Marheni Pandu Pratiwi

Guru SD Wergu KUlon 1 Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Suka juga menulis tapi sering tidak tahu harus menulis apa...tahu-tahu jadi aja......

Selengkapnya
Navigasi Web

Mbak War Nomor Satu

Kalau ditanya, tempat manakah yang paling ramai pada pagi hari di sekolah Anda ? Saya tanpa ragu lagi akan menjawab mantap, kantin sekolah. Sejak pertama kali anak sampai di sekolah, tujuan pertama kaki mereka melangkah, kantin sekolah. Berjubel mereka tidak sabar mengantre untuk sarapan. Mulai dari nasi pecel, bakso, nasi mi kering sampai telur dadar kesukaan anak-anak, tersedia. Ramainya kantin kalau pagi, sudah seperti restoran ditengah pasar saja layaknya. Padahal kantin itu tidak terlalu besar. Hanya ada dua meja tempat masakan, dan beberapa bangku serta meja memanjang tempat anak-anak makan.

Semula saya heran, mengapa anak-anak berjubel di kantin itu setiap pagi. Memang itu merupakan kantin satu-satunya di sekolah kami. Kantinnya bersih dan rapih. Tapi rasanya tidak harus juga anak-anak mengantre ditempat itu setiap paginya. Kemana ibu mereka kalau pagi, sehingga merelakan anak-anaknya sarapan di kantin sekolah. Bahkan ada yang masih menggendong tasnya. Menunjukkan bahwa anak itu belum sampai ke kelas. Saya lihat teman-teman guru, tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Hal yang sudah sangat biasa mereka lihat.

Memupus rasa heran, saya ikut menyatu dengan keramaian anak-anak mengantre makanan. Ingin tahu, apa sebenarnya yang membuat anak-anak di SD tempat saya di merjer ini seperti tidak ada bosannya merubung Mbak War, begitu panggilan akrab anak-anak kepada penjualnya.

Saya pun ikut memanggil Mbak War, dan minta sepiring pecel tanpa nasi. Bukan hanya anak-anak yang heran, Mbak War sendiri sepertinya kaget melihat saya berada diantara antrean anak-anak. Mereka serentak menoleh begitu mendengar suara saya memesan pecel. Anak-anak tertawa lebar melihat saya. Berebutan duduk jejer. Rupanya hampir-hampir tidak pernah ada guru yang mampir ke kantin Mbak War. Apalagi sampai makan bersama anak-anak di kantin. Mbak War berusaha mendahulukan melayani saya, tapi saya tolak. Saya tetap antre seperti anak-anak mengantre. Hingga tibalah giliran saya, mendapatkan sepiring pecel tanpa nasi buatan Mbak War. Jadilah saya makan bersama anak-anak. Dihibur orkestra suara anak-anak yang tak henti meneriakkan makanan pesanannya. Saya akui, makan bersama beramai-ramai begini ternyata memberikan sensasi tersendiri. Jadi semakin bersemangat makan. Barangkali apa yang saya rasakan itu dirasakan pula oleh anak-anak, senang rasanya makan beramai-ramai. Sehingga mampu meningkatkan nafsu makan.

Suapan pertama saya, menjadi jawaban pertama mengapa anak-anak selalu mengantre sarapan di kantin Mbak War. Enak. Bumbunya pas. Tidak pedas. Porsinya juga pas. Sayurnya juga pas kematangannya. Pilihan sayurannya juga selera anak-anak. Pintar Mbak War meramu selera anak-anak. Membuat anak-anak tanpa keluhan, melahap nasi pecelnya, yang tentu saja padat sayur. Sementara anak yang memilih menu bakso, nikmat sekali melahap baksonya. Tandas satu mangkuk. Masih ditambah nasi. Dari aromanya, sepertinya enak juga baksonya. Saya sempat mencuri lihat bagaimana Mbak War meramu bakso pesanan anak-anak. Benar-benar sehat. Mbak War hanya menggunakan sedikit garam, tanpa penyedap masakan atau mecin. Gurihnya didapat dari kaldu daging yang terdapat dikuahnya. Baksonya pun buatan sendiri, dari daging ayam tanpa kulit. Pintar juga Mbak War menjadi ibu kantin bagi para generasi masa depan itu.

Selama makan bersama anak-anak di kantin Mbak War, saya melihat raut wajah Mbak War yang ramah dan sabar melayani permintaan anak-anak. Ada kalanya anak-anak berubah selera mendadak, dari bakso menjadi nasi pecel. Sementara bakso sudah terlanjur diramu. Mbak War tidak marah atau gusar sama sekali melayani perubahan selera anak-anak yang cepat, bagai perubahan cuaca itu. Bakso pun diganti dengan nasi pecel. Anak-anak tentu saja bahagia menerima pesanannya itu. Mbak War yang super sabar. Ini agaknya menjadi jawaban ke dua, mengapa anak-anak memilih kantin Mbak War sebagai salah satu alasan kerinduannya ke sekolah. Mbak War selalu memberikan semangat kepada anak-anak untuk menghabiskan sarapan mereka. Mbak War juga memberikan nasehat tentang pentingnya makan sayuran kepada anak-anak dengan nada yang mudah mereka pahami tanpa paksaan. Bahkan ada diantara mereka yang memesan menu untuk besok pagi. Mbak War pun mengiyakan dengan gaya anak-anak. “Beres sayangku, besok pagi soto ayam siap disantap “. Begitu jawaban Mbak War waktu anak-anak kelas VI memesan soto ayam sebagai menu sarapan besok pagi.

Belum suapan terakhir, tiba-tiba dari arah belakang saya duduk, seorang ibu yang mengantarkan anaknya sambil membawa bekal, berkata dengan nada keras kepada anaknya. Rupanya si ibu jengkel karena sudah disiapkan bekal untuk makan di sekolah, tapi si anak tidak mau makan. Dia merengek minta makan nasi mi kering dan lauk potongan bakwan masakan Mbak War. Si anak pun menangis karena paksaan ibunya untuk makan bekalnya saja. Saya berdiri menghampiri anak itu. Anak kelas I rupanya. Saya beri kode ibunya untuk bersabar. Saya gandeng si anak tadi, duduk di sebelah saya. Ketika saya tanya, mau makan apa, dia menjawab, nasi mi kering dan bakwan. Saya minta Mbak War membuatkannya. Dan makanlah si anak dengan lahap, tanpa disuapi. Tiba-tiba si anak tadi mengacungkan jempol tangan kanannya sambil berteriak, “ Enak Maa, Mbak War nomor satu !!”. Berkata begitu sambil menengok ke ibunya. Tentu saja Sang Ibu cemberut meskipun pada akhirnya tertawa. Senang melihat anaknya makan. Bekal ditangannyapun dibawa kembali pulang.

Terjawab sudah mengapa kantin Mbak War menjadi lahan sarapan kesukaan anak-anak. Selain enak, sehat, bersih, sosok Mbak War sangat disenangi. Keramahan dan kesabaran Mbak War yang siap dan sigap melayani anak-anak, menjadi magnet utama agaknya. Apalagi Mbak War sangat tahu selera mereka. Selera yang sering dianggap rumit oleh para ibunya. Mbak War sangat tahu pula bagaimana memenuhi keinginan para pelanggan kecilnya itu, terhadap makanan kesukaan mereka. Ini sebenarnya tanda bahaya bagi para ibu anak-anak menurut saya. Bagaimana itu bisa terjadi, masakan ibu kantin, mengalahkan masakan ibunya sendiri di rumah. Bahkan bekal yang sudah disiapkan pun hilang daya tariknya oleh masakan Mbak War. Jangan-jangan para ibu dari anak-anak itu harus berguru pada cara Mbak War memasak, memilih menu dan cara melayani anak-anak.

Tak banyak kantin sekolah di SD yang benar-benar mampu memenuhi selera makan dan jajan anak-anak. Bahkan lebih sering yang makanan yang disediakan di kantin atau para pedagang di sekolah- sekolah itu bisa dibilang berbahaya bagi kesehatan anak-anak. Asal berwarna menyolok, asal manis, asal murah dan asal-asal yang lainnya. Belum lagi jajanan dan makanan bersaus yang entah terbuat dari bahan sehat atau tidak. Anak-anak asal beli juga tanpa mempedulikan dampaknya bagi kesehatan mereka. Parahnya lagi, tak banyak pula guru yang berada di lingkungan sekolah, yang memberikan perhatian khusus atau pendampingan pada khasanah jajan anak-anak. Yang umum terjadi adalah anak-anak bebas jajan pada waktu istirahat, dan guru melepas lelah di kantor guru. Tak heran jika kadang muncul berita keracunan pada anak-anak di sekolah, setelah makan jajanan yang mereka beli pada pedagang makanan di sekolah mereka. Para guru baru mengetahuinya setelah hal buruk menimpa anak didik mereka.

Rasanya sosok seperti Mbak War bisa dijadikan contoh bagi para pedagang makanan di kantin sekolah. Mengutamakan kesehatan anak-anak melalui menu masakannya, dan membuat anak nyaman makan tanpa paksaan dengan cara melayaninya. Terlebih lagi, bagi para ibu yang ingin agar anak-anaknya berselera untuk sarapan di rumah. Sehingga masakan ibu tidak sia-sia.

Disisi lain, bagi kita para guru, harusnya jeli melihat apa saja yang dibeli oleh anak didiknya selama berada di sekolah. Bila perlu, mengundang para pedagang yang mangkal di sekolah untuk diberi masukan agar jajanan yang mereka jual bermutu, sehat dan aman bagi anak-anak. Jika bisa dikoordinir dengan baik, tentunya mereka akan ikut menjaga kesehatan jajanan anak-anak pula. Menjamin kualitas jajanan dan makanan yang mereka jual. Hal ini masih jarang mendapatkan perhatian pihak sekolah. Termasuk di sekolah saya ini. Teman-teman saya mungkin belum tahu, mengapa para muridnya lebih memilih sarapan di sekolah daripada di rumah. Padahal para teman GTT menyediakan jajanan yang dijual juga kepada anak-anak. Tapi sepi. Kalah dengan pesona Mbak War. Sesekali perlu rasanya saya ajak para teman guru menikmati serunya antre sarapan di Mbak War, agar mereka tahu.

Mbak War memang nomor satu. Anak-anak di sekolah saya mengakui itu. Membuat para ibu mereka cemburu. Jadi, apakah para ibu rela, jika Mbak War selalu nomor satu ?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, panjang dan menyentuh dasar

06 Aug
Balas

Sedang berusaha menulis, Leck ternyata terkirim lebih dari satu kali ya...tapi sudah saya edit terima kasih ya Leck

07 Aug
Balas



search

New Post