa guna semua itu..? apakah itu akan menyelesaikan masalah..? Pikiranku terus bermain, sampai akhirnya ku tanyakan kembali siapa anak yang dimaksud istriku tadi.

" Itu loh pa, abangnya pernah datang ke rumah ini, ngobrol dengan papa", terang istriku.

" Siapa..? , yang mana.? selidikku.

Istrikupun menjelaskan........

#Bersambung.................

#GurudiatasGaris

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post