Mundur Satu Langkah, Maju Tiga Langkah
Tantangan Gurusiana ke 30
Sambungan.................
Setelah istriku menjelaskan yang mana orang yang dimaksud, akupun mencoba mengambil hapeku. Ku kirim pesan singkat melalui wa ke mantan siswaku yang beberapa waktu lalu datang kerumah kami dengan abang siswa yang bermasalah tersebut.
" Bro apa kabarnya..? dimana posisi..?", tanyaku
" Kabar baik pak, saya lagi di rumah", jawabnya.
" Pikiranku lagi terganggu, bisakah datang kerumah, ada yang mau saya bicarakan" , pintaku padanya.
" Siap pak, jam 19.00 saya datang, tapi saya bawa temanku ya..? (menyebutkan nama abang siswa yang bermasalah tersebut) pak". katanya.
" Oya sekalian saja, karena memang saya perlu dengannya", kataku.
Sore menjelang magrib seperti biasa kami makan bersama, makanan sudah dihidangkan di meja makan. Tapi nafsu makanku serasa hilang, pikiranku berat sekali rasanya. Masih terbebani dengan masalah yang diceritakan istriku sore tadi padaku. Kamipun bersantap malam, tapi selera makanku kurang, tak bisa ku habiskan nasi yang tidak terlalu banyak di piringku. Kamipun selesai makan malam. Pukul 19.00 lewat mereka sampai dirumah kami. Kami duduk di teras rumah, sebab biasanya disana menjadi tempat yang nikmat bercerita sekaligus berbagi pengalaman kalau teman-temanku datang berkunjung ke rumahku.
Seperti biasa sebagai mantan siswa aku, dimana dan kapanpun kalau kami bertemu mereka selalu menyalam sambil menyium tanganku, sebagai rasa hormat mereka terhadapku.
Akupun membuka pembicaraan kami tentang persoalan yang menjadi beban pikiranku malam itu. Ku ceritakan persis seperti apa yang diceritakan istriku padanya, kebetulan istrikupun ikut bergabung dalam pembicaraan kami malam itu.
Setelah kami bercerita panjang lebar, ternyata dari informasi yang saya peroleh bahwa ciri-ciri dan kondisi bapaknya sangat berbeda dengan apa yang diceritakan istriku, mulai kamipun mengumpulkan informasi, layaknya seperti orang hukum kami coba menganalisa persoalan dengan teliti, akhirnya anak tersebutpun gelisah dan mulai tak enak hati, karena pikirnya manalah mungkin bapaknya mau mengatakan hal yang tidak sopan dan memalukan kepada guru anak-anaknya.
Anak ini akhirnya menelpon bapaknya, menceritakan situasi yang terjadi, lalu telpon diberikan kepada istriku. Mereka bertegur sapa di telpon dengan baik, istriku menjelaskan hal yang dibutuhkan anaknya untuk keperluan mendapatkan bantuan imbas covid dari pemko. Setelah mereka selesai berbicara saya tanya kepada istriku apakah suara bapak barusan sama dengan suara bapak yang tadi sore mengatakan hal yang tak pantas kepada mama..? Istriku menggelengkan kepala, pertanda suara tersebut memang bukan suara bapak yang bicara padanya sore tadi. Lalu siapa bapak yang kurang ajar tadi sore...? bukankah nomor telpon yang ada pada istriku adalah nomor telpon yang tercatat saat si anak mengisi biodatanya dan disana dicantumkan nomor telpon orangtua..? ahk...jangan-jagan nomor telpon yang diberikan si anak bukan nomer orangtuanya. Sebab setelah kami cocokkan nomer telpon bapaknya memang berbeda dengan nomor yang ada pada istriku.
Oh...Tuhan syukurlah tadi sore aku tidak langsung gelap mata, datang ke alamat rumah bapak tersebut. Tak bisa ku bayangkan seandainya aku kalap datang membabi buta maka akan muncul persoalan yang baru. Hatiku lega, melihat wajah istriku tak segelisah sore tadi. Akupun merasa lega setelah menceritakan masalah tersebut kepada mereka, kini mereka yang menjadi gelisah , mereka tentunya juga ingin tahu siapa bapak kurang ajar yang berani mengatas namakan keluarganya.
Kamipun melupakan masalah itu seketika juga malam itu. Pembicaraan kami lanjut tentang banyak hal dengan dua pemuda tersebut. Aku katakan pada mereka kadang dalam hidup ini memang kita sangat perlu mundur satu langkah , kemudian maju tiga langkah yang artinya kalau ada masalah kita perlu terlebih dahulu tenang menghadapainya, menganalisanya, sehingga kita menemukan jawabannya. Walau kelihatannya saat kita mengalah, sepertinya kita lemah tetapi justru saat demikianlah akan muncul kekuatan dalam diri kita. Malasah malam ini memberikan kami pelajaran berarti bahwa merendahkan hati itu sungguh baik untuk sebuah kemenangan. Jangan pernah mereasa diri kita hebat apalagi merasa pintar itu akan membuat kita jatuh bahkan tenggelam ditelan keangkuhan hidup.
Dalam menghadapi persoalan kita perlu mundur satu langkah untuk kemudian maju tiga langkah.
Selesai.....
#GurudiatasGaris
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar