Marhaen Wijayanto

Tak ada yang penting daripada inspirasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hari Terlarang tantanganke66

Hari Terlarang tantanganke66

aku kembali berlari dari kejaran kuntilanak dan para dedemit sekolahku. aku berlari ke arah rumah penduduk. namun jalalanan gelap dan berasap. aku tak tahu di mana perumahan penduduk yang biasa kutemui di sekitar sekolah. semua berubah menjadi rumah batu berukuran kecil. aku heran, sejak kapan dikampung ini ada rumah semacam ini.

"Hey, manusia. daridulu aku selalu saja gagal menghisap darahmu, matilah kau!"

aku coba minta tolong dan terus berlari. sementara makhluk-makhluk aneh itu terus saja mengejarku. mereka semakin banyak, bahkan ada yang mengikutiku dengan cara terbang. di mana musala yang biasa aku pakai salat? smeua menghilang bak ditelan bumi.

sekawanan pocong lama kelamaan mampu menraihku. aku coba membaca doa, namun tampaknya itu tak ada artinya.

"Pak, mengapa semua menjadi gelap begini?" seseorang berada di serambi rumah, tubuhnya di tutup kain hitam.

"Kau korban pertamaku!" setelah menoleh ternyata orang itu berkepala buaya. tangannya berjari tiga sangat mirip dengan tangan buaya. ekornya tertutup oleh kain kali ini terlihat, kulitnya bersisik. aku menghindar, namun sabetan ekornya menghempas tubuhku.

disusul kemudian manusia berkepala harimau. air liurnya menetes melihatku bagai melihat makanan lezat. mau tak mau aku berlari dengan luka sabetan manusia berkepala buaya tadi.

mendadak di depanku manusia berbadan ular tiba-tiba muncul. tubuhnya bersisik berwarna belang. tubuhnya membesar, dari punggungnya keluar sayap. ia menyemburkan api ke arahku.

"Wahai, manusia. slaahmu memasuki dunia kami! matilah kau!"

ratusan lipan berdatangan dari arah berlawnan. semakin membesar dan mem besar. aku diseret oleh beberapa manusia berkepala ular. sedangkan manusia tanpa kepala terus saja menangis dii ujung jalan ke arah kampung dalam. kepala telah kehabisan darah, mungkin ia mengejarku untuk memeprtahankan hidup dengan cara menghisap darahku.

"Tolong, tolong!" aku terlempar ke arah makam keramat. di sana puluhan gendruwo yang sedari tadi menyatroni sekolah sudah menantiku. aku terus berteriak.

tiba-tiba tangan halus menyeretku ke arah sebuah bangunan tua.

"Pak, saya Doni, mantan siswa SMP Bapak. tenang Bapak akan aman di sini. untung tadi ayahku mengirim doa untuk menyelamatkan Bapak. ini sebagai balasan Bapak memberi saya jawaban UN Bahasa Indonesia 6 tahun lalu. Bapak selamat! silakan salat Pak. Makhluk itu mencari orang yang nekat bekerja di hari ini"

alhamdulilah, mamtan siswaku yang menyelamatkanku.

#tantangangurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post