Mengenang sepenggal kisah perjalanan yang sering kualami waktu masih bekerja di Demak, membuatku sekarang sangat bersyukur sekali.

Istilah nglaju itulah perjalananku untuk sampai di tempat kerja yang harus kutempuh dengan naik motor dari rumah, lalu kulanjutkan perjalanan dengan naik bis.

Untuk mendapatkan bis dan tempat duduk yang nyaman, perjuangan itu harus dimulai.

Jika terlambat sedikit maka harus bersiap dengan berlari dan mengejar bis, belum lagi kalau bus sudah penuh terisi, berdiri menggelantung di pintu merupakan pilihan terakhir demi tidak terlambat ke sekolah.

Rintik hujan yang turun pagi itu menyegerakan langkah kami para pelaju untuk segera berebut masuk naik bus, berharap datang di kantor tidak terlambat.

Beberapa bis yang lewat di depan kami terus melaju karena rasanya sudah tak mampu lagi menampung jumlah penumpang di dalamnya yang sudah berjubel.

Bisa masuk dan ke angkut bus itu sudah suatu keberuntungan walaupun untuk itu kami harus berdesak-desakan dengan penumpang lain tak terkecuali jg dengan murid-muridku.

Akhirnya ada juga bus yang agak longgar berhenti di depan kami. Ketika naik, beberapa dari muridku sudah duduk manis sambil mainan hp.

Gadget dan rasa duduk yang nyaman lebih penting dari yang lainnya. Jangankan gurunya yang berdiri disampingnya, melihat ibu-ibu yang kerepotan menggendong anaknya berdiri berdesakan di depannya toh tak mengubah niatnya asyik dengan hpnya. Begitulah etika murid zaman now.