Mardi Panjaitan

Saya adalah seorang guru, pelatih dan pembicara . Bagiku hidup untuk belajar dan terus belajar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Passion, Tanpa Pembasuhan Kaki. Paskah, Tanpa Perjamuan Kudus.
Malam Passion Yg Pilu.....

Passion, Tanpa Pembasuhan Kaki. Paskah, Tanpa Perjamuan Kudus.

Tantangan Gurusiana Ke-25

Malam ini adalah ibadah passion ke-4, atau passion terakhir. Harusnya malam ini kami beribadah di gereja, merenungkan detik-detik dan puncak penderitaan yang akan dijalani Kristus. Seperti biasa malam ini harusnya kami saling membasuh kaki, sebagai wujud pelayanan kepada sesama sepeeti apa yang telah dilakukan oleh Yesus, Ia membasuh kaki murid-muridNya sebagai wujud pelayanan terakhirnya sebelum di di Jumat agung Ia disablibkan di bukit tengkorak , Golgota.

Ritual pembasuhan kaki yang kami lakukan oleh di gereja adalah meneladani apa yang telah Yesu lakukan terhadap para murid kala itu. Selalu saya coba membayangkan keduabelas murid Yesus jaman itu, yang selalu jalan kaki kemana saja mereka pergi, bahkan mungkin tanpa alas kaki. Pastilah kaki mereka penuh dengan otot menonjol, dan kulitnya tebal. Apalagi kondisi jalan saat itu pasti tidak semulus sekarang, penuh debu dan batu karena wilayah Israel umumnya daerah padang gurun. Kaki kotor itulah yang dibasuh Yesus. Ia melepas jubahNya, pakaian kehormatan sebagai symbol orang yang dikasihi dan dihormati. Ia hanya mengenakan kain yang dililitkan pada pinggang-Nya, layaknya hamba atau budak yang siap membasuh kaki tuannya. Sikap merendahkan diri inilah makna pertama ajaran pembasuhan kaki. Ajaran keteladanan untuk merendahkan diri dalam melayani Tuhan dan sesama.

Sikap ini tidak mudah dilakukan ketika manusia terbelenggu sikap egois, angkuh, sombong, merasa diri benar, merasa diri berkuasa dan mudah meremehkan yang lain. Dan sangat ironis walaupun acara pembasuhan kaki selalu dilakukan setiap Ibadah Kamis Putih, sikap inipun masih tampak pula dalam pelayanan dalam Gereja.

Acara pembasuhan kaki merupakan acara perenungan mendalam akan sebuah kerendahan hati, ini bukan sekedar ibadah lahiriah yang dilakukan dengan symbol-symbol, bukan pula sekedar ritual atau kewajiban agama seperti dalam Perjanjian Lama. Atau sekedar pamer kaki indah, mulus dan bersih saat dibasuh Pendeta atau kami para Majelis gereja. Ritual pembasuhan kaki hakekatnya memiliki makna bahwa kita sebagai murid-murid Yesus harus berlomba untuk merendahkan diri dalam melayani Tuhan dan sesama, mengakui dosa dan mohon pengampunan kepada Tuhan, saling mengasihi satu dengan yang lain yang kesemuanya itu untuk membangun persekutuan pribadi dengan Allah. Itulah gaya hidup pengikut Kristus yang sejati.

Tapi, malam passion terakhir ini, tak ada pembasuhan kaki. Tak ada lagi jemaat yang berkumpul di gereja untuk beribadah. Tak ada perjamuan kudus, apalagi pembasuhan kaki. Sungguh menyedeihkan bahkan besokpun di puncak perayaan PASKAH kami tidak dapat beribadah bersama di gerejaNya. Bukan karena kami malas, bukan pula karena kami tak mau, tapi karena kami mengasihi sesama, kami mengasihi Tuhan, maka kami menahan diri kami untuk beribadah dan menikmati paskah di rumah. Kami sadar sebagai jemaat kami tidak mungkin bisa melakukan sakramen perjamuan kudus sep[erti yang biasa kami nikmati setiap paskah, tapi kami percaya tanpa sakramen perjamuan kuduspun, kematian Yesus kami imani telah menebus dosa umat manusia termasuk kami jemaat yang hanya bisa berdoa dari rumah bersama keluarga masing-masing.

Inilah Passion pertama yang tak ada ibadah bersama di gereja, bahkan besok adalah paskah pertama dimana kami tak bisa berkumpul, beribadah, bersorak . berjabatan tangan seraya berkata selamat paskah, selamat menikmati keselamatan yang Tuhan telah sediakan. Terimakasih Tuhan walau tahun ini semua berbeda, situasi ini mengajarkan banyak hal bagi kami dimana kami semakin menikamati Tuhan dalam kesendirian dan ibadah sederhana diruamh masing-masing.

Selamat Malam Passion Sahabat, walau kita tak dapat saling membasuh kaki malam ini, marilah kita saling membasuh hati, kiranya malam ini menjadi malam dimana kita semakin menyadari bahwa hidup ini sangat singkat maka kita wajib jadi berkat. Selamat malam Tuhan, dari kamar kecil ini aku mencoba merenungkan "perjalanan salib", bagaimana Engkau dikhianati, diadili, disangkal, diolok-olok, diludahi, dimahkotai duri,bahkan disalibkan diantara dua orang penyamun. Engkau menjalaninya bukan karena Engkau berdosa, Engkau disalib bukan karena Engkau penjahat, Engkau menjalaninya sebagai bukti ketaatanMu, sebagai bukti kasihMu bagi manusia, bagi diriku yang berdosa ini. Selamat malam Tuhan, KasihMu membuat aku lebih hidup, dan lebih mengerti bahwa aku ada harus mengasihi Tuhan dan sesama.

Setidaknya malam ini aku mau bernyayi

Pada satu bukit jauh dari siniKulihat salib berdiriSepotong kayu kasar tanda dosa besarDi sana Tuhanku t’lah mati

Reff:Kudatang pada salib ituKuingat cintaNya TuhankuYa kujatuh dekat kakiNyaSana ku dapat ampun dosa

Dari kayu salib mengalir darahNyaWaktu Dia rasa sengsaraDi sana Tuhanku dihujat disiksa Membawa selamat dunia

Reff: Kudatang pada salib itu Kuingat cintaNya Tuhanku Ya kujatuh dekat kakiNya Sana ku dapat ampun dosa

#GurudiatasGaris

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa ketua. Thanks buat tulisannya...gbu

10 Apr
Balas



search

New Post