Mardi Panjaitan

Saya adalah seorang guru, pelatih dan pembicara . Bagiku hidup untuk belajar dan terus belajar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Terimakasih CORONA, Pelajaran Berharga Kau Berikan....
Saat kita angkat tangan, Tuhan akan turun tangan

Terimakasih CORONA, Pelajaran Berharga Kau Berikan....

Tantangan Menulis Gurusiana Ke 23

Sore tadi saya dapat kiriman vidio di group guru disekolah. Awalnya saya mengabaikan vidio tersebut tanpa langsung membukanya, sebab telah banyak sekali vidio beredar di hampir semua group yang ku ikuti. Vidionya bermacam-macam mulai dari vidio motivasi, vidio pembelajaran, vidio komedi sampai vidio kematian akibat corona. Tapi beberapa saat kemudian aku membaca komentar teman yang mungkin sudah duluan membuka vidio di group tersebut " Ya sungguh banyak hikmah yang kita dapatkan dari kedatangan si Corona ini, semoga kedepan ini kita lebih berhikmat dalam menjalani kehidupan ini, kita ucapkanlah terimakasih kepada Corona dan kita doakan agar dia cepat pergi". Kalimat ini menarik bagiku, kok bisa pula kita mengucapkan terimakasih kepada si Corona ini pikirku..?, akhirnya akupun penasaran dan membuka vidio kiriman tersebut dan ternyata isinya adalam sebuah vidio narasi dari seorang tokoh agama, tokoh nasional yang yaitu Gusmus, beginilah petikan narasinya :

"Vatikan sepi, Yerusalem Sepi, Tembok rapatan dipagari, paskah tak pasti, Khabah ditutup, sholat jumat dirumahkan, umroh batal, sholat taraweh ramadhan mungkin juga akan sepi. Corona datang seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh, bahwa hura-hura atas nama Tuhan itu semu, bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja. Ketika Corona datang engkau dipaksa mencari Tuhan, bukan di Basilika Santo Petrus, bukan di khabah, bukan di dalam gereja, bkan di mesjid, bukan di mimbar gereja, bukan di majelis Taklim, bukan dalam Misa Minggu, bukan pula dalam sholat jumat, melainkan pada kesendiriaanmu, pada mulutmu yang terkunci.

Pada hakekat yang senyap , pada keheningan yang bermakna. Corona mengajari Tuhan itu bukan melulu pada keramaian. Tuhan itu bukan melulu pada ritual, Tuhan itu ada pada jalan keputusasaanmu dengan dunia yang berpenyakit. Corona memurnikan agama, bahwa tidak boleh ada yang tersisa kecuali Tuhan itu sendiri. Tak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar, tidak ada lagi sorak-sorai memperdagangkan nama Tuhan. Datangi, temui, dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.

Temukan DIA disaat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya. Sesungguhnya kerajaan Tuhan ada didalam dirimu. Qalbun Mukmin Baittullah, Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan. Biarlah hanya Tuhan yang ada.Biarlah hanya nuranimu yang bicara. Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini. Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian ini".

Sampai tiga kali aku putar ulang vidio tersebut, semua narasi yang Gusmus sampaikan rasanya sangat membumi sangat mengena dihatiku. Kayaknya memang selama ini kita sering salah, kita sering mabuk agama, sangat fanatik terhadap apa yang kita percaya bahkan sampai lupa esensinya bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan Yang Penuh Kasih, itulah sebabnya kita wajib saling mengasihi, tapi justru acapkali kita menunjukkan kasih kepada Tuhan tapi membenci orang yang berbeda dengan kita, kita lupa bahwa semua manusia adalah ciptaan Tuhan.

Ahk....Sungguh benar sekali bahwa kita sering terjebak dalam ritual agama, seakan Tuhan sangat senang dengan semua itu, kita terjebak dalam mengerjakan pelayanan kepada Tuhan sampai lupa melayani Tuhan itu sendiri. Narasi Gusmus menyadarkanku kembali bahwa Tuhan itu hadir dalam keheningan, dalam kesendirian, dia ada dalam renung dan sanubari kita.

Akhirnya aku teringat cerita tentang dua wanita di kitab suci yang menceritakan dua kakak beradik namanya Marta dan Maria. Saat seorang Guru Agung berkunjung ke rumah mereka, Marta sibuk menyiapkan makanan di dapur untuk tamunya, sedangkan Maria duduk diam mendengarkan Guru tersebut bercerita. Merasa kerja sendirian, akhirnya Marta komplain kepada Sang Guru " Guru, lihatlah aku bekerja sendirian menyiapkan makanan di dapur sementara Maria saudaraku, hanya duduk mendengarkan Engkau bercerita", katanya.

" Marta, Marta, engkau menyibukkan dirimu dengan apa yang ada di dunia ini, sedangkan Maria telah memilih yang terbaik, mendengar pengajaranku", kata Guru Agung tersebut.

Apa makna dari cerita ini..? Ya selama ini kita menyibukkan diri dalam berbagai ritual agama agar kita terkesan agamais, terkesan baik, terkesan soleh dan taat berama, tapi sesungguhnya hakekatnya sudah hilang, banyak waktu kita habiskan dalam berbagai kegiatan agama yang dilihat orang, tetapi justru sangat sedikit waktu kita berkomunikasi dengan Tuhan dalam doa, baca Firman. Kita sering alfa dalam hubungan pribadi dengan Tuhan, bahkan sering tidak melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita yang pada akhirnya aktivitas rohani kita justru menimbulkan kesombongan rohani, menganggap orang lain tidak lebih baik dari kita, ya memang masih begitulah budaya kita, amat sering kita menilai seseorang dari luarnya saja, padahal Tuhan melihat hati bukan rupa.

Terimakasih Corona, memang banyak hikmah yang kami dapatkan dengan hadirmu. Kini saatnya kami merasa bahwa kami tidak berkuasa melindungi diri kami, kami menyerah kepada KuasaMu. Kini saatnya kami mengangkat tangan kami padamu, agar Engkau Turun tangan menolong kami. Terimakasih kejadian ini memang menjadi membuat hubungan setiap keluarga jauh lebih intim, bahkan anakku yang paling kecilpun makin rajin membersihkan dirinya, makin rajin menyebut nama-nama keluarganya dalam setiap doa-doa sederhananya.

Kini saatnya kita merevitalisasi hubungan pribadi kita dengan Tuhan, memperbaiki hubungan yang selama ini mungkin sudah mulai hambar. Kini saatnya kita selesaikan proyek kita membaca kitab suci sampai habis, sebab disanalah kita akan temukan hadirat dan kehendakNya. Kini saatnya kita menutup pintu kamar kita, melipat tangan, berlututlah berdoalah dalam keheningan pikiran. Terimakasih Tuhan hari ini aku masih Engkau berikan kesempatan untuk kembali merenungkan bahwa hidup ini memang sangat singkat, maka aku harus jadi berkat.

#GurudiatasGaris

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post