Marheni Pandu Pratiwi

Guru SD Wergu KUlon 1 Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Suka juga menulis tapi sering tidak tahu harus menulis apa...tahu-tahu jadi aja......

Selengkapnya
Navigasi Web

Pak Tomy Datang, Tegang Hilang

Selamat malam, Gurusiana. Setelah beberapa saat tidak menyapamu, malam ini saya datang dengan semangat pagi. Sejak pukul 08.00 pagi tadi hingga pukul 17.00, saya dan teman-teman guru terpilih di Kudus, mengikuti pelatihan pembuatan Penelitian Tindakan Kelas. Semula malas juga untuk mengiyakan tugas ini. Paling juga sama dengan pelatihan-pelatihan sebelumnya. Datang, duduk, mendengarkan materi, coffee break, makan siang, pulang. Toh materi pelatihan nanti bisa didapatkan dari share di grup WA. Maka dengan semangat biasa, saya menuju lokasi pelatihan.

Pukul 07.30 saya sudah sampai lokasi pelatihan. Tempat yang digunakan untuk pelatihan kali ini memang istimewa. Milik sebuah perusahaan rokok besar yang bukan hanya mampu mengangkat nama Kudus, tapi juga harkat hidup masyarakat Kudus. Karena milik sebuah perusahaan besar, maka kami para peserta tidak bisa serta merta menuju ruang pelatihan. Kami harus melalui beberapa proses pengamanan yang sudah menjadi standar operasi prosedur disana.

Saya termasuk datang lebih awal, bersama beberapa peserta lain. Dari beberapa bincang kecil, tersirat bahwa mereka pun merasakan hal yang saya rasakan. Pelatihan biasa, dengan materi yang sama pula seperti yang pernah diterima. Beberapa peserta saya lihat mempersiapkan pengobat jenuh, dari HP yang full charge hingga permen tolak angin sekadar penghalau jenuh, kantuk dan tegang. Biasanya tiga hal itu menjadi teman setia para peserta pelatihan. Apalagi kalau pematerinya datar penyampaiannya, tidak menarik dan tidak mampu menghidupkan suasana.

Usai acara seremonial pembukaan, mulailah materi pelatihan disampaikan. Pembawa acara menghadirkan pemateri bernama Tomy Satria Jatmika. Seorang guru SD yang mengajar di SD Cendono Dawe Kudus. Sama seperti kami, guru SD. Pria berperawakan simpel itu, sigap mengambil alih mike, dan menyapa para peserta pelatihan dengan hingar bingar. Cara dia hadir di depan, selaras dengan musik pengantarnya yang menghentak. Seketika mata terbuka, telinga penuh dengan sapaannya. Seolah memahami apa yang kami rasakan, pria muda yang entah kelahiran tahun berapa itu, memecah ruangan dengan gaya yang jauh berbeda dengan gaya para pemateri pada pelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti sebelumnya. Lucu, ceria, semangat, menguasai forum, menguasai materi, santun, dan tidak kaku. Suasana seketika menjadi cair mengalir. Materi disampaikan dengan berbagai trik yang benar-benar tidak membosankan. Sesekali Pak Tomy, begitu sapaan akrabnya, menyapa kami seperti menyapa anak didiknya di kelas. Hal ini nampak pada gestur tubuhnya yang selalu agak condong kedepan setiap memberikan penekanan materi kepada seluruh peserta. Senyumnya tidak pernah pudar. Komunikasi segar dan akrab antara kami, selalu menyertai sejak awal hingga akhir pelatihan. Setiap suasana berubah menjadi tegang karena peserta harus berpikir keras menghadapi materi, dengan segera Pak Tomy menunjukkan kelincahannya menghentak suasana dengan berbagai candaan yang menyegarkan. Apalagi pelatihan juga dirancang lengkap dengan musik pendukung yang mampu mengusir kejenuhan, dan tim pelatihan yang saling mengisi. Lengkaplah sudah pengusir jenuh, kantuk dan tegang pada pelatihan hari ini.

Tanpa terasa delapan jam lebih kami bergumul dengan bagaimana membuat sebuah Penelitian Tindakan Kelas. Tanpa rasa jenuh. Kami merasa tidak sedang berada di sebuah pelatihan, tapi seperti mengikuti sebuah acara motivasi pemasaran sebuah produk, dimana kami terangsang untuk membeli dan memiliki produk itu. Benar-benar beda. Kebahagiaan yang muncul pada saat mengikuti sebuah pelatihan semacam itu, adalah sebuah harga yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga pelatihan itu sendiri.

Seorang Pak Tomy, dengan caranya menyajikan materi, rasanya perlu untuk dilihat oleh penyaji materi lainnya. Bahwa seorang penyaji materi pelatihan, tidak perlu terasa menggurui meskipun seorang guru. Tidak perlu merasa pintar, meskipun jelas pintar. Ini membutuhkan keterampilan dari hati. Keterampilan yang berangkat dari kepribadian dan pembiasaan. Bisa dibayangkan, bagaimana cara Pak Tomy mengajar di depan kelas, menghadapi para siswanya. Kalau kami yang sudah tua-tua ini merasa bahagia berada dalam sebuah pelatihan, yang sebelumnya sudah dibayangkan menjemukan, apalagi anak-anak. Tentu mereka merasa betah berada di kelas, dan akan selalu merindukan pagi, berangkat sekolah, dan merindukan Pak Tomy.

Pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusat Belajar Guru Kabupaten Kudus itu, berakhir dengan ceria pada Rabu pertama ini. Masih ada dua Rabu lagi yang akan kami jalani. Jadi, masih ada harapan untuk menikmati kebahagiaan pelatihan, bersama Pak Tomy dan para Guru Inti yang hebat.

Sebelum pulang, dengan armada perusahaan tempat dimana pelatihan diselenggarakan, kami diajak berkeliling menikmati keindahan lokasi pelatihan. Dalam perjalanan pulang, Saya menertawakan diri sendiri. Jangan anggap remeh guru SD. Mengajar anak-anak menjadi kelebihan kemampuan yang tidak bisa digampangkan. Saya raba saku seragam batik saya, permen penolak jenuh, kantuk dan rasa tegang yang saya bawa dari rumah, utuh. Rabu depan rasanya tidak perlu membawanya lagi. Pak Tomy datang, semua rasa tegang akan hilang...

Oasis Kudus,PBG 10 Oktober 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post